Chapter 99: Temanh Aku Sehari
Hari kedua.
Inggrid membawa Randika ke tempat perjanjiannya dengan Yosua.
Di dm taksi, Inggrid terlihat segar. Sepertinya kemarin dia tidur dengan nyenyak. Sedangkan Randika terlihat buruk dan menyedihkan, bahkan di bawah matanya ada kantong mata. Ith bukti nyata kekerasan istrinya semm.
Melihat wajah Randika yang seperti itu, Inggrid tidak bisa menahan tawanya.
"Bisa-bisanya kau tertawa." Randika berkata dengan dingin. "Ku wajah tampan suamimu ini rusak, nanti cinta kita tidak abadi lho."
"Oh" Inggrid menoleh padanya. "Jika kau menuruti kata-kataku kemarin, kau tidak akan kesakitan seperti ini."
"Terlebih, kau mampu menghajar beberapa orang sekaligus tetapi kau tidak bisa bertahan dariku. Bukankah itu lucu?" Inggrid tertawa kecil ketika mengingat kejadian di kamar kemarin.
Randika mau marah tapi tidak bisa. Seorang jentelmen tidak akan pernah menyakiti seorang wanita, ith prinsip yang dia pegang.
Taksi mereka mju dengan cepat, tidakma kemudian mereka berdua tiba di suatu perusahaan besar.
Seth mereka mendatangi resepsionis, ada seseorang yang memandu mereka untuk naik ke dm lift.
Seth itu mereka berdua dibawa ke ruangan rapat.
"Mohon menunggu kedatangan Tuan Yosua di sini. Beliau sedang ada rapat." Kata pemandu tersebut.
"Baih." Jawab Inggrid.
Pemandu tersebut segera meninggalkan mereka berdua sendirian di ruangan tersebut.
Inggrid sudah bersiap-siap dengan mengeluarkan fotocopy powerpoint, menyambungkanptopnya dengan proyektor dan betih menjskan kembali. Melihat serangkaian persiapan ini, bisa dilihat bahwa Inggrid sudah terbiasa rapat seperti ini.
"Kau terbiasa menjskan sendiri tentang bisnismu?" Randika duduk sambil memandang istrinya itu.
"Iya, sebagai direktur aku harus mengerti bisnis apa yang kujni dan kutawarkan. Jadi aku sering menyempatkan diri untuk mempresentasikan bisnis milikku ini."
Randika tersenyum. "Ku begitu, sebuah kehormatan bagiku melihat kemampuan direktur Inggrid."
Inggrid memandangnya dengan dingin.
Waktu terus belu, sekarang sudah setengah jam sejak mereka masuk di ruangan ini.
"Kenapa merekama sekali?" Randika mengerutkan dahinya. Bagaimana mungkin mereka membuat rekan bisnis menunggu mereka begituma?
"Bersabah. Perusahaan ini sangat besar, jadi wajar jika mereka rapat begituma. Pasti banyak yang perlu mereka bahas jadi sabar saja, semuanya akan sepadan pada akhirnya."
Melihat ekspresi Inggrid yang sabar itu membuat Randika tanpa sabar memegang tangan kecilnya itu. "Ku begitu aku akan mendengarkan nasihat istriku."
Setengah jam kembali belu, mereka sudah menunggu satu jam. Randika sudah benar-benar bosan menunggu, dia hampir tertidur. Kemarin mm dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, sofa yang ditidurinya kurang panjang baginya.
Namun, pintu ruangan rapat ini tiba-tiba terbuka dan suara keras yang menggelegar membuat kaget Randika. "Maafkan aku Inggrid, aku benar-benar sibuk tadi.
Randika yang setengah sadar itu benar-benar terkejut, dia sudah hampir reflek menghajar orang tersebut tetapi dia sadar itu adh klien bisnis istrinya.
"Aku juga baru menunggu sebentar, Pak Yosua benar-benar melebih-lebihkan." Inggridlu berdiri dan bersman dengan Yosua.
"Jangan seperti itu." Yosua tersenyum padanya dan mencium tangan Inggrid. "Sudahma aku menantikan pertemuan kita ini. Terus apa ada yang bisa saya bantu?"
Sekretaris Yosualu maju dan berbisik padanya.
"Pertemuan ini akan membahas kontrak kerja sama kita dengan perusahaannya."
"Baih, memang lebih baik hal seperti ini didiskusikan secarangsung." Yosua tertawa dan menatap Inggrid. "Kau pasti lh karena jauh-jauh datang kemari."
