Chapter 204: Serangan Kelereng
Seperti orang normalinnya, Kaori tentu saja mengangguk pada Randika hanya untuk mendapatkan kesempatan kabur atau mencari pertolongan. Tetapi melihat Randika yang begitu pucat dan kesakitan, insting keibuannya mengambil alih. Mungkin orang ini bukah orang jahat, mungkin orang ini benar-benar butuh bantuan.
"Apa kamu baik-baik saja?" Kaori membungkuk dan bertanya dengan nada cemas.
Randika yang menutup matanya itu mengangguk. Dia sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya, obat kakek ketiganya ini sudah bekerja dengan baik. Efek samping dari obatnya juga berhasil ditahan oleh Randika.
Kaori menatap Randika, yang terus menerus menutup matanya sambil berkeringat deras. Meskipun orang ini th menerobos masuk rumahnya, perempuan ini benar-benar cemas dengan kondisi Randika. Namun pada saat ini, terdengar teriakan dari bawah.
"Kaori!"
Kaori mengerutkan dahinya, sepertinya orang menyebalkan itu datanggi.
Memakai bajunya, Kaoringsung beri menuju pintu. Sesaatnya membuka pintu, pria berambut pirang berdiri sambil mengunyah permen karet dan terlihat kasar.
Sambil tersenyum pria ini menatap Kaori dengan tatapan mesum. Sementara Kaori, dia sendiri ingin menutup pintunya dan mengusir pria itu cepat-cepat.
"Ah!" Kaki pria itu dengan cepat menahan pintulu berkata sambil tersenyum. "Hei, bukannya kamu sudah berjanji untuk pergi bersamaku mm ini?"
"Hah? Memangnya siapa yang mau pergi sama kamu?" Kaori berusaha sekuat tenaga menutup pintunya tetapi semua itu sia-sia, bagaimanapun juga dia adh perempuan.
"Sudah jangan malu-malu gitu, aku tahu kamu masih memiliki hati untukku. Bagaimana ku mm ini aku akan membuatmu myang bagai ke surga?"
"Sudah kubng ku kita itu sudah putus! Jangan bawa-bawa aku ke halusinasimu itu, aku sudah membencimu. Aku tidak ingin melihat wajahmugi, jadi bawa sana narkobamu dan pergi ke bar sama cewekin sana. Aku bukan perempuan yang bisa kamu pertgi."
Kaori benar-benar sudah tidak dapat menahan dirinyagi, suaranya benar-benar keras. Suaranya itu sampai terdengar sampai ke telinga Randika.
Mantan pacar Kaori, Haru, mendorong pintu hingga dirinya bisa masuk, membanting pintunya dan menatap Kaori dengan ekspresi dingin.
"Apa maumu? Kamu sendiri yang ingin pisah waktu itu." Kaori mendengus dingin. "Sekarang permintaanmu itu sudah terkabul, kau mh datang ke sini? Bawa otak bodohmu itu keluar dari rumahku!"
"Aku hanya bercanda waktu itu." Haru menggelengkan kepnya. "Bukannya wajar pasangan bertengkar? Sudah jangan marah-marah terus."
"Aku yang tidak sudi berpacaran dengan pecandu sepertimu." Wajah Kaori benar-benar dingin. "Bahkan aku sudah berniat meninggalkanmu sebelum kau yang memintanya. Sudah narkobaan, main cewek, memukulku, mengambil uangku, kau berharap aku masih memaafkanmu? Aku sudah muak dengan tingkahkumu itu, cepat keluar!!"
Senyuman Haru berubah menjadi ekspresi datar. "Tidak pernah ada wanita yang berani berkata seperti itu padaku, aku akan membuatmu menyesal."
"Aku tidak peduli, keluar!!" Kaori hendak membuka pintu dan memaksa Haru keluar tetapi tiba-tiba, Haru memukul pintu tersebut dan pintu tertutup kembali.
Sekarang keduanya saling berhadap-hadapan.
"Orang tuamu sedang tidak di rumah bukan?" Haru menatap tubuh Kaori lekat-lekat.
"Memangnya apa pedulimu?" Kaori sendiri aslinya sedikit takut tetapi dia tidak boleh menunjukannya. "Jika kau berani macam-macam, aku akan menuntutmu masuk tanpa ijin."
"Kau mengancamku?" Wajah Haru sudah benar-benar buruk rupa. "Kita lihat apa kau masih bisa bicara seperti ini seth aku memperkosamu!"
