Chapter 225: Pertempuran di Laut
Kembalinya di rumah amannya, Randika antusias mendengarporan mengenai Yuna. Informasi ini juga berkaitan dengan keberadaan Bn Kegpan dan Shadow.
Dari tiga crownless king, hanya Raihan yang ada di rumah ini dan sisa duanya masih meneruskan mengumpulkan informasi. Dari kelima jenderal, hanya Serig yang masih mtih calon-calon prajurit yang baru bersama dengan Matthew dan Martin. Sin si kembar itu, para letnan yangin sudah berkumpul bersama Randika.
Para pr pasukan Ares kembali berkumpul atas perintah tuan mereka.
"Yuna disekap di sebuah pu." Kata Randika. "Informasi ini dapat dipercaya."
"Ku begitu tunggu apgi tuan? Mari kita hajar mereka!" Singa yang paling sembrono itungsung bersemangat dan berdiri dari kursinya. Semuanya menggelengkan kepnya melihat sikap tidak sopannya itu.
Randika mengangguk dan membagikan informasi ini. Seth beberapa persiapan, mereka semua berangkat menuju pu tersebut.
Pertempuran kali ini berlokasi di sebuah pu terpencil yang jauh dari ibukota. Butuh waktu sekitar 4 jam dari Tokyo untuk sampai di pinggiran pantainya. Di sana, kapal dan pesawat pengintai sudah siap menunggu mereka di sana.
Beberapa orang menaiki pesawat pengintai dan sisanya masuk ke dm kapal.
Untuk pertempuran kali ini, sin para elite, kira-kira 100 orang siap bertempur hingga mati demi nama Ares. Pertempuran sebelumnya th menn korban yang begitu banyak dan Serig belum selesai mtih para prajurit baru. Oleh karena itu, untuk menutupi ch juh ini, Randika membawa para jenderal dan letnannya bersamanya. Ketika Bn Kegpan berhasil dikhkan, pasukannya ini akan terisi kembali pn-pn.
Laut mi berkabut, Singa yang berada di buritan kapal mengerutkan dahinya. "Apa kalian tidak kepikiran kenapa kita bisa menemukan Bn Kegpan secepat ini? Apakah ini jebakan?"
"Mulutmu harimaumu." Jin yang ada di sisinya tiba-tiba menegurnya. "Jangan berpikiran negatif seperti itu, bagaimana mungkin Bn Kegpan bisa tahu gerakan kita ini?"
Mendengar kata-kata Singa tersebut, Randika mengerutkan dahinya. Memang dia mengirim orang untuk mencari keberadaan Bn Kegpan, yang jadi pertanyaan adh apakah Bn Kegpan mkukan hal yang sama?
Jika iya maka Bn Kegpan akan mengerti setiap gerakannya, terlebihgi mereka sekarang terjebak diut dan apab Bn Kegpan sudah siap dengan kedatangannya maka hal ini akan buruk bagi pasukannya.
Sin orang yang ada di pesawat, semuanya ada di kapal yang besar ini. Meskipun byar dengan cepat, kabut diut yang tebal ini menghngi jarak pandang mereka. Tidak seperti kapal induk, kapal ini tidak mempunyai persenjantaan yang berat seperti misil ataupun senapan mesin yang terpasang. Jadi jika musuh datang dari atas, maka mereka akan dibombardir tanpa bisa membs.
"Lihat di depan!" Kyoko menyadari sesuatu di teropongnya.
Ketika semua mendengar suara Kyoko, semua orang melihat ke arah yang ditunjuknya. Di depan mereka, terlihat kapal induk yang beyar ke arah mereka. Meriam-meriam mereka sudah membidik ke arah mereka. Dengan jarak mereka sekarang, misil-misil itu bisa mengenai mereka dengan mudah.
"Seharusnya aku tidak berpikiran negatif tadi." Wajah Singa menjadi pucat pasi. Dia menggaruk rambutnya sambil mengatakan. "Sepertinya ada mata-mata Bn Kegpan di rumah aman kita."
Raihan yang berada di pesawat pengintai mengerutkan dahinya. Tempat pertempurannya kali ini adhut, jarak yang jauh ini tidak memungkinkan teknik pedangnya untuk membs tembakan senjata apiwan.
Situasi benar-benar buruk.
Wajah Raihan sudah benar-benar pucat pasi. Jika dia menerjang turun ke kapalwan, persenjataan musuh akan membombardir dirinya. Jika dia tidak lincah dm menghindar, maka itu sama saja dengan misi bunuh diri.
"Apa yang harus kitakukan?" Dion bertanya pada rekan-rekannya, hampir semua orang sudah tidak tahu harus berbuat apa.
Pada saat ini, senapan mesin di kedua sisi kapal musuh juga mi bergerak. Semua senjata mengarah pada kapal Randika yang sangat empuk itu.
DUAR!
DUAR!
DOR!
DOR!
Misil serta senapan mesin mi ditembakan dan semua mengarah pada kapal dan pesawat Randika.
"MENGHINDAR!"
Randika berteriak dan seluruh awak kapal menjadi panik. Pesawat-pesawat pengintai milik mereka juga menghindari hujan peluru yang padat. Dm sekejap pesawat-pesawat tersebut berpencar. Namun, sebagian pesawat terkena danngsung terjun bebas ke dmut. Di tengahut ini terdengar ledakan dan suara pesawat yang terjatuh, membuatut yang tenang menjadi kacau.
Wajah Randika juga sama pucatnya. Meskipun tembakan putaran pertama ini belum dapat menenggmkan kapalnya, kapalnya ini tidak bisa bertahan apab ditembaki secara terus menerus.
"Kuatkan tekad kalian, padamkan api dan bersiap untuk menaiki kapal musuh." Polemos menguatkan tekad anak buahnya. Satu-satunya jn adh menaiki sekoci dan bergerak ke kapal musuh.
Di kapal induk musuh, kapten kapal yang bernama Aribano itu melihat kapal Randika yang masih mengapung. Dia memerintahkan anak buahnya untuk terus menembak.
Terlebihgi, Bn Kegpan sudah menyiapkan senjata yang lengkap apabwan berhasil menaiki kapal mereka seperti senapan serbu, granat, peluncur roket dll.
Namun, pasukan Ares ini kh persenjataan dan jarak mereka telu jauh. Para pesawat pengintai mereka pun tidak dilengkapi oleh senjata jadi mereka sama sekali tidak bisa menyerang.
"Sin! Mereka benar-benar pengecut menyerang kita seperti ini!" Kata sh satu prajurit. Dia mengamuk karena tidak bisa membs dendam temannya yang meninggal barusan terkena peluru.
Aribano yang melihat kepn asap hitam mi menjng tinggi di kapal Randika itu terlihat tersenyum.
"Ternyata cuma segini kekuatan si Ares."
Aribano hanya menggelengkan kepnya dan meminum kopinya.
Dengan kekuatan seperti itu mereka berharap menghadapi tuannya? Mimpi!
"Ambilkan senjataku." Kata Aribano pada bawahannya.
Seseoranglu membawakan SSG 69 buatan Austria itu pada Aribano. Dialu membidik ke arah Randika yang berdiri diam di kejauhan.
Randika, yang menyadari dirinya diincar itu, untuk sesaat mengerutkan dahinya.
Melihat targetnya yang rapuh itu, Aribano tersenyum. Ares, kau akan mati olehku!
DOOOR!
Menekan ptuknya, peluru dari senjata sniper itu melesat kencang ke arah kep Randika.
Namun sayangnya, Randika tiba-tiba melompat ke dm air. Seth menarik napas sekali, seluruh badannya menghng dari permukaan air.
Aribano yang melihat ini dari lensa teropongnya itu terkejut. Mustahil pelurunya mengenainya secepat itu, berarti seorang Ares itu kabur menymatkan dirinya?"
"Ternyata kau cuma seorang pengecut Cepat tenggmkan kapal musuh, aku ingin makan mm dengan santai hari ini." Kata Aribano sambil menyerahkan senapannya.
Dia tidak menyangka Ares akan menymatkan dirinya seperti itu dan mengorbankan teman-temannya. Nafsu membunuhnyangsung hng karenawannya ini tidak pantas bagi dirinya. Lagip, hanya mash waktu sebelum pasukannya menenggmkan baik kapal ataupun pesawat musuh.
Seth Randika menym ke dm air, dia mengumpulkan tenaga dmnya di kaki dan tangannya. Dengan kecepatan berenang yang luar biasa, dia bergerak menuju kapal induk musuh. Jika dia tidak segera melumpuhkannya, lebih dari nyawa 100 orang bawahannya itu akan mati seketika.
Aribano sudah berniat masuk ke dm kabinnya ketika melihat situasi pertempuran yang membosankan ini. Dia sudah berniat mporkan kemenangannya ini pada Bn Kegpan.
"Panggil aku ku kalian sudah selesai." Kata Aribano dengan santai. Situasi pertempuran ini sudah tidak membutuhkan komandonya jadi dia berniat bersantai di kabinnya.
Namun ketika dia hendak pergi, tiba-tiba terdengar teriakan seseorang memanggilnya. "Kapten! Kapten!"
Aribano menoleh dan mengerutkan dahinya. "Kenapa teriak-teriak?"
"Anu Jadi begini" Orang itu kehabisan napas dan terlihat panik.
Aribano merasakan firasat buruk ketika mendengarporannya. Dialu melihat ke arah air dan melihat sosok Randika, yang dikiranya kabur, berenang dengan kecepatan yang luar biasa menuju kapalnya!
Bukan, itu tidak bisa dikatakan berenang. Itu seperti torpedo!
Apa orang itu punya roket di kakinya?
Aribano yang melihat hal ini menn air ludahnya, kecepatan berenang Ares benar-benar abnormal!
"Tembak dia!"
Dengan cepat Aribano memberikan perintah. Ketika awak kapal mendengarnya, semua senjata mengarah pada Randika seorang. Tiba-tiba, ombakut yang tenang mi bergejk di sekitar kapal induk ini. Namun, tidak ada satupun peluru ataupun misil yang mengenai Randika.
"Semuanya berkumpul dan bawa senapan serbu kalian!"
Suara Aribano sudah terdengar serak, tidak sebagus sebelumnya. Dia merasa bahwa ancaman yang dibawa Randika itu benar-benar buruk baginya, jadi dia harus membasminya sebelum dia mencapai kapalnya!
Di bawah barisan senapan serbu yang berbaris dengan rapat, semua awak kapal menembak ke arah Randika. Namun, Randika menym makin dm untuk menghindari hujan peluru ini.
Melihat tidak ada sosok yang berenang di permukaan seth beberapa saat, Aribano mencari-cari posisi Randika dengan teropong. Seth menembakkan seluruh magasin mereka, para awak kapal juga mencari-cari target mereka. Mereka bertanya-tanya apakah mereka berhasil membunuhnya? Namun, tidak butuh waktuma bagi mereka untuk menemukan sosok Randika yang mengambil napas dan berenang kembali.
Tidak kena!
Aribano yang baru saja merasakan rasa senang itu kembali tegang. "Tunggu apgi? Tembak!"
Para awak kapal kembali menembakan senjata mereka, namun sosok Randika makin mendekati kapal mereka tiap detiknya.
Seth satu putaran penuh magasin, para awak kapal ini mencari kembali sosok Randika yang menym ke dm air.
Ketika Randika menym, para awak kapal ini merasakan firasat buruk. Permukaan airut benar-benar tenang.
Ketika mereka sibuk mencari ke seg arah, sebuah sosok manusia myang tinggi di hadapan mereka dan menutup sinar matahari yang cerah itu.
Semua awak kapalngsung membidikan senjata mereka kepada Randika yang baru saja mendarat di bkang mereka. Namun semuanya sudah tembat. Randika dengan cepat sudah menerjang ke arah mereka dan membunuh mereka satu per satu!
"Tembak terus!" Aribano dengan cepat mengeluarkan pistolnya. Dia tidak menyangka bahwa Randika bisa menaiki kapalnya dengan cara seperti itu.
Namun, Randika sudah berhasil memotong jarak di antara mereka dan bertarung dengan jarak dekat. Para awak kapal ini ragu untuk menembakan senjata mereka, bisa-bisa tembakannya mh mengenai temannya sendiri.
Memanfaatkan hal ini, Randika menghajar mereka satu per satu.