Chapter 267: Saran Untukmu
Randika dari awal sudah mengerti trik-trik seperti apa yang digunakan E. Perempuan itu benar-benar lihai memanfaatkan ch, js bahwa dia sudahma bergelut di dunia perjudian sejakma.
Hal-hal seperti inh yang membuat Randika benci berjudi. Dia sangat membenci bagaimana orang-orang yakin dengan kemampuan menipu mereka hingga akhirnya kehngan segnya.
Jadi tidak ada shnya kan untuk ikut curang ketika dicurangi?
Melihat kegugupan E semakin membesar, Randika yakin inh saat yang tepat untuk memainkan triknya. Sma 3 ronde awal, Randika sudah menandai kartu dengan tenaga dmnya. Hal ini hanya bisa dilihat oleh dirinya, orang-orang awam tidak akan pernah menyadarinya.
Sejujurnya, dia bisa menang sejak awal ronde ketiga tetapi dia memutuskan untuk tidak mkukannya. Kenapa? Js agar dia bisa memandangi dada E tanpa perlu mengalihkan perhatiannya!
Tetapi sekarang dia merasapar dan sekarang baginya adh waktu yang tepat untuk menyelesaikannya.
Ketika E berusaha membagi kartunya dengan trik second deal, tiba-tiba kartu yang diambilnya tersangkut! Di bawah tatapan semua orang, kartu yang diambil dari bawah itu terlihat dengan js.
Tenaga dm Randika yang ada di dm kartu bekerja sebagai lem, oleh karena itu kartu yang diambil oleh E tersangkut dan memperlihatkan trik yang digunakan oleh E.
"Curang! Perempuan itu curang!" Teriak beberapa orang.
"Benar-benar ceroboh, sekarang reputasinya pasti hancur."
Randika hanya tersenyum ketika melihat wajah E yang memucat. "Sepertinya akh pemenangnya."
Hao, yang berada di samping meja, benar-benar linglung. Bagaimana E bisa mkukan hal ceroboh seperti itu? Ini pasti h Randika, pikirnya. Dialu menatap Randika lekat-lekat dan tersenyum pahit sambil mengh napasnya. Sepertinya perlu beberapa tahun agar dia bisa setara dengan pria itu.
Aku pasti akan menghkanmu!
Randika menatap orang-orang yang ribut sendirilu berdiri sambil mengatakan. "Transfer uangku sekarang, aku ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini."
Randika sudah bosan menghadapi orang-orang seperti ini, lebih baik dia png dan bermain-main dengan istrinya.
"Tunggu dulu!" E berteriak dengan nada dingin. "Bertarunh denganku sekaligi."
Randika menguap. "Baih, satu kaligi."
E menggigit bibirnya hingga berdarah, orang ini benar-benar meremehkan dirinya.
"Kita hanya bermain dadu." E mengeluarkan 2 buah dadu dan sebuah gs hitam. "Siapa yang bisa mendapatkan juh yang paling kecil dih pemenangnya."
Sesudahnya menjskan, E segera memasukan kedua dadu itu ke dm gs dan mengocoknya.
Randika memperhatikan perempuan satu ini sambil mengh napas. Sepertinya penjudi seperti E tidak bisa lepas dari trik-trik kotor, perempuan satu ini sudah busuk hingga ke intinya.
Sesuai dugaannya, di bawah tatapan orang-orang, E mengangkat gsnya dan menunjukan isi dadunya yaitu 2!
E tersenyum. "Sekarang giliranmu. Sebagai tambahan, jika kita seri maka kamh pemenangnya."
Randika mengh napasnya, dia mengambil gs hitam itu dan mengocok dadunya. Tenaga dm di tangannya sudah bekerja dengan cepat. Berbeda dengan E, dia mengocok gs itu secara pehan.
Orang-orang sudah mengira bahwa Randika sudah tidak punya kesempatan menang, mendapatkan angka 2 benar-benar mustahil. Pada saat ini, Randika berhenti mengocok dan belum membuka isinya.
Ketika semua orang penasaran dengan isi gs Randika, Randika sudah berdiri dan berkata sambil tersenyum. "Aku harap dengan ini kamu tidak mengejarkugi."
Kemudian, tidak peduli dengan reaksi orang-orang, Randika berjn menjauhi meja.
Orang-orang yang melihat hal ini terlihat bingung, E mengerutkan dahinya dan mengambil gs yang masih tertutup itu. Matanya terblak ketika dia melihat kedua dadu itu hancur menjadi debu!
Dadu yang hancur menjadi debu, bisa dikatakan, tidak ada angkanya berarti Randika mendapatkan ni total 0. Lagigi Randika menang!
E sudah tidak tahu harus berkata apa, semua orang juga terkejut ketika melihat dadu yang hancur itu. Hari ini benar-benar penuh dengan kejutan.
"Dewa judi Orang itu adh dewa judi!" Kata beberapa orang.
Mi dari hari ini, legenda dewa judi yang baru thhir di kasino ini.
"Menarik Nancy, bawa orang itu kemari." Elizabeth, yang memperhatikan Randika sejak awal, tersenyum.
"Baik."
Nancy menyanggupi permintaan nonanya dan berjn keluar dari ruangan VIP.
Randika berjn menuju pintu keluar, tiba-tiba, ada perempuan cantik berwajah dingin mendatanginya. Perempuan ini mengingatkan dirinya terhadap Elva.
Nancy mencegat Randika dan berkata padanya. "Ikut denganku, majikanku mau ketemu."
Randika berhenti berjn dan menatapnya dengan tajam. "Apa aku berhutang pada majikanmu itu?"
Nancy terlihat bingung, dengan nada dingin dia menjawab. "Tidak."
"Terus kenapa kamu berbicara seperti itu ke aku?" Jawab Randika dengan santai.
Nancy menatap Randika yang penampnnya tidak berks itu. Sambil menahan amarahnya, dia berkata kembali pada Randika. "Tuan, majikanku ingin bertemu dengan Anda, maukah Anda ikut denganku?"
"Tidak mau, aku tidak kenal siapa majikanmu itu. Terlebih, kamu menghngiku berjn." Randika mencuekinya dan berjn melewatinya. Tetapi, Nancy kembali mencegatnya.
"Sayangnya aku tidak menerima kata tidak, Anda harus bertemu dengan majikanku." Kata Nancy dengan wajah serius.
"Kamu kira siapa aku?" Randika juga menjadi marah. Dia berkata padanya dengan nada sedikit tinggi. "Anjing mati sepertimu tidak bisa menghngi jn seorang singa."
Randika paling benci dengan orang kaya yang bertindak semena-mena mentang-mentang memiliki uang, ku dia memang butuh sesuatu darinya maka datanh sendiri bukan menyuruh anjing-anjingnya.
"Apa katamu?" Nancy sudah tidak bisa menahan amarahnya. Dia tidak pernah mengmi kejadian seperti ini. Awalnya rakyat jta ini ingin mendapatkan rasa hormatnya sama seperti majikannya dan sekarang dia mh mengejeknya sebagai anjing?
"Ternyata kamu bukan hanya tidak punya otak, sepertinya kamu juga tuli." Randika menggelengkan kepnya. "Sia-sia berwajah cantik tetapi bodoh."
Nancy sudah tidak bisa menahan dirigi, darahnya sudah mendidih. Dia myangkan sebuah tamparan ke arah wajah Randika.
Namun tanpa disangka-sangka, pergngan tangannya berhasil ditangkap oleh Randika. Terkejut, Nancy segera mengambilngkah mundur.
Randikalu berkata padanya. "Meskipun seekor singa biasanya tidak peduli dengan gonggongan anjing, hari ini aku akan membuat pengecualian. Aku akan mengajari anjing sepertimu agar tidak macam-macam pada seorang raja."
Mendengar kata-kata Randika yang angkuh, darah Nancy sudah tidak bisa lebih mendidihgi. Namun, sebelum dia bisa mengambil ancang-ancang menyerang, Randika sudah menerjang ke arahnya.
Menurut insting Nancy, dia harus menghindar dari serangan ini. Namun, gerakan Randika berubah-ubah sgi dia beri, Randika berhasil berdiri di depan Nancy dan meninjunya di dadanya.
"Belum selesai!" Teriak Randika sambil beri ke arah bkang Nancy.
Nancy yang merasakan rasa sakit yang luar biasa itu, mendadak merasakan punggungnya th ditendang.
"Bersiah!"
Seth menerima beberapa pukngi, Nancy sudah benar-benar tumbang oleh serangan Randika.
Namun, pukn Randika tidak sekeras biasanya. Randika masih memiliki hati ketika mwan seorang perempuan,gip dia hanya ingin memberikan pjaran pada pengawal angkuh ini.
"Lain kali, kenali duluwanmu sebelum menggonggong." Kata Randika dengan santai, kemudian dia berjn menuju pintu keluar. Namun pada saat ini, suara dingin terdengar dari arah bkang. "Kamu memang orang yang merepotkan."
Randika menoleh dan terkejut, bukankah dia perempuan yang dia smatkan dari para preman itu?
"Adik kecil, aku tidak menyangka perempuan itu bawahanmu." Mengingat sifat remaja perempuan satu itu, Randika menggertakan giginya.
Tatapan mata Elizabeth terlihat dingin, adik kecil?
Elizabeth menghembuskan napasnya dan berkata pada Randika dengan nada dingin. "Aku hanya ingin memberikanmu sebuah saran. Tetapi itu, terserah padamu ingin mendengarkannya atau tidak."
Melihat wajah serius adik kecil itu, Randika berhenti berjn. "Apa saranmu?"
"Berhati-hath beberapa hari ini." Elizabeth membantu Nancy untuk berdiri dan melewati Randika. "Aku harap kamu bisa bertahan hidup."
Apa?
Randika benar-benar tidak tahu apa artinya itu. Melihat sosok Elizabeth yang menghng sambil membawa Nancy, Randika sudah tidak peduligi.
Sedangkan untuk sarannya itu, Randika tidak tahu apa artinya. Hidupnya sekarang masih baik-baik saja, memangnya siapa yang berani mengancam nyawanya?
Sedangkan untuk kalimat keduanya, "Aku harap kamu bisa bertahan hidup", benar-benar membuat Randika sedikit jengkel. Memangnya siapa di dunia ini yang bisa membunuhnya?