Chapter 104: Kekacauan di Depan Hotel Mti (2)
Gunawan sudah berkeringat dingin, dia sama sekali tidak tahu identitas perempuan ini. Tapi dari ggatnya, orang ini bukan orang sembarangan.
Yosua menatap perempuan itu dengan gugup, dia tidak tahu harus berbuat apa. Elvalu membawa Gunawan ke pojokan dan mengeluarkan sebuah token dari balik saku bajunya. Tiba-tiba, wajah Gunawan dengan cepat menjadi pucat dan tegang.
"Maafkan aku, aku tidak tahu bahwa Anda berada di kota ini." Dengan cepat Gunawan menundukan kepnya. Perempuan ini adh sh satu anggota dari organisasi paling misterius di dm negeri, dia benar-benar tidak beruntung bisa bertemu dengannya.
Sebagai sh satu pentn di dunia kepolisian, Gunawan mengetahui bahwa ada sebuah organisasi misterius yang berjn di negara ini. Semua anggotanya adh yang terbaik dari yang terbaik dan mereka bagaikan hantu. Tidak ada yang tahu tugas maupun keberadaan mereka.
Tetapi yang dia tahu adh tiap anggota organisasi tersebut memiliki hak istimewa yang muk. Kata-kata yang keluar dari mereka sama beratnya dengan presiden.
"Aku tidak peduli mashmu apa dengan orang itu tetapi aku ingin kau tidak menyentuh orang itu sama sekali." Elva mengambil kembali tokennya. "Jika kau menyentuh ujung baju orang itu, aku akan menguburmu dm-dm. Paham?"
"Saya paham." Gunawan terus menundukan kepnya.
"Jangan pikir kita tidak tahu transaksi gpmu sma ini, jika aku mau kau bisa mendekam di penjara detik ini juga."
Mendengar hal ini, wajah Gunawan dengan cepat menjadi pucat. Ancaman perempuan ini benar-benar nyata.
Dikatakan bahwa anggota Arwah Garuda sudah dtih untuk unggul dm semua kemampuan, bahkan ada desas-desus bahwa mereka bisa mengetahui apa yang kau cari di inte bertahun-tahun yanglu.
Tetapi di dm hatinya Gunawan bernapas lega. Untuk sekarang belum ada aksi sama sekali yang memberatkan dirinya yang berarti masih ada ruang untuknya untuk berbenah diri.
"Lagip," Elvalu menatap Randika dan menoleh kembali. "jika kalian terbunuh barusan, berita kalian terbunuh sama sekali tidak akan keluar. Kau paham maksudku?"
"Iya." Berarti jika tadi semua bawahannya dan dirinya terbunuh, Randika tidak akan terkena konsekuensi hukum apa pun. Mhan dirinya bisa diberitakan kabur membawa seluruh uang kotornya sma ini. Inh keuntungan dari manipsi berita dan menjadi anggota Arwah Garuda.
"Baih, kau seharusnya sudah mengerti apa yang harus kaukukan seth ini." Elvalu meninggal Gunawan yang masih menundukan kepnya itu.
Dengan cepat, sosok Elva menghng dari lokasi.
Wajah Gunawan sudah kembali memiliki warna. Mungkin, dia th smat dari kejadian yang bisa menghancurkan hidupnya. Ketika dia berjn kembali ke Yosua, Yosua bertanya. "Siapa perempuan itu?"
"Jangan menanyakan hal yang tidak ingin kau ketahui." Gunawan menatap tajam Yosua kemudian menghampiri Randika sambil mencopot topinya.
Melihat kep polisi itu mendekat, Randika dengan santai mengatakan. "Jadi masih perlu aku datang ke kantormu?"
"Hahaha tadi aku bercanda." Gunawan tersenyum pahit. "Aku benar-benar minta maaf. Aku ini orang bodoh jadi sering mkukan keshan seperti ini."
Randika tertawa puas di dm hatinya. Elva benar-benar membantunya hari ini.
"Aduh jangan begitu,gip aku dengan kantor polisi di kota Merak punya gedung yang megah. Aku ingin melihatnya." Goda Randika.
