MillionNovel

Font: Big Medium Small
Dark Eye-protection
MillionNovel > Legenda Dewa Harem > Chapter 184: Hilangnya Inggrid

Chapter 184: Hilangnya Inggrid

    Chapter 184: Hngnya Inggrid


    Merasa resah, Randika menelepon sekretaris Inggrid.


    "Halo, apa Inggrid sedang lembur di kantor?" Suara Randika mengandung rasa cemas.


    "Benar, tapi sejam yanglu Bu Inggrid sudah png." Jawab si sekretaris.


    Hati Randika mi mengepal. Jika istrinya itu sudah png sejam yanglu, seharusnya dia sudahma berada di rumahnya. Hanya ada satu kesimpn, Inggrid tertimpa mashgi.


    Randika dengan cepat menghubungi handphone Inggrid. Meskipun berdering, tidak ada jawaban sama sekali.


    Randika mencobanyagi tapi hasilnya tetap sama.


    Inggrid terlibat mash apa?


    Randika mengerutkan dahinya, dia tidak dapat menemukan petunjuk apa pun. Seharusnya dia sama sekali tidak menyinggung siapapun akhir-akhir ini. Jadi siapa yang mencari gara-gara dengannya?


    Perusahaan Cendrawasih juga sedang tidak berada dm konflik dengan perusahaanin. Jadi Randika sama sekali tidak kepikiran siapa pkunya.


    Tidak, tidak, tidak, Randika harus berpikir apa yang aneh hari ini.


    Yang dia bisa tahu adh Inggrid hari ini berangkat sendirian memakai mobilnya karena supirnya tidak bisa datang. Berarti besar kemungkinan pku menyadari ini dan mengambil kesempatan.


    Randikangsung kepikiran dengan dua keluarga yang ada di Jakarta itu. Tetapi seth kedatangan kakek keduanya, bisa dikatakan bahwa mash dengan keluarga itu sudah selesai dan kedua keluarga itu sudah tidak mengusik Inggridgi.


    Seth berpikir begituma, Randika mengh napas dm-dm. Prioritas pertama adh menemukan Inggrid dulu bukan diam merenung.


    Pada saat ini, Hannah turun kentai bawah seth ganti baju dan melihat kakak iparnya itu sedang berdiri diam di depan meja makan. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya. "Ada apa kak?"


    "Kakakmu menghng."


    Hannah terkejut. "Maksudnya kakak apa barusan!?"


    Pada saat ini, Ibu Ipah juga ikut khawatir. "Apa nona terlibat mashgi?"


    Randika dengan berat hati mengangguk. "Kemungkinan besar iya, sekarang yang harus kitakukan adh menemukan lokasinya."


    "Kota ini telu besar, mustahil kita bisa menemukannya dm semm." Hannah sudah panik.


    "Itu lebih baik daripada diam saja." Randika sendiri mengerti dengan situasi ini. Jika tidak ada petunjuk, mencari Inggrid sama seperti mencari jarum di tumpukan jerami.


    Sin, siapagi yang mencari gara-gara dengan dirinya.


    "Jangan khawatir nak, kita akan menemukannya." Ibu Ipah berusaha menghibur.


    "Benar, ayo kita cari kak Inggrid bersama-sama." Hannah dengan cepat ganti baju sekaligi.


    Randika benar-benar cemas dan pusing. Dia sudah kehngan istrinya itu sekali dan tidak ingin hal ini ternggi. B perlu kota ini dia hancurkan demi menemukan jejak istrinya itu.


    Ketiga orang ini dengan cepat naik mobil dan berkendara menuju kota. Tetapi mereka tidak tahu harus ke mana.


    Randika berpikir sebentar dan mengatakan. "Kita lebih baik menelusuri jalur png Inggrid dari kantor. Mungkin kita bisa menemukan sesuatu."


    Memarkirkan mobilnya, mereka bertiga mi berjn kaki menelusuri jn yang dipakai Inggrid untuk sampai ke rumah. B perlu, mereka akan berjn sampai perusahaan di mana Inggrid bekerja. Sma perjnan, Randika terus menerus menelepon handphone Inggrid meskipun tidak terjawab.


    Seth hampir 10 menit, ketiga orang ini sudah berada di dekat perusahaan Cendrawasih tetapi masih tidak menemukan jejak apa pun. Ibu Ipah dan Hannah sudah panik tidak karuan.