"Tidak kok, saya bersemangat bisa bertemu dengan bapak." Inggrid juga membs senyumnya dan ingin menarik tangannya. Tetapi, tangannya itu masih ditahan oleh Yosua.
"Oh" Yosua merasakan kelembutan yang tidak biasa dari tangan Inggrid. "Memang julukan bunga tercantik dari kota Cendrawasih bukah isapan jempol bka."
Melepaskan tangan Inggrid, Yosua duduk di seberang Inggrid. Pada saat ini, matanya tertuju pada Randika.
"Oh? Sekretarismu sepertinya sudah bangun dari tidurnya." Yosualu tertawa.
Randika menatapnya dm-dm. Meskipun Yosua memakai jas berwarna hitam, perutnya itu menyembul keluar dan kalung emas menggantung di lehernya. Cincin emas yang dipakainya pun lebih dari 3, benar-benar bukan terlihat seperti pebisnis. Orang nomor 1 di kota ini justru terlihat seperti pemimpin gangster.
"Ku begitu, mari kita mi." Melihat semua orang sudah duduk, Inggrid ingin memi presentasinya. Namun, sebuah tangan menutupi proyektor.
"Ah, kenapa Anda buru-buru? Kita masih punya banyak waktu hari ini untuk membicarakan bisnis." Yosua mengibaskan tangannya. "Justru aku lebih tertarik mendengar tentang dirimu. Reputasi Inggrid Elina sebagai direktur sekaligus bunga kebanggan kota Cendrawasih sudah menyebar hingga ke pelosok negeri."
"Anda telu berlebihan." Inggrid tersenyum wupun dm hatinya dia mengutuk orang ini.
Tatapan mata Randika terlihat dingin, dm hatinya dia sudah siap menghajar orang ini. Berani-beraninya dia menggoda istrinya di depannya? Apakah orang ini segitunya ingin mati?
"Ah, kau memiliki kecantikan yang patut dibanggakan." Yosua menambahkan. "Aku dengar banyak pria yang mengejar hatimu justru tenggm dari air matanya karena tidak kuat menahan rasa patah hati mereka."
"Pak Yosua itu semua hanya rumor bka. Banyak perempuan muda yang lebih menawan dariku." Kata Inggrid sambil tersenyum. "Bagaimana ku kita membicarakan bisnis kita? Saya akan menjskan bagaimana strategi dan tujuan perusahaanku untuk 10 tahun ke depan."
"Ah, Ibu Inggrid tidak usah telu antusias begitu." Yosua mencegat Inggrid sekaligi. "Aku tidak bisa memutuskan keputusan penting seperti ini dm sehari. Lagip, aku juga sudah mengerti reputasi perusahaan Cendrawasih di negeri ini sangah luar biasa."
"Ku begitu, kita akan membahas mash kontrak kerja sama kita." Inggridngsung menembak.
"Hahaha sudah kubng jangan telu antusias begitu." Perut Yosua bergetar karena tawanya itu. "Kita punya waktu seharian untuk membahas hal tersebut."
Seth itu, Yosua melihat jam tangannya dan mengatakan. "Bagaimana ku kita makan siang dulu? Aku tahu bahwa kamu belum makan, biarkan aku mentraktirmu makan siang baru seth itu kita membahas bisnis."
"Tetapi banyak hal yang harus kita bahas dm kontrak kerja sama ini. Aku harap kita dapat membahasnya secepat mungkin agar kita bisa menandatanganinya segera mungkin." Inggrid dengan sopan menk ajakan Yosua. "Pak Yosua, menurut saya lebih baik kita membahas bisnis kita lebih dulu. Seth kontrak kita tertanda tangani barh kita bisa membahas halin."
"Hahaha." Yosua tertawa keras, Inggrid tidak tahu apa yang dia tertawakan.
"Maaf, apakah ada yang sh dari omongan saya?" Inggrid terlihat bingung.
"Baih, kita akan membahas kontrak kita." Yosua bersandar di kursinya, dia terlihat santai.
"Ku begitu, karena Pak Yosua tidak meragukan kemampuan perusahaan milik saya, saya akan membahas bagaimana kita akan bekerja sama." Inggrid membuka powerpoint miliknya. "Berdasarkan isi kontrak yang diajukan perusahaan Anda, ini adh poin-poin yang perlu kita perhatikan. Yang pertama adh ...... "
Randika mendengarkannya dengan seksama. Namun, dia sekaligus memperhatikan ekspresi Yosua dengan mata dingin.
