MillionNovel

Font: Big Medium Small
Dark Eye-protection
MillionNovel > Legenda Dewa Harem > Chapter 107: Hanya Aku yang Bisa Menyembuhkan Dirimu

Chapter 107: Hanya Aku yang Bisa Menyembuhkan Dirimu

    Chapter 107: Hanya Aku yang Bisa Menyembuhkan Dirimu


    Keesokan harinya.


    Randika terbangun dan menyadari bahwa dirinya tertidur di sofa.


    Semm benar-benar g, para perempuan itu mengajaknya bermain semman. Randika benar-benar mabuk dan pingsan.


    Di tengah ruangan, Hannah dan teman-temannya pada tidur dintai dengan seg macam suara ngorok dan gaya tidur. Beberapa bahkan memeluk satu samain, terlihat sangat erotis. Bahkan di dada Randika ada seseorang yang tidur.


    Semm memang benar-benar g, seth mereka bermain truth or dare, Randika dibawa kentai dansa dan menari sambil mabuk-mabukan. Yang terakhir mereka ingat hanyh suara musik yang keras dan canda tawa mereka.


    Randikalu memindahkan perempuan yang tidur di atasnya dan berdiri. Dialu melihatutan manusia yang memenuhintai itu.


    "G, berapa banyak orang yang diundang Hannah?" Randika tersenyum pahit.


    Randikalu menyadari bahwa Hannahh yang tidur di atasnya tadi. "Hei bangun, ayo cepat bangun."


    Di bawah serangan guncangan Randika, Hannah akhirnya terbangun.


    Seth menguap dan mengucek matanya, Hannah akhirnya tersadar.


    Pada saat ini, Ibu ipah berjn ke ruang tamu dengan sapu di tangannya. Melihat anak-anak muda ini masih pada tidur, dia hanya bisa mengh napas. "Anak muda jaman sekarang memang mengecewakan, mau jadi apa negara ini."


    "Nak Randika, sarapan sudah siap. Tolong bawa nona muda untuk makan juga."


    "Ah Bu Ipah, sebelum itu kita harus membawa anak-anak ini png dulu." Randikalu meminta Ibu Ipah menelepon bis sewaan dan membangunkan anak-anak ini.


    Satu per satu dari mereka mi sadar. Para perempuan yang kemarin berpesta dengan liar sudah berganti menjadi perempuan feminim kembali. Mereka tersipu malu karena th menunjukan diri mereka yang begitu liar kemarin mm.


    "Kak, tolong bantu aku antar mereka kembali dengan smat." Kata Hannah sambil tersenyum.


    "Kau hanya ingin cepat kabur dari kakakmu kan?" Kata Randika sambil menatapnya tajam.


    "Bukan begitu, aku takut ada kenapa-kenapa dengan mereka. Ku nanti kejadian di hotel Mawar itu ternggi bagaimana? Ku ada kak Randika aku jadi tenang deh." Dengan cepat Hannah memberikan penjsan.


    Seth berdebat sedikit, Randika akhirnya setuju membawa teman-temannya ini kembali ke asrama. Universitas Cendrawasih cukup jauh dari sini, jadi kekhawatiran Hannah memang ada dasarnya.


    Tidakma kemudian, dua bus sewaan th datang dan membawa mereka semua pergi. Hannah dan Randika berbagi tugas dan berpisah.


    Seth bus tersebut tiba dengan smat, Randikalu menghampiri Hannah.


    "Kak terima kasih ya." Hannah tersenyum manis dan mengatakan. "Aku masih ngantuk jadi aku duluan ya."


    Randikalu menatap adik iparnya itu sambil menggelengkan kepnya. Sudah dia yang harus membayar bus tersebut sekarang dia disuruh jn kaki ke rumah?


    "Hahaha jangan marah begitu dong kak. Tadi itu aku butuh bantuanmu, aku tidak mau temanku terlibat bahayagi seperti sebelumnya. Bagaimana ku kak Randika jn-jn saja di kampusku ini? Sapa tahu ada perempuan yang terpincut denganmu." Hannahlu melihat jam dan menjadi panik. "Sin, sudah jam 10! Aku ada ks yang tidak bisa kutinggal, sampai sini dulu ya kak!"


    Melihat sosok Hannah yangri meninggalkan dirinya, Randika hanya bisa menepuk dahinya.


    Seth membayar dua bus itu, Randika sudah tidak punya uang untuk membayar taksi. Jadi dia memutuskan untuk jn-jn dulu saja, menikmati hari yang cerah ini di bawah pemandangan indah para bibit muda.


    Namun, baru berjn sebentar Randika sudah bertemu dengan temannya.


    Di hadapannya, ada seorang dosen yang berjn menuju dirinya. Bukankah itu Christina?


    Christina tampaknya sedang memikirkan sesuatu dan tidak memperhatikan jn. Ketika dia berjn, tiba-tiba ada seseorang yang berdiri diam di hadapannya. Dengan cepat dia bergerak ke samping tetapi orang tersebut juga ikut bergerak ke samping.


    Ketika Christina mengangkat kepnya, wajah itu terlihat familiar.


    "Smat pagi Christina, senang bertemu denganmu."


    Wajah yang familiar, senyum nakal yang familiar.


    Menatap Randika dengan tajam, wajah Christina segera menjadi buruk.


    "Rupanya itu kamu." Christinangsung memalingkan wajahnya. "Minggir, aku ada urusan."


    "Hei jangan terburu-buru begitu, aku hanya ingin bertukar kabar." Kata Randika sambil tersenyum.


    "Memangnya apa yang ingin kau bicarakan?" Christina mencopot kacamatanya dan matanya dipenuhi rasa jijik. "Apa kau ingin membicarakan operasi pembesaran dadagi?"