    Hati Randika sendiri sudah mengepal, tetapi dia tidak boleh menyerah. Pada saat ini, tiba-tiba teleponnya terangkat.


    Hati Randika kembali bersinar, harapan untuk menemukan istrinya th kembali. Dengan cepat dia menempelkan HPnya di telinganya.


    "Di mana kamu?"


    Namun, suara lki bersendawa terdengar dari balik telepon. Hati Randika kembali meredup.


    "Hiks, ini siapa ya?" Suara lki itu terdengar terbata-bata dan tidak js.


    "Ini Randika, kamu siapa? Di mana Inggrid!" Suara Randika semakin menaik. "Kenapa kamu bisa mengangkat telepon ini? Di mana Inggrid?"


    Hannah dan Ibu Ipah dengan cepat berdiri di depan Randika, namun pada saat ini, lki yang mengangkat teleponnya itu tiba-tiba menutup teleponnya.


    Tut, tut, tut.


    Randika dengan cepat merasa kecewa ketika mendengar suara telepon terputus itu.


    "Kak sudah tidak usah khawatir. Kita coba pergi ke kantornya dulu, mungkin kakak ada di sana."


    Hannah berusaha menipu dirinya, dari tatapan matanya dia sudah terlihat khawatir.


    Pada saat ini, sekumpn orang mabuk sedang berjn menghampiri mereka.


    Para pejn kaki, melihat orang yang sudah mabuk berat itu, dengan cepat menghindari mereka. Mereka takut dengan apa yang akan dkukan orang-orang yang sudah mabuk itu.


    "Hei, Roy, hik, ngapain kamu barusan? Hik." Orang mabuk itu tidak bisa berhenti cegukan.


    Kumpn orang mabuk ini terus berjn dengan terpincang-pincang sambil terus cegukan. "Tidak ngapa-ngapain, hik."


    Mereka melewati kelompoknya Randika sambil terus bercanda. Randika sama sekali tidak mempedulikan mereka sampai akhirnya seseorang berkata pada temannya yang mabuk. "Aku hanya, hik, mengambil HP jatuh dan, hik, ada orang yang menelepon HP itu. Suara orangnya marah-marah jadi kututupngsung."


    Temannya itu tertawa. "Bajingan, matamu masih bisa melihat HP yang kecil itu?"


    Roy merasa tersinggung dan membs. "Memangnya kau kira, hik, aku lemah sepertimu? Ngambil HP jatuh seperti itu aku masih bisa! Tahu tidak? Nama orang itu lucu sekali, ku tidak sh Randika seperti penyanyi Kangen Band itu!"


    Randika, dengan pendengaran supernya, tiba-tiba menoleh dan mengejar kumpn orang mabuk itu.


    "ngigi kata-katamu." Randika dengan cepat memeriksa Roy dari atas ke bawah, di tangannya itu terlihat HP dengan casing berwarna pink.


    HP itu benar-benar familier, Randika yakin itu adh HP milik Inggrid!


    "Hei! Apa maumu bocah?" Orang-orang mabuk ini menegak kembali bir yang ada di tangannya. Dia hendak melepaskan diri dari genggaman Randika namun tidak berhasil. Pada saat ini, teman-temannya sudah mendatangi Randika satu per satu.


    "Hei kau ingin mati bocah?"


    Meskipun pandangannya mereka sedikit kabur, mereka masih berhasil mengepung Randika di tengah-tengah mereka. Ketika para pejn kaki melihat mereka, semuanya segera merasa kasihan pada Randika. Tindakan orang mabuk benar-benar tidak terduga dan mudah main pukul.


    Randika benar-benar tidak peduli dengan situasinya, dia hanya peduli dengan keberadaan Inggrid. "Aku tanya kamu sekaligi, di mana kamu menemukan HP itu?"


    Namun, para pemabuk ini tertawa bersama-sama.


    "Hei bocah, hik, kau kira kami akan bng, hik, begitu saja?"


    "Fitnah tanpa bukti itu sama saja dengan kejahatan. Pergi sana sebelum, hik, kami menuntutmu."


    Seorang dari mereka menghabiskan birnya dan meletakan botol kosongnya di tanah. Di tatapan matanya itu, Randika seperti bergerak terus tanpa henti.


    Teman-temannya juga mi kesulitan berdiri. Tiba-tiba, dari arah bkang, seseorang sudah myangkan botol birnya pada bagian bkang kep Randika.


    "Mati kau."


