Chapter 131: Hannah Ingin Berbisnis
Ketika mendengar anak itu berteriak pada ibunya, Randika dan Elvangsung merasa malu.
Kata-kata anak itu benar-benar terdengar ambigu.
Mereka berdua menatap mata satu samainlu memalingkan wajah mereka secara bersamaan.
Posisi mereka benar-benar canggung. Randika menyadari bahwa mereka pada dasarnya th berpelukan.
"Hahaha, anak kecil memang polos ya." Randika tersenyum kemudian melepas Elva dari genggamannya. Dialu berjn menuju pintu.
"Kamu ini bisa saja,in kali ku orang tuamu bergt lebih baik kamu pura-pura tidur saja." Randika mencubit pipi anak itu dan pergi dari gedung tersebut.
Melihat sosok Randika yang menghng, Elva mendengus dingin. Bisa-bisanya dia dipermainkangi sama Randika.
Melihat Leo yang masih tidak sadarkan diri berbaring dengan tenang, Elva makin marah dan menendangnya beberapa kali.
Jika bukan karena Leo, dia tidak akan dipekukan seperti itu oleh Randika.
.............
Seth meninggalkan Elva, Randika tidak berniatan kembali ke kantor. Lagip, tidak ada pekerjaan yang penting untuk dikerjakannya. Jadi dia memutuskan untuk png dan bersantai.
Ketika dia sampai di rumah, dia bertemu dengan Hannah.
"Lho tumben kamu di sini?" Randika menyapanya dengan senyuman.
"Kak!" Hannah senang melihat Randika yang png sendirian itu. Dia dengan cepat berdiri dan menyeret Randika untuk duduk di sofa.
"Ayo duduk kak, sini duduk di sampingku." Hannah terlihat bersemangat.
Randikangsung masuk mode waspada. Terakhir kali Hannah bertingkah seperti ini, dia pasti memiliki agenda tersendiri. Perempuan ini benar-benar licik, kadang bisa bertindak bagai mikat kadang bisa bagaikan iblis.
"Sekarang ada mash apa? Klub karatemu ada mashgi?" Randika duduk dan menatap Hannah.
"Kupun ada, aku sudah tidak peduligi." Randikangsung memberi jawaban yang js. Dia sudah tidak mau diseret Hannah untuk mengatasi mash yang sepelegi.
"Kak." Hannah memeluk tangan Randika sambil mengelus-eluskan kepnya di tangannya itu. Benar-benar menggemaskan.
"Han, jangan begitu. Aku hanya mencintai kakakmu di dunia ini." Kata Randika dengan wajah serius.
"Kak, dengarkan mashku dulu."
Randikalu mengh napas. "Memangnya ada mash apagi sekarang?" Wajah Randika terlihat bingung, terlibat mash apgi adik iparnya ini.
"Kali ini tidak ada hubungannya dengan orangin, murni ide brilianku saja." Hannah menatap serius mata Randika sambil tersenyum. "Jadi begini kak, akhir-akhir ini banyak anak kuliahan yang membuka usaha jadi aku ingin buka usaha sendiri."
"Itu saja?" Sindir Randika.
"Ya itu saja." Hannah makin mengencangkan pelukannya. "Aku Cuma ingin menjadi gadis yang mandiri."
Randika mengh napas dan bersandar di sofa. "Terus bisnis apa yang ingin kamu buka?"
Hannahngsung menjawab. "Aku kapan hari menyadari peluang usaha ini ketika di kamar asramaku. Orang-orang di universitasku ku tiap sabtu dan minggu biasanya akan jn-jn dan membeli baju di mal. Bukankah aku akan untung besar ku aku membuka toko baju di sekhku itu?"
Hannah makin bersemangat menjskan. "Menurutku ini adh ide brilian, para perempuan itu benar-benar suka bnja baju baru. Terlebih, sekhku mendorong para muridnya untuk membuka usaha jadi aku kepikiran untuk membuka toko baju."
Randika mengangguk. "Bagus sekali! Aku setuju dengan pemikiranmu itu. Jadi, apa yang bisa kubantu?"
"Kakak memang yang terbaik, aku tahu kakak akan mendukungku! Ah, tapi jangan beritahu kak Inggrid ya, dia slu tidak setuju ku aku ingin membuka usaha sebelumnya."