    "Ha? Operasi apa? Mana mungkin aku sevulgar itu!" Randikangsung terlihat panik.


    Christina mendengus dingin. Bagaimanapun juga, orang ini sudah menymatkan dirinya dari benda aneh itu sebelumnya. Mungkin dia hanya sedang khawatir pada dirinya ini.


    "Tapi topik hari ini tetap tentang dada kecilmu itu." Ketika mendengar hal tersebut, ekspektasi Christina benar-benar hancur dan dia sudah muak melihat wajah Randika.


    "Pergi sana!" Randika masih menghngi Christina untuk pergi.


    Wajah Christina yang marah namun tetap cantik itu membuat Randika tidak bisa meninggalkannya tanpa mencicipinya.


    "Christ, aku cuma bercanda barusan. Aku hanya ingin kita berbicara denganmu mengenai mash yang serius." Randika terus menghngi jalur kabur Christina.


    Wajah Christina masih sedingin sebelumnya. "Topikmu hanya topik yang menyinggung diriku."


    Randika mengerutkan dahinya. "Apakah akhir-akhir ini dadamu terasa sakit?"


    Christina yang awalnya ingin kabur itu tiba-tiba berhenti. Dialu melihat tatapan mata Randika terlihat serius ketika mengatakannya. Bagaimana mungkin orang ini tahu keadaan dirinya yang sakit ini?


    Memang awalnya dadanya hanya terasa sedikit sakit, tetapima kmaan, rasa sakit itu terus terasa dan makin kuat.


    Christina sudah pergi ke rumah sakit untuk memeriksanya, tetapi kata dokter tidak ada mash apa pun. Christina juga memastikannya dengan pergi ke 3 rumah sakitinnya, tetapi rasa sakit itu masih terus terasa hingga sekarang.


    "Bagaimana kau bisa tahu?" Christina menatap Randika.


    Randikalu menjawab sambil tersenyum. "Tentu saja aku tahu, aku bisa melihatnya ketika aku menciummu waktu itu."


    "Kau!" Christina sudah muak melihat Randika dan dia sudah berjn menjauhinya. Tiba-tiba Randika menghnginyagi.


    "Tunggu! Aku hanya bercanda tadi." Kata Randika sambil tersenyum. "Sejujurnya, penyakitmu ini agak sedikit berbeda dan rumit, rumah sakit tidak mungkin bisa melihatnya. Apakah kamu sudah mencoba pergi ke sana sebelumnya?"


    Melihat Christina tidak membantahnya, Randika mnjutkan. "Penyakitmu masih tahap awal, sma kamu tidak menyembuhkannya maka rasa sakitmu itu akan bertambah sakit setiap harinya. Bisa-bisa nyawamu terancam."


    Mendengar penjsan Randika, Christina sedikit ketakutan. Apakah orang ini serius?


    "Jangan meremehkan penyakitmu." Randika sepertinya bisa menduga apa yang ada di pikiran Christina saat ini. "Jika kau tidak mengobatinya segera maka hidupmu bisa-bisa berakhir tidakmagi."


    "Bagaimana caranya untuk menyembuhkannya?" Tanya Christina.


    "Simpel." Randika menyeringai. "Tuhan th memberikan jawabannya di hadapanmu ini."


    "Maksudnya kamu?" Wajah Christinangsung dipenuhi dengan keraguan. Dia mencurigai bahwa ini mungkin saja taktik Randika untuk mendekati dirinya.


    "Hahaha kenapa wajahmu meragukanku begitu? Aku pernah bjar ilmu pengobatan tradisional. Meskipun aku tidak sampai menjadi ahli, aku masih bisa menyembuhkan beberapa penyakit." Melihat ekspresi Christina yang ragu itu, Randikangsung berusaha meyakinkannya.


    Christina mengerutkan dahinya. "Sungguhan?"


    "Hanya aku yang bisa menyembuhkan dirimu." Kata Randika dengan serius.


    "Masa?"


    Randika sedikit jengkel mendengarnya, apa perempuan ini tidak takut nyawanya akan myang?


    Christina masih berpikiran bahwa orang ini hanya berusaha mendekatinya.


    "Jadi cuma itu yang ingin kau sampaikan?" Tanya Christina.


    "Iya."


    "Ku begitu pergi sana, aku ada urusan." Kata Christina dengan nada serius.


    "Ah? Tunggu!" Randika tidak habis pikir, perempuan ini benar-benar bodoh atau apa?


    Christina sudah ms berurusan dengan Randika, jadi dia hanya melewatinya dengan muka dingin.


    Melihat sosok Christina yang pergi itu, Randika menggaruk-garuk kepnya. Padahal aku sudah menghindari topik pembesaran dada, kenapa dia masih mengamuk?


    Penyakit Christina itu masih sedikitma untuk mencapai tahap membahayakan, jadi Randika berusaha melupakannya dan menymatkannya di saat yang tepat.


    Seth berjn beberapa menit, handphone milik Randika bergetar.


    "Han, kenapa meneleponku? Bukannya kau ada ks?" Randika tidak tahu mash apagi yang menimpa adik iparnya ini.


    "Kak, cepat ke sini! Ada orang bajingan yang mbrakku." Di balik suara Hannah, terdengar nada jengkel dan marah.


    Dbrak?


    "Kamu di mana sekarang? Aku segera ke sana!" Randika menjadi cemas.
『Add To Library for easy reading』
Popular recommendations
A Ruthless Proposition Wired (Buchanan-Renard #13) Mine Till Midnight (The Hathaways #1) The Wandering Calamity Married By Morning (The Hathaways #4) A Kingdom of Dreams (Westmoreland Saga #1)