    Semua pejn kaki sudah menutup mata mereka, pemuda itu sudah tamat riwayatnya. Mungkin apa yang mereka bisakukan adh menelepon ambns.


    Tetapi kejadian yang terjadi benar-benar di luar dugaan semua orang. Botol bir itu tidak mengenai kep Randika. Randika sendiri sudah menghng dan berdiri di samping orang yang menyerangnya. Dialu mencengkeram erat pergngan tangannya.


    Seluruh tubuh si pemabuk ini benar-benar terangkat dan terbanting keras di tanah.


    Kali ini, semua teman-temannya yang mabuk itu menjadi marah. Mereka semua mi myangkan botol mereka tepat ke arah Randika.


    "Dasar bocah!"


    Ketika pemabuk itu menerjang, dadanya sudah menerima sikutan Randika. Orang tersebut terhuyung-huyung yang pada akhirnya terjatuh dan kepnya membentur dengan keras, dm sekejap dia sudah tidak sadarkan diri.


    Pemabukinnya juga ikut menerjang dan sudah tak sadarkan diri sambil memeluk botolnya, rupanya dia tersandung botol temannya yang ditaruh di tanah sebelumnya.


    Diin sisi, Randika sudah bagaikan serig yang masuk ke dm kandang ayam. Dia dengan cepat mengendalikan situasi. Dm 2 menit, yang masih sadarkan diri hanyh pemabuk yang memungut HP Inggrid, teman-temannya sudah tidak sadarkan diri semua.


    Para pejn kaki yang melihat hal ini sudah kehabisan kata-kata. Pemuda itu benar-benar sakti!


    Wajah Randika terlihat datar, isi pikirannya masih kacau dan cemas terhadap Inggrid. Ku saja orang ini mau menjawab pertanyaannya, semua orang yang dia hajar itu masih bisa berdiri.


    Roy menatap Randika dengan ekspresi ketakutan, saking takutnya dia memuntahkan isi perutnya.


    "Apa maumu!" Roy sudah sadar bahwa riwayatnya sudah tamat. Tanpa berkata apa-apa, Randika mengangkatnya dan menghantamkannya ke bawah. Dm sekejap Roy sudah merintih kesakitan.


    "Di mana kamu memungut HP itu?" Randika bertanya dengan nada dingin.


    "Ak Aku" Roy tidak bisa menghentikan rasa takutnya.


    Randikalu mengangkat tangannya. "Masih mau kuhajar?"


    Para pejn kaki sudah menelepon ambns dan menjskan situasinya. Ketika mereka melihat Randika menyiksa sh satu dari pemabuk yang tersisa, mereka sama sekali tidak berani mencegahnya.


    "Jangan! Tolong ampuni aku!" Kata Roy.


    "Di mana kamu memungut HP itu?" Tanya Randika sekaligi.


    "Di gang sebh sana." Kata Roy sambil menunjuk gangnya.


    Randika mengambil HP Inggrid dari Roy danngsung berjn menuju gang tersebut.


    Ibu Ipah dan Hannah dengan cepat mengikutinya, mereka bertigangsung mencari petunjuk ketika sampai di gang tersebut.


    Jika HP Inggrid ditemukan di sana, kemungkinan besar Inggrid melewati gang ini. Mungkin saja ada petunjuk yang bisa menjskan keberadaannya.


    Seth setengah jam belu, wajah Randika terlihat lemas, mereka sama sekali tidak menemukan apa pun.


    Di saat mereka bertiga merasa lemas, tiba-tiba mereka mendengar suara orang tertawa dari bkang mereka.


    Randika menoleh dan melihat boneka ginseng muncul dari dm tanah.


    Jadi sma ini ia bersembunyi di dm tanah?


    Randika yang masih terkejut itu tiba-tiba melihat boneka ginseng memanjatanya dan duduk di pundaknya.


    Pada saat ini, Ibu Ipah dan Hannah melihat boneka imut itu duduk dengan santainya di pundak Randika.


    Randika menatap boneka ginseng yang nampaknya berusaha berbicara padanya. Tiba-tiba pertanyaan ini terlintas di benaknya. "Apa kamu tahu di mana Inggrid berada?"
『Add To Library for easy reading』
Popular recommendations
A Ruthless Proposition Wired (Buchanan-Renard #13) Mine Till Midnight (The Hathaways #1) The Wandering Calamity Married By Morning (The Hathaways #4) A Kingdom of Dreams (Westmoreland Saga #1)