"Bangunan kami sempit dan kotor, orang hebat seperti Anda pasti merasa kotor di sana." Gunawan sudah ingin menangis, pertama kalinya dia menunduk serendah ini ke orang.
Terlebihgi, perempuan tadi mengatakan bahwa jika dia menyentuh ujung baju orang ini maka transaksi gpnya sma ini akan terkuak pada publik. Jadi candaan Randika barusan ini benar-benar tidak lucu baginya.
"Aduh bapak ini ngomong apa? Sudah js bawahan bapak di atas itu terluka gara-gara saya. Sudah tangkap saja aku sekarang, aku bertanggung jawab atas aksi cerobohku itu."
Gunawan benar-benar lupa akan hal tersebut. Orang ini benar-benar tahu cara merendahkan orang!
"Hahaha semua anak buahku itu terpeleset hingga pingsan, ini bukan sh siapa-siapa." Kata Gunawan sambil tersenyum. "Aku akan menegur mereka agar berhati-hatiin kali."
"Bukannya tadi kau mengatakan bahwa itu shku? Semuanya pasti mendengarnya dengan js lewat megafonmu itu." Wajah Gunawan benar-benar putih ketika mendengarnya.
"Sudah pak, aku mengaku bahwa semua itu adh shku. Tidak baik mnggar hukum itu, aku harus dibawa ke pengadn." Kata Randika sok bijak. Namun, semakin Randika berbicara semakin Gunawan ingin menangis. Dia berharap orang ini segera pergi, hati tuanya ini sudah tidak tahan.
"Itu semua hanyh sh paham. Mana mungkin orang baik seperti Anda melukai polisi? Semua itu hanyh sh paham!" Gunawan sudah tidak tahu berapa ember keringatnya ini merembes keluar. Harapan satu-satunya adh orang ini segera melepaskan dirinya.
Tangan Gunawan benar-benar terikat, dia tidak bisa menyentuh orang ini sama sekali.
"Berarti bukan aku yang melukai mereka hingga pingsan? Apakah aku tidak sh dengar barusan?" Randika pura-pura bingung, tetapi dm hatinya dia tersenyum lebar.
"Tidak, tidak, tidak. Aku bersumpah atas namaku." Gunawan dengan cepat menjawab. "Anda adh warga negara yang baik dan merupakan tugas kami untuk melindungimu."
"Terus buat apa kau memanggil semua orang ke sini?" Randika menoleh ke arah polisi yang masih berwajah tegang itu.
"Hahaha mereka semua terkejut ketika mendengar temannya itu terpeleset hingga pingsan, mereka buru-buru ke sini untuk menengok mereka." Kata Gunawan sambil tersenyum.
"Kau memang punya wajah yang tebal, aku suka." Kata Randika sambil tertawa.
Ketika Randika tertawa, Gunawan ikut tertawa. Sma pihakin senang, aku juga ikut senang.
"Ku begitu, apakah aku boleh." Gunawan bertanya dengan hati-hati.
"Iya, pergh. Aku sudah puas." Randika mengibaskan tangannya.
Ketika Gunawan baru mngkah sekali, Randika berteriak padanya. "Tunggu!"
Ya Tuhan, sh apa hambamu ini?
Ketika menoleh, Gunawan sudah memasang topengnya.
"Tidak usah tegang seperti itu. Aku hanya ingin mengingatkan, sma aku di kota ini, aku tidak ingin diganggu sama sekali." Kata Randika.
"Jangan khawatir, siapapun yang berani mengganggumu maka dia adh musuh dari seluruh kepolisian kota ini!" Gunawan dengan cepat menunduk hormat.
Gunawanlu berbalik dan meninggalkan Randika. Dia sudah tidak bisa membedakananya yang basah itu karena keringat atau dia sedikit mengompol.
"Gun, apa-apaan tadi itu?" Yosua segera menghampiri temannya itu. Ketika dia melihat Gunawan menunduk pada Randika, dia merasakan firasat buruk.
Apa Randika mempunyai teman di kepolisian yang lebih kuat?
Oleh karena itu, Yosua harus memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
"Jangan pernah mengontakkugi." Gunawanlu mendorong Yosua, orang yang hampir menjatuhkan dirinya dari singgasananya. Dialu menambahkan. "Lain kali, jika kau ingin mati jangan bawa-bawa aku!"