Mau dilihat bagaimanapun juga, kontrak ini lebih menguntungkan perusahaan Cendrawasih. Bagaimana mungkin perusahaan besar seperti ini akan bekerja sama dengan perusahaanin dengan keuntungan yang kecil seperti itu?
Js bahwa keuntungan yang diinginkan oleh Yosua tidak tertulis di kontrak.
"Demikian pembahasan yang perlu kusampaikan. Jika tidak ada mash dengannya, kita bisa menandatangani kontraknya sekarang." Kata Inggrid sambil tersenyum.
"Seth kudengarkan baik-baik, menurutku ada yang kurang dari kontrak tersebut." Kata Yosua.
Inggrid terkejut dan bertanya. "Apakah ini mengenai keuntungan yang diterima? Saya sudah membahasnya tadi."
"Hahaha." Yosua tersenyumgi dan memberi isyarat untuk menampilkannyagi.
Inggrid dengan cepat menujuptopnya dan ingin menampilkangi mengenai keuntungan yang didapat. Tetapi, tangan Yosua tiba-tiba meraih tangan Inggrid.
Inggrid terkejut bukan main, tetapi, sebuah tangan tampak memegangi tangan Yosua dengan erat.
Ketika Yosua menoleh, ternyata Randikah yang mencengkeram tangannya.
"Inggrid, sepertinya dia bukan sekretarismu minkan pengawalmu?" Kata Yosua sambil menatap jijik Randika.
"Saya khawatir tangan Tuan Yosua akan menyakiti tangan direktur saya." Kata Randika sambil tersenyum.
Ketika Randika melepaskan genggamannya, Yosuangsung menarik tangannya. Inggrid yang melihat hal ini berdoa dm hati bahwa jangan sampai peluang bisnisnya hancur gara-gara Randika.
"Ku begitu, apakah ada pertanyaanin? Bagian mana dari kontrak ini yang ingin Anda bahas?" Tanya Inggrid sekaligi.
"Tidak ada." Kata Yosua sambil mendengus dingin. "Sma kau menambahkan satu syarat di kontrak kita maka semuanya akan baik-baik saja. Bagaimana ku isinya adh kau akan menemaniku makan mm setiap hari?"
"Syarat itu" Inggrid kehabisan kata-kata untuk sesaat. Tetapi, pada saat ini Randika berkata dengan santai. "Tuan Yosua, Ibu Inggrid akhir-akhir ini sedang tidak enak badan. Beliau tidak bisa pergi menemani Anda, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini."
"Siapa yang menyuruhmu berbicara?" Suara Yosua terdengar kasar dan tatapan matanya menjadi tajam. Orang itu hanya seorang pengawal, bagaimana mungkin dia punya hak untuk berbicara dengannya.
"Maaf jangan telu dibawa hati Pak Yosua. Dia memang sedikit kasar." Inggrid dengan cepat menengahi. "Sin syarat tersebut, apakah ada halin yang perlu kita bahas dm kontrak kita?"
"Tidak ada." Yosua mendengus dingin dan bersandar di kursinya. "Sejujurnya, aku hanya memiliki satu syarat yang harus dipenuhi. Bahwa kau harus menemaniku seharian ini dan aku akan menandatangani kontrak ini."
Inggrid mengerutkan dahinya. "Pak Yosua, sebaiknya kita membedakan urusan pribadi dengan urusan bisnis."
"Tentu saja ini adh syarat bisnis. Aku adh pebisnis sejak kecil, tentu saja bahwa aku paham sekali tentang bisnis."
"Bagaimana?" Yosua menegakkan tubuhnya. "Sma kau menemaniku seharian ini, aku akan tanda tangan kontrak ini. Juh itu seharusnya cukup besar untuk perusahaanmu bukan?"
Inggrid menjadi sedikit marah. Dia pikir dia siapa?
"Ibu Inggrid, syarat yang diajukan Tuan Yosua sangat simpel. Sebaiknya Anda menyetujuinya." Kata Randika tiba-tiba.
"??" Inggrid terkejut ketika mendengar perkataan Randika. Bajingan ini mh memperburuk situasinya.
"Bukankah Anda akan menemaninya satu hari saja? Kita belum pernah berkeliling kota ini, jadi aku yakin kita akan melihat pemandangan yang bagus bersama Tuan Yosua." Kata Randika sambil tersenyum.
Muka Inggrid menjadi pucat pasi.