Mendengar kata-kata itu, Kaori berniat untukri kentai atas tetapi tangannya dicegat oleh Haru.
"Kembali sini pcur!"
Darah Haru sudah mendidih, dia menjambak Kaori dan membenturkannya pada tembok. Tangan kanannya menahan kedua tangannya Kaori di atas tembok.
Kaori yang diserang mendadak itu ketakutan, dia berusaha mrikan diri. Meskipun sudah meronta-ronta, tangannya ataupun kakinya sama sekali tidak bisa bergerak. Kekuatan fisik Haru benar-benar membuatnya tidak berdaya.
Haru menatap Kaori dengan tatapan dingin,lu sambil tersenyum, dia mencekik leher Kaori dengan tangan kirinya. "Hari ini kau akan mengandung anakku!"
Bersamaan dengan itu, tangan kirinya merobek baju milik Kaori. Dm sekejap, pakaian dm yang dikenakan Kaori, yang th dilihat Randika, terekspos kembali.
"Buat siapa kau memakai pakaian dm bagus seperti ini?" Haru mengerutkan dahinya sedangkan Kaori masih terus berusaha mrikan diri.
Mereka baru saja putus beberapa minggu dan perempuan ini sudah punya pasangan baru? Pemikiran ini membuat Haru benar-benar marah dan tidak sabargi membuat Kaori untuk menjadi miliknya smanya.
Dengan tangan kanannya masih menahan kedua tangan Kaori, Haru berusaha melepasanya dengan tangan kirinya. Pada saat ini, Kaori mengumpulkan tenaga pada lututnya dan menendang t kmin Haru dengan keras. Dm sekejap, tangan Haru yang menahan kedua tangannya menjadi lemah dan Haru berlutut kesakitan dintai.
Melihat Kaori yang hendak kabur, Haru, dengan wajah marah, menangkap kaki Kaori dan menyeretnya kembali.
"Mauri ke mana?"
"Tidak, tolong!!"
Kaori yang kepnya terbentur dintai itu berteriak minta tolong. Sedangkan Haru sudah berada di atas Kaori sambil tersenyum. "Jangan kira kau bisari dariku."
Mendengar permintaan tolong tersebut, Randika akhirnya bergerak.
Seth menoleh ke sekelilingnya, dia menemukan kotak yang isinya kelereng.
Haru sudah menatap dada yang sudahma dia tidak nikmati di bawahnya. Sambil melepasanya kembali, dia berusaha melepas beha milik Kaori. Hari ini dia akan menghamili Kaori dan membuatnya tidak bisa lepas dari dirinya untuk smanya!
Namun pada saat ini, sejuh kelereng th ditembakan secara beruntun dan mendarat di wajah Haru!
"Ah!"
Mendapatkan 3 tembakan kelereng tersebut, rasa sakit tersebut membuat darah Haru makin mendidih.
"Siapa itu?"
Mata Haru tertuju padantai 2 tetapi dia tidak menemukan apa-apa, saat dia menatap Kaori kembali, sebuah kelereng kembali myang dan mengenai wajahnya.
Haru makin marah. "Tunjukan dirimu atau aku akan Ah!"
Bahkan sebelum dirinya selesai berbicara, kelereng tersebut kembali mendarat di wajahnya. Kali ini serangannya benar-benar mengerikan, kelereng tersebut mengenai giginya. Rasa sakitnya itu sungguh menyakitkan bahkan giginya serasa hampir copot.
Bajingan!
Sambil menutupi mulutnya yang sakit, Haru menatapntai 2 dengan tatapan dingin. Tetapi serangan kelereng itu tidak pernah berhenti menyerangnya.
Dm sekejap, ekspresi wajah Haru berubah. Dia ingin bertahan dan mrikan diri dari serangan itu, tetapi semuanya sudah tembat. Satu per satu kelereng sudah mendarat di wajahnya dan membawa rasa sakit yang luar biasa. Haru hanya bisa mngkah mundur sambil menahan rasa sakitnya.
Serangan kelereng itu serasa tidak ada habisnya. Pada saat dirinya mngkah mundur, Haru secara tidak sengaja tersandung dan terjatuh dintai.
Ketika dirinya berusaha berdiri, wajah Haru sudah benar-benar merah. Tatapan matanya sudah penuh dengan rasa takut.