Meskipun tidak tahu kenapa, Randika hanya mengangguk.
"Han, kau sudah memikirkan mau buka di mana?" Randika mi menganalisa situasi. "Terus bagaimana dengan harga sewa, modal yang dibutuhkan, supplier bajumu dll? Apa kamu sudah memikirkannya?"
Hannah tersipu malu sambil tersenyum. "Itu aku sama sekali belum memikirkannya.
Randikangsung merasa pusing. Ku tidak memikirkan hal-hal mendasar seperti itu, bagaimana bisa orang membuka usaha?
"Han, apa kamu serius ingin membuka usaha atau kamu ingin main-main saja?" Lirik Randika.
"Kak, aku serius ingin membuka usahaku sendiri!" Tatapan Hannah menjadi serius.
Melihat wajah Randika yang terlihat ms dan ragu, Hannah dengan cepat memeluknyagi. "Kak, kau tadi ngomong akan membantuku. Jangan tinggalkan aku sendirian!"
"Iya, iya." Randika merasa tidak berdaya, dia tahu bahwa mash ini akan melhkan dirinya.
"Aku sebelumnya sempat memikirkannya. Ku lokasi, ada ruangan kosong yang bisa disewa di dm sekh. Ruangan itu cukup luas dan bagiku itu cocok sebagai toko baju. Ku mash modal, ada tabunganku sma ini. Seharusnya 200 juta cukup bukan?" Hannah tersenyum.
Dua ratus juta? Js cukup!
"Ku mengenai supplier" Hannah terlihat bingung. "Aku tidak tahu harus mencari ke mana. Baih ku begitu, kita sekarang akan berkeliling dan mencarinya!"
"Ayo kak, kita pergi sekarang saja." Hannah menyeret tangan Randika. "Hari ini kita harus menemukannya!"
Randika, yang baru png, terlihat ms. "Han, kenapa kau buru-buru begitu? Bagaimana ku kita menyusun rencana dulu?"
"Kak! Bukankah kamu bng akan membantuku? Ku tidak ada suppliernya, sama saja bisnisku tidak bisa berjn. Kita harus menemukannya sekarang juga!" Hannah berhasil menyeret Randika dari sofa dan membawanya keluar rumah.
Seth itu Hannah membawa Randika ke mobil sportnya.
Ketika mobil sudah meny, Hannah menoleh dan bertanya. "Kita mau ke mana ini kak?"
Ya ampun!
Randika benar-benar ingin menampar dirinya sendiri, adik iparnya ini benar-benar menguji kesabarannya.
"Sebentar." Randikalu mengeluarkan handphonenya dan mencari lokasi dari Pasar Tunjungan. Seth mendapatkannya, dialu memberi arahan pada Hannah.
"Ikuti arahanku." Kata Randika pada Hannah.
"Baik!" Hannahngsung memacu mobilnya.
Pasar Tunjungan merupakan mall sekaligus pasar tradisional yang menjual aneka barang. Dibandingkan dengan mallin, Pasar Tunjungan merupakan mall dengan harga termurah.
Demi mencari untung yang lebih, Randika memutuskan untuk mencari di tempat ini dulu.
Tidakma kemudian, kedua orang ini berhasil sampai di Pasar Tunjungan. Melihat mobil mewah itu, para pengunjung dan para penjual terkejut sekaligus penasaran.
Ketika Randika dan Hannah turun dari mobilnya, mereka menjadi pusat perhatian orang-orang. Kenapa orang kaya itu datang ke tempat seperti ini?
"Wah bajunya benar-benar banyak!" Hannah cukup terkejut. Di mana-mana terlihat baju dipajang mi dari baju anak-anak hingga dewasa.
Melihat Hannah masuk ke sebuah toko, Randika menggandeng adik iparna itu. "Han Itu toko baju untuk anak-anak, toko yang ingin kita kunjungi ada di sana."
Hannah merasa malu dan mengikuti kakak iparnya itu.
"Smat datang, nonagi mencari baju?" Penjaga toko yang melihat Hannah dan Randika berjn melewati tokonyangsung tersenyum lebar.
"Iya." Jawab Hannah sambil tersenyum.
"Ku begitu coba lihat tokoku ini." Kata lki itu. "Tokoku punya banyak baju untuk seg usia. Harga dan kualitas kujamin bagus!"