Gunawanlu meninggalkannya dan menyuruh anak buahnya membawa teman-temannya yang pingsan dintai 9 itu.
Ketika mendengar respon tersebut, Yosua benar-benar terkejut. Bisa dikatakan bahwa sma ini dia bekerja sama dengan Gunawan untuk menguasai kota Merak ini baik luar maupun bagian dmnya. Terlebih, dari Gunawanh Yosua bisa mengetahui banyak hal.
Bisa dipastikan bahwa perempuan sebelumnya itu th mengatakan sesuatu pada Gunawan. Karena sethnya, perku Gunawanngsung berubah drastis.
Lawannya kali ini benar-benar menghkannya!
Yosua tidak berani menoleh ke arah setan yang membuatnya menjadi seperti ini. Seluruh tubuhnya sudah lemas, dia benar-benar sama sekali tidak bisa berjn.
Tetapi, suara Randika memecah keheningan. "Wah Tuan Yosua belum png?"
Wajah Yosua itu sudah tidak berbentuk, wajahnya benar-benar buruk rupa.
"Ku begitu, ada hal yang ingin kubicarakan dengan Tuan Yosua sebelum Anda pergi." Kata Randika sambil menghampirinya.
"Apa itu?" Kata Yosua sambil pura-pura tenang.
"Begini, hari ini kedua perusahaan kita baru saja menandatangani kontrak kerja sama." Sambil menyeringai Randika mengatakan. "Aku tidak tahu apakah kontrak itu sah atau tidak?"
"Sah! Sah!" Kata Yosua dengan cepat.
"Apakah masih ada syarat tambahannya?" Tanya Randika dengan nada dingin.
"Tentu saja tidak!" Keringat dingin mi mengucur kembali.
"Ku begitu, ku aku ingin menambahkan syarat tambahan bagaimana?"
"Shkan tambahkan, aku akan menuruti seluruh isi kontrak itu." Yosua dengan cepat menjawab.
"Hahaha, Anda memang pebisnis yang murah hati yang pernah kutemui." Kata Randika sambil tertawa,lu dia meraih pundak Yosua dan berbisik padanya. "Mohon bantuannya."
"Sama-sama." Kata Yosua sambil gemetaran.
"Ku begitu, sampai kita bertemugi." Randikalu menepuk punggung Yosua dan pergi.
Yosua tersenyum pahit dm hatinya. Apanya yang bekerja sama? Ini js-js pemerasan!
"Oh ya, omong-omong aku tidak punya cukup uang untuk mengganti kerusakan di hotel tadi." Randika menoleh kembali ke Yosua.
"Jangan khawatir, aku yang akan membayarnya." Kata Yosua dengan cepat.
Randika hanya mengangguk puas.
Seth menyelesaikan ini semua, Randika naik lift dan kembali ke kamarnya. Dia melihat Inggrid sedang berlutut dan berdoa.
"Sayang, sedang apa kamu?" Kata Randika dengan suara pn.
"Randika!" Melihat Randika yang tidak terluka, Inggrid meskan air mata.
"Hahaha apakah kau pikir aku akan meninggalkanmu?" Mungkin ini adh senyuman terhangat sma hidupnya.
Inggridlu mengusap air matanya. "Habis, aku pikir kau terluka parah."
"Sudah, ku kau ingin memelukku jangan sungkan. Aku tahu kau mencintaiku jadi jangan sungkan untuk bermanja-manja di depan suamimu ini."
Dm sekejap, suasana haru ini menjadi rusak oleh candaan Randika itu. Inggrid dengan cepat memalingkan wajahnya yang cemberut.
"Hahaha masih saja tidak mau jujur. Oh ya, kontrakmu sudah terjamin jadi kau tidak perlu khawatir. Bahkan kau bisa mengubahnya ku kau merasa kurang menguntungkan. Jadi bagaimana ku besok kita bermain dan menikmati kota ini bersama-sama?" Kata Randika sambil tersenyum.
Mendengar kata-kata Randika itu, Inggrid senang bukan main dan mengiyakan saran Randika.