Chapter 96: Lika-liku Cinta
Di bandara, Randika dan Inggrid dengan cepat memasuki pesawat mereka. Mereka duduk bersama, Inggrid di bagian dm dan Randika di bagian luar.
Inggrid kali ini tidak membawa siapa-siapa dari perusahaannya. Dia meminta sekretarisnya untuk mengurusi beberapa hal di kantor.
Awalnya Inggrid ragu untuk membawa sekretarisnya itu atau tidak, tapi karena sudah ada Randika, perasaanya jauh lebih ringan.
"Para penumpang yang terhormat, smat datang di penerbangan Cendrawasih bernomor LC1232 dengan tujuan penerbangan ke kota Merak yang akan kita tempuh dm waktu kurang lebih 1 jam dan 55 menit. Perlu kami sampaikan bahwa dm penerbangan ini ada beberapa hal yang drang antarain asap rokok, sebelum lepasndas....."
Ketika suara pengumuman pesawat hendak lepasndas ini terdengar, Randika dan Inggrid dengan sigap mematuhinya. Para pramugari dengan cekatan memeriksa seluruh penumpang.
"Kami mohon sabuk pengamannya dipakai dengan benar ya pak." Suara lembut itu terdengar dari samping. Ketika Randika menoleh dan ternyata itu adh pramugari yang super cantik. Randika tidak kuasa menahan dirinya untuk tidak menggodanya.
"Aduh aku tidak bisa memasangnya." Kata Randika.
"Akan saya bantu ya pak." Seth itu pramugari ini menjongkok dan membantu Randika memasangkan sabuk pengamannya. Randika dengan tidak berdaya menyerahkan tubuhnya.
Pada saat ini, tentu saja, Randika tidak bisa tidak aji mumpung. Kedua b matanya tidak bisa lepas dari dada pramugari tersebut.
Sin wajahnya yang cantik, dada perempuan ini cukup besar dan sifat ttennya membuat Randika makin suka. Belumgi pakaian kerjanya yang berwarna merah membuatnya semakin mencolok.
"Ada yang bisa saya bantugi pak?" Pramugari ini sedikit malu tetapi tetap berbicara dengan sopan.
"Oh, aku sedikit haus." Jawab Randika.
"Mohon maaf pak, sebentargi kereta makannya akan tiba. Mohon ditunggu dulu ya." Kemudian pramugari itu pergi.
Randika masih memperhatikan pantat pramugari itu dari bkang, dia masih ingin menggodanya. Namun, dari samping terdengar suara dingin yang membuatnya merinding. "Secantik itukah dia?"
"Sangat cantik." Randika tanpa sadar menjawab dan terkejut ketika dia tersadar siapa yang sedang menanyainya itu. Ketika dia menoleh, tatapan tajam Inggrid sudah mampu membunuh seseorang.
"Hahaha kau bisa cemburu juga ternyata." Randika tertawa pahit.
"Ngapain aku cemburu?" Inggrid memalingkan wajahnya. "Bisa-bisanya kau menggoda perempuan semudah itu?"
"Bisa-bisanya kau menganggapnya seperti itu? Sayang, dia hanya membantuku memasangkan sabuk saja. Dia memastikan kita semua dapat menikmati penerbangan ini semaksimal mungkin, sama seperti yang dikatakan oleh pilot tadi." Randikalu tersenyum. "Jadi semua itu sh paham saja."
Pada saat ini, tangan Randika sudah berada di pinggang Inggrid dan pehan mi naik. Ketika tangannya berada tepat di ujung dadanya, Inggrid dengan cepat menampar tangan Randika.
"Hei maksudmu apa!" Inggrid tersipu malu, mereka sekarang di atas pesawat bukan di rumah.
Randika tertawa. "Sayang, aku hanya ingin membuktikan bahwa aku setia padamu."
"Cepat lepaskan tanganmu itu, banyak orang yang melihat!" Wajah Inggrid sudah merah.
Melihat Inggrid yang kbakan itu, Randika menjadi jail. "Ku begitu, kau tidak cemburu dengan pramugari tadi kan?"
"Memangnya siapa yang cemburu?" Inggrid dengan cepat membantahnya.
Randika berpikir istrinya ini bahkan tetap cantik meskipun sedang cemburu.
Pada saat ini, pramugari tadi mendorong kereta makan dan menawarkan beberapa minuman.
"Shkan dinikmati bapak minumannya." Pramugari itu berbicara dengan nada lembut.
Randika mengambil jus jeruk tersebut dan meletakkannya di tatakan gs.
"Apakah ada yang bisa saya bantugi pak?" Tanya pramugari tersebut sambil tersenyum.
"Sebenarnya" Randika duduk semakin tegak dan wajahnya menjadi serius. "Pertanyaanku ini sedikit aneh tetapi aku tetap harus menanyakannya wu nyawa menjadi taruhannya."
"Shkan bapak, saya akan menjawab semampu saya." Pramugari itu terus tersenyum sepenuh hati.
"Baih." Randikalu memperhatikan dada di pramugari dan bertanya dengan santai. "Aku bingung, apakah dadamu itu beneran D?"
Pramugari itu terbeku di tempat. Dm sekejap dia tersipu malu. Bisa-bisanya orang ini menanyakan pertanyaan semacam ini? Bukankah pasangannya ada di sampingnya?
Inggrid malu bukan main, dia sudah pura-pura tidur. Dia tidak habis pikir kenapa Randika slu bertingkah genit ke perempuan cantik mana pun.
"Pak Ini." Pramugari itu benar-benar dilemma. Randikalu berkata sambil tersenyum. "Kau hanya perlu mengangguk jika itu benar."
Seth ragu-ragu sedikit, pramugari itu mengangguk pn.
Randikalu mengangguk puas. "Sudah kuduga, mataku tidak bisa ditipu."
Pramugari itu benar-benar malu.
"Baih, cukup dariku." Randikalu melihat pramugari ituri dengan cepat.
Randikalu meminum jus jeruknya dan melihat Inggrid hanya menghadap jend tanpa mau menoleh ke arahnya. "Sayang, apa bagusnya melihat awan-awan itu?"
"Setidaknya ini lebih bagus daripada dada perempuan." Kata Inggrid dengan nada dingin.
Inggrid sedang cemburu, sedangkan Randika terlihat puas. Inh lika-liku cinta.
"Sayang, kau sh satu hal." Randikalu mendekatinya dan memeluk Inggrid dari bkang. "Dada perempuan itu memang sangat bagus, tetapi milikmu adh nomor satu di hatiku."
Seth berkata demikian, Randika dengan cepat meremas dada Inggrid.
"Hei!" Inggridngsung menampar tangan Randika.
"Tenanh, aku harus membuktikan kata-kataku barusan." Randika tersenyum.
"Kau ini ya!" Inggrid kembali menjadi marah, orang tak tahu diri ini tidak pernah berubah.
"Hahaha jangan marah begitu dong." Randikalu berbisik di telinganya. "Perlukah aku menciummu untuk membuktikan bahwa aku mencintaimu?"
Inggrid hanya bisa menggeleng-geleng ketika berhadapan dengan Randika.
Randika tertawa dan mengambil minumannya. Pada saat ini, pesawatnya mengmi guncangan dan tanpa disengaja minumannya tumpah keanya.
Kali ini Randika benar-benar ceroboh.
"Kau pantas mendapatkannya." Lirik Inggrid.
Tetapi, teriakan Randika pada pramugari itu membuat Inggrid ingin mengubur kepnya dm-dm. "Pramugari, tolongpkanaku ini!"
..............
"Jangan marah terus dong sayang."
"Tadi itu shku, jadi jangan cemberut terus ya."
Ketika mereka turun dari pesawat, Inggrid mengabaikan Randika dan berjn tanpa henti. Randika berusaha menyenangkan hati istrinya itu dengan susah payah.
"Aku tidak marah." Inggrid mengh napas. "Itu bukan urusanku jika kau ingin bermesraan dengan seorang pramugari."
Kau tidak marah? Terus kenapa kau begitu dingin denganku?
Randika tertawa pahit dm hatinya.
Keduanya berjn keluar dari bandara dan memanggil taksi.
Karena letak bandara kota Merak agak jauh dari pusat kota, akan membutuhkan waktu setengah jam ke hotel yang sudah dipesan Inggrid.
Randika masih berusaha memenangkan hati Inggrid dengan membawakan kopernya.
Ketika taksi itu tiba, Randika bahkan membukakan pintu buat Inggrid.
"Shkan masuk sayang." Kata Randika dengan berkedip.
Inggrid menatapnya tajam, siapa memangnya yang mengatakan mereka bisa naik taksi berdua?
Inggrid hanya memalingkan wajahnya dan masuk. Randika dengan cepat meletakan kopernya di bagasi dan masuk.