MillionNovel

Font: Big Medium Small
Dark Eye-protection
MillionNovel > Legenda Dewa Harem > Chapter 288: Mendaki Gunung

Chapter 288: Mendaki Gunung

    Chapter 288: Mendaki Gunung


    "Ibu Ipah, hari ini tolong masakin makanan yang enak!"


    "Baik, ibu hari ini akan masak soto ayam kesukaanmu." Kata Ibu Ipah dengan senyuman lebar, dia lega "putrinya" satu ini sudah sembuh.


    "Kak, hari ini aku akan tidur sama kak Inggrid." Kata Hannah pada Randika.


    Randika yang berjn santai itu hendak mengangguk sebelum akhirnya dia selesai memproses apa yang th dia dengar itu. Maksudmu aku disuruh tidur sendirian gitu?


    Tidak, aku tidak mau!


    Melihat Randika yang menggelengkan kepnya, Hannah menjadi cemberut.


    Sesampainya di rumah, waktu sudah menunjukan pukul 7 mm. Inggrid juga baru saja png. Melihat kakaknya itu, Hannahngsung beri dan memeluknya.


    "Kak Inggrid!"


    Menoleh, Inggrid tiba-tiba dipeluk oleh adiknya itu. Wajahnya penuh dengan keterkejutan. "Han, tumben sekali kamu datang? Kamu juga sudahma tidak ke sini."


    Melihat kakak adik itu bertukar kabar, Randika berniat mandi terlebih dahulu sedangkan Ibu Ipah mempersiapkan makan mm.


    Ketika Randika selesai mandi, dia memperhatikan kakak adik itu masih berbincang di ruang tamu.


    "Kak, bagaimana hubunganmu dengan kak Randika?" Tanya Hannah sambil tersenyum.


    Wajah Inggrid menjadi merah. "Maksudmu apa?"


    "Kak, tolong jangan pura-pura polos seperti itu. Kakak mengerti apa maksudku bukan." Senyuman Hannah benar-benar terlihat jahat. "Ayh kak cerita, kak Randika juga sedang mandi jadi cuma ada kita berdua di sini."


    Wajah Inggrid sudah merah padam, adiknya ini ingin mendengar kehidupan sexnya?


    "Sudah kak tidak usah malu begitu. Lagip pada akhirnya aku juga akan mkukannya. Aku cuma ingin tahu bagaimana rasanya dan apakah sakit?" Hannah masih berusaha meyakinkan kakaknya.


    Inggrid sudah geleng-geleng, dengan tersipu malu dia berkata pada Hannah. "Apa kamu benar-benar ingin mendengarnya?"


    "Tentu saja." Hannah segera duduk dengan tegak.


    "Awalnya memang sakit tetapi Randika memastikan bahwa pengman pertama kakak itu tidak menyakitkan. Lamama enak kok rasanya, tapi kakak tidak bisa menjskannya secara detail." Kata Inggrid.


    "Apa kakak sudah hamil?" Wajah Hannah terlihat serius.


    "Belum." Inggrid membenamkan kepnya di bantal sofa. "Kita belum membicarakan hal itu."


    Pada saat ini, Randika sudah berjn mengendap-endap ke ruang tamu. Hannah dan Inggrid tidak bisa mendengar suarangkah Randika.


    Hannahlu menundukan kepnya. "Tapi nanti ku kakak sudah punya anak, apakah aku masih boleh datang ke rumah ini untuk bermain?"


    "Tentu saja boleh." Inggridlu memeluk Hannah. "Apa pun yang terjadi, kamu adh adikku yang manis dan kamu slu disambut di rumahku. Kakak juga berharap kamu tidak akan pernah bosan bermain bersama kakak."


    "Hmmm ku begitu apa boleh buat, aku akan menjadi adik dan tante terbaik di dunia!" Kata Hannah sambil membs pelukan Inggrid dengan erat.


    Kedua kakak adik ini tertawa, namun pada saat ini tiba-tiba ada sebuah kep muncul dari bkang mereka.


    "Jangan lupakan aku, aku juga ingin bermain."


    Inggrid dan Hannah benar-benar terkejut. Ketika mereka menoleh, rupanya kep itu adh kepnya Randika.


    "Kak, bisa berhenti membuatku kaget seperti itu? Lamama aku kena serangan jantung lho." Hannah menjadi marah.


    Randikalu berjn menghampiri mereka dan duduk di antara Hannah dan Inggrid.


    "Hei kak, ngapain kakak duduk di tengah?" Hannah makin marah. "Aku ingin bicara hal penting dengan kak Inggrid, jadi kakak tunggu saja di kamar."


    "Sudah, aku itu kakak iparmu. Memangnya mash apa yang ingin kamu bicarakan sampai-sampai mengusirku begini?" Randika tertawa. Di tangan kanannya ada sosok dewasa dan sexy bernama Inggrid dan di kirinya ada Hannah yang masih muda dan bersemangat.


    "Ini mash perempuan, mana mungkin kita membicarakannya sma masih ada kak Randika." Kata Hannah.


    "Hahaha kamu kok marah mulu sih? Apa kamugi menstruasi?" Randikalu menoleh ke Inggrid dan membi rambutnya. "Ku kamu merasa sakit katakan saja pada suamimu ini, aku akan membuatmu tidak merasakannyagi."


    Hannah tampak terkejut, dialu berkata pada Randika. "Kak, bisa-bisanya kakak bicara vulgar seperti itu."


    "Ah maksudku bukan hal mesum!" Randika menyadari bahwa kata-katanya itu memang ambigu. "Maksudku aku bisa meredakan gej sakitnya dengan akupunturku."


    Hannah tertawa puas melihat Randika yang kbakan sedangkan Inggrid tertarik dengan kata-kata Randika. "Bagaimana caranya?"


    "Sini aku bantu." Randikalu membuka baju Inggrid dan memeriksa pinggangnya. Dm sekejap, pembuluh darah Inggrid terlihat js.


    Melihat wajah serius Randika, Hannah tidak bisa menahan diri untuk bertanya. "Kak, apa kakak benar-benar bisa menyembuhkan menstruasi?"


    "Bukannya menyembuhkan karena menstruasi itu hal yang wajar, yang bisa kkukan adh meredakan rasa sakitnya."


    "Lagip, apa kamu lupa siapa yang menyembuhkan jerawatmu itu?" Randika tersenyum. Meskipun dirinya tidak teluma bjar ilmu pengobatan dari kakek ketiga, untuk mash sepele seperti ini tentu hal yang gampang bagi dirinya.


    Hannah dengan cepat mengeluarkan aura anak baiknya. "Kak, ku begitu seth kak Inggrid apa kak Randika bisa membantuku juga? Aku benar-benar kesakitan gara-gara menstruasiku ini."


    "Bukannya barusan kamu ingin mengusirku? Buat apa aku membantumu?"


    "Kak." Hannahngsung merangkul Randika dari bkang, dia berusaha mems. "Ayh kak, bukankah kakak ingin adiknya sehat slu?"


    "Sudah Ran mengh saja." Kata Inggrid sambil terus memegangi bajunya. Dia sebenarnya sedikit iri melihat keduanya begitu akrab.


    "Iya, iya, sekarang buka bajumu juga." Sekarang tangan kanannya Randika berada di pinggangnya Inggrid sedangkan yang kiri di pinggangnya Hannah.


    Seth beberapama, Randika berkata pada Inggrid. "Sayang, kamu seharusnya sudah tidak ada apa-apa."


    Kemudian Randika menoleh ke arah Hannah dengan wajah serius, dialu menggelengkan kepnya. "Han, tubuhmu ini dm mash serius."


    "HAH!" Hannah benar-benar terkejut ketika mendengarnya, Inggrid yang mendengarnya juga ikut gugup.


    "Tapi tenang saja, kamu akan baik-baik saja ku"


    "Ku apa kak?" Hannahngsung menarik-narik Randika. "Kak, apa aku akan mati."


    "Kamu akan baik-baik saja ku kamu sering memberikan kakakmu ini pijatan pundak." Kata Randika sambil tersenyum.


    Inggrid yang gugup itungsung tertawa, Randika juga ikut tertawa bersamanya. Hannah benar-benar marah dan mengambil bantal yang ada di sofalu memukulkannya pada Randika.


    "Kak Randika mesti lho, aku sudah khawatir barusan!"


    "Iya, iya, aku yang sh. Aku hanya ingin menggodamu, sudah nanti aku buatkan ramuan obat dan kamu harus meminumnya."


    Seth pertengkaran kecil ini selesai, Hannah kembali berbicara. "Kak Inggrid, ku kakak besok libur, bagaimana ku kita naik gunung?"


    Naik gunung?


    Inggrid memikirkannya sebentar dan tersenyum padanya. "Boleh, kita juga sudahma tidak naik gunung."


    Hannahngsung bersemangat. "Akhir-akhir ini banyak orang yang mendaki Gunung Batu Jaya, bagaimana ku kita ke sana?"


    Inggrid mengangguk, sedangkan Randika menatap tajam pada Hannah. "Kamu benar-benar ingin naik gunung?"


    "Ah aku tidak mengajak kak Randika lho." Hannah memalingkan wajahnya. "Cuma kak Inggrid saja yang kuajak."


    "Kok bisa begitu?" Randikangsung panik. "Aku hanya ingin melindungimu dan kakakmu, bagaimana ku ada orang jahat yang menggoda kalian?"


    "Kita akan teriak minta tolong,gip tujuan kita juga ramai pengunjung jadi tidak mash." Hannah tersenyum pada Randika, sepertinya dia masih menyimpan dendam pada Randika karena tidak pernah mengunjunginya di rumah sakit.


    "Sudah tidak usah ribut begitu, kamu juga bisa ikut kok." Kata Inggrid.


    Ketiganyalu mengobrol sma satu jam, topik mereka sangat bervariasi. Seth makan mm, sