Chapter 274: Aku Akan Slu Menjadi Istrimu
Inggrid terdiam, apakah ini akan menjadi akhir dari kisah cintanya?
Tidakma kemudian, suara jeritan dari arah bawah sudah tidak dapat didengar. Shadow berjn menuju bkangnya Inggrid sambil menatap tajam ke arah tangga dan memegang pisaunya di leher Inggrid.
"Apa kamu pikir dia datang untuk menyelematkanmu? Sayang sekali, dia datang untuk melihatmu mati." Shadow menatap tajam ke arah tangga. Sesampainya Randika dintai ini, dia akan menggorok leher Inggrid. Bahkanwannya seorang Ares sekalipun, dia tidak mungkin bisa mencegahnya.
Inggrid menatap ke depan dan menutup matanya secara pehan, mungkin kisah cintanya ini memang sudah berada di tahap akhir.
Namun, wajah dingin Shadow itu mengerut. Sudah semenit belu sejak suara dari bawah itu berhenti, tetapi kenapa tidak ada pergerakan sama sekali?
Menurut analisanya, Ares yang dipenuhi oleh api kebencian dan kemarahan itu sudah pasti beri menujuntai atas demi menymatkan perempuannya. Tetapi, kenapa tidak ada pergerakan sama sekali?
Suasana ruangan menjadi aneh, meskipun Shadow masih di posisi yang diunggulkan, rasa seperti ini membuatnya tidak nyaman. Rasa tidak nyaman ini berasal dari perjnannya bersama Randika bertahun-tahun sebelumnya, dia sangat memahami betapa mengerikannya kekuatan Randika.
Pada saat ini, Shadow masih menatap ke depan sambil berkeringat dingin, namun tiba-tiba ada suara yang datang dari arah bkangnya. "Maaf membuatmu menunggu teluma."
Ketika mendengar suara itu berasal dari bkang, Inggrid, yang sudah membuka matanya itu, terlihat senang. Sedangkan punggung Shadow sudah basah oleh keringat.
Mustahil, bagaimana bisa Randika berada di bkangnya?
Tanpa banyak berpikir, Shadow merespon dengan cepat. Pisau di tangannya sudah mengarah pada Randika. Serangan mendadak Randika ini membuat Shadow panik dan melenceng dari rencana awalnya, dia sudah melupakan Inggrid yang ada di depannya. Lagip, buat apa dia berhasil membunuh Inggrid tetapi nyawanya sudah myang juga?
Serangan pisau Shadow memanh cepat, tetapi semua itu sudah tembat.
Di hadapan Ares sang Dewa Perang, tidak ada serangan yang bisa membunuhnya!
Seth mengk dari serangan Shadow, Randika memukulnya, dengan tangan yang sudah dipenuhi oleh tenaga dmnya, dan mengenai dada Shadow. Pukn keras itu membuat Shadow muntah darah dan myang menuju tembok. Tetapi, serangan Randika tidak berhenti begitu saja. Ketika Shadow menatap tembok, Randika sudah berada di hadapannya dan menangkap pergngan tangannya. Dengan cepat, Randika memelintir tangan Shadow.
Jeritan tragis terdengar dari mulut Shadow, rasa sakit dari tangannya itu membuatnya tidak bisa berhenti menjerit; dia merasa seakan-akan tngnya sudah remuk.
"ARGH!"
Ketika Shadow masih menjerit, dia menerima sebuah pukngi. Pukn keras itu membuat Shadow terbenam dintai dan membuat retakan yang besar. Darah sudah tidak bisa berhenti mengucur dari mulutnya, sepertinya organ dmnya yang pehan pulih itu kembali terluka.
"Kamu bisari sekali, tetapi tidak ada kesempatan berikutnya." Randika berdiri di hadapan Shadow dengan wajah yang dingin, kengerian yang dimiliki Shadow sudahma memenuhi wajahnya.
Bagaimana bisa Randika menyerangnya dari bkang?
Ketika Shadow mengangkat kepnya, dia melihat sebuah lubang di tembok yang belum selesai dibangun. Dari situ, Ares pasti datang dari situ!
Melihat wajah Shadow yang masih menunjukan pewanan, Randika mengangkat kakinya untuk mematahkan kedua kaki Shadow. Tetapi, dia merasakan tatapan mata Inggrid.
Ketika Randika mengangkat kakinya, hati Inggrid sudah mengepal. Tubuhnya gemetar dan keringat dingin tidak bisa berhenti mengalir, kata-kata Shadow tentang Randika th mempengaruhi dirinya.
Siapapun yang mendengar cerita Shadow mengenai Randika pasti merasakan rasa tidak percaya dan menganggapnya berlebihan. Namun, seth melihat dengan mata kepnya sendiri, Inggrid mi ragu.
Apakah Randika benar-benar seorang iblis?
Meskipun Inggrid tidak mau mempercayainya, dia tidak bisa melepaskan pertanyaan itu dari kepnya.
Shadow terbatuk dan mengeluarkan seteguk darah segar, wajahnya masih sempat tersenyum. "Sepertinya aku sh perhitungan, aku benar-benar meremehkanmu."
Randika membs. "Dari awal kamu tidak punya kesempatan untuk menang."
Kemudian, Randika mengepalkan tinjunya dan memukul Shadow dengan tinju yang berisikan tenaga dm!
Tenaga dm Randika mengalir deras ke Shadow mlui tinjunya itu. Ku diumpamakan, sekarang sedang terjadi ledakan nuklir di tubuh Shadow. Seluruh organ, sel tubuh, otot Shadow terkena oleh tenaga dm Randika. Darah sudah mengalir dari seluruh pori-pori kulitnya dan organ dmnya mi gagal berfungsi.
Meskipun puknnya ini tidakngsung membunuhnya, nasib Shadow sudah pasti tamat. Waktunya hanya satu jam sebelum hidupnya berakhir!
Shadow yang kejang-kejang itu akhirnya tenang kembali, wajahnya yang berlumuran darah itu tersenyum. "Kamu tidak membunuhku hanya karena ada perempuanmu di depanmu? Ares, kamu sudah berubah."
Randika hanya menatap dingin pada mayat berjn bernama Shadow itu. Tidak membs kata-kata Shadow, Randika berjn dan menghampiri Inggrid.
Kali ini Shadow sudah tidak akan bisa mengganggunyagi. Mi hari ini, nama Shadow akan tertera di daftar korban Ares sang Dewa Perang.
Takdir seorang pengkhianat adh kematian!
Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada ditusuk dari bkang oleh orang kepercayaan.
Menatap sosok Randika yang berjn menjauh darinya, sebuah tombol tiba-tiba muncul di tangan Shadow.
"Ares, kamu kira aku tidak bisa membunuh perempuanmu itu?"
Shadow tertawa keras, kemudian dia menekan tombol di tangannya itu.
Ketika mendengar kata-kata Shadow itu, Randika sudah merasakan firasat buruk. Dan benar saja, seth tombol itu ditekan, kursi yang mengikat Inggrid itu tiba-tiba bunyi dan melesat dengan cepat menuju sebuah lubang besar di tembok.
"AH!!"
Sepertinya kursi itu didesain khusus untuk meluncur dengan cepat apab tombol aktivasinya ditekan. Karena tombol itu sudah aktif, kursi itu mju dengan cepat menuju bagian bawah gedung!
"Inggrid!"
Randika mengalirkan tenaga dmnya menuju kakinya, namun kursi itu mju telu cepat. Tidak ada pilihanin, satu-satunya cara adh menymatkannya di udara. Tanpa ragu, Randika menyusul Inggrid yang sudah terjun bebas itu.
Melihat kedua orang itu sudah meninggalkan dirinya, Shadow tertawa.
"Ares, apakah nanti pagi kita akan makan bersama di neraka?"
Sesudahnya berkata demikian, Shadow tidak bisa berhenti terbatuk dan darah terus keluar dari mulutnya.
Shadow berusaha menarik napasnya tetapi tidak bisa, sepertinya nyawanya akan berakhir. Lalu dia menekan tombol yang ada di tangannya untuk kedua kalinya.
DUAR!
Tiba-tiba, suara ledakan bisa terdengar darintai tempat Shadow berada. Dengan ini juga, Shadow th mengaktifkan seluruh bom yang berada di tiapntai. Tidak hanya satu, tetapi berpuluh-puluh ledakan di tiapntai sudah siap meledak. Dari atas hingga bawah gedung, semua pr pondasi th dipasangi oleh bom. Gedung ini hanya butuh satu menit menjadi reruntuhan batu.
Ketika Randika terjun bebas menyusul Inggrid, dia dapat merasakan ledakan dintai Shadow. Tetapi fokusnya kali ini adh menymatkan Inggrid, dia sudah tidak peduli dengan Shadow.
Untungnya saja, Randika jatuh lebih cepat dan dia berhasil menyusul Inggrid yang terikat di kursi. Sepertinya besi-besi yang digunakan Shadow untuk mengikat Inggrid terbuat dari logam khusus, sangat sulit untuk membukanya!
"Ran, aku rasa semuanya sudah tembat. Kita akan mati." Inggrid sudah pasrah.
"Bodoh! Jangan ngomong yang tidak-tidak, percayh padaku!"
Randika masih sibuk berusaha membuka pengait itu dengan paksa.
Dengan kecepatan dan ketinggian mereka ini, sudah tidak ada harapan hidup apab mereka mendarat. Bahkan jika Randika adh sh satu dari 12 Dewa Olimpus, dia sama sekali tidak kemampuan untuk smat dari kejadian ini. Dia bukah makhluk abadi seperti yang ada di novel-novel.
Melihat Randika yang masih sibuk berusaha melepaskan dirinya, Inggrid tidak bisa berhenti menangis.
Inggrid awalnya tidak percaya ada orang yang bisa mengisi hatinya yang dingin itu penuh dengan kehangatan. Dia merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan Randika di dm hidupnya ini.
Menggenggam tangan Randika, Inggrid berkata padanya. "Tidak peduli berapa kali aku tehir kembali, aku akan slu menjadi istrimu."
Randika mendengar kata-kata Inggrid ini sambil meskan air matanya, dia benar-benar mencintai Inggrid.
Sin, kenapa susah sekali membuka kunci ini! Pengait yang mengikat Inggrid tinggal satu yaitu yang berada di pinggang.
"Sepertinya sma pernikahan ini aku belum pernah memanggilmu suami, di saat-saat terakhir kita bersama ini, biarkan aku menciummu sekaligi suamiku." Selesainya itu, Inggridngsung mencium Randika!
Seth bersusah payah, Randika berhasil melepaskan semua pengait yang menahan Inggrid. Hatinya benar-benar lega, namun pada saat ini, Inggrid menerjang dirinya dan menciumnya!
Hmm?
Keduanya berciuman disinari oleh sinar rembn, air mata Inggrid tampak meninggalkan jejak di udara.
Randika sendiri menikmati ciuman ini, tangannya juga mi bergerak secara otomatis ke dada Inggrid. Eh tapi mereka belum smat!
Semua kejadian ini bengsung dengan cepat, keduanya sudah berada dintai 4 dan masih terjun dengan cepat. Jika Randika gagal mempembat kecepatan mereka, bisa dipastikan bahwa mereka akan menyusul Shadow ke m baka.
Randika melepaskan bibir Inggrid dan berkata padanya. "Pegangan!"
Randikalu mencopot sabukanya dan mengikatnya pada pegangan kursi yang th dia patahkan. Dengan tenaga penuh, dia melemparnya ke arah gedung di seberang. Keduanyalu melesat dengan cepat menuju gedung yang diseberang dan pegangan kursi itu menancap di tembok.
Dengan tenaga dmnya yang mengalir di kakinya, Randika berhasil mencegah dirinya menatap tembok dengan keras. Keduanya yang sebelumnya jatuh dengan cepat itu sekarang bergntungan di udara.
Kejadian kali ini benar-benar nyaris membunuhnya, jika tidak ada kursi itu, maka mereka sudah pasti tamat.
Inggrid yang memeluk erat leher Randika sambil menutup matanya itu berkata padanya. "Sayang, apa kita smat?"
"Hahaha ternyata istriku bisa bodoh juga kadang-kadang ya, tentu saja kita smat, ku tidak mana mungkin kamu bisa melihat wajahku yang tampan ini bukan?"
Jika tangan Randika tidak sibuk, mungkin dia sudah menyentil dahi Inggrid.
Inggrid membuka matanya dan sadar bahwa mereka bergntungan di sebuah besi yang menancap di tembok.
Kita masih hidup?
Air mata Inggrid tidak bisa berhenti mengalir, hatinya merasa lega masih bisa hidup di kehidupan ini.
Randika yang merasakan air mata itu tertawa. "Boleh aku merasakan ciuman tadi itu sekaligi?"
Ketika mendengarnya, Inggrid tersipu malu dan berbisik padanya. "Akan kuberikan segnya ketika kita png nanti."
Namun pada saat ini, ledakan dari tiapntai mi terdengar. Meskipun mereka berada di gedung seberang, gedung bentai 20 yang mi roboh itu benar-benar mengandung bahaya yang besar. Barang-barang seperti besi, pecahan tembok, t-t konstruksiinnya berhamburan ke mana-mana. Randika dan Inggrid masih belum aman dari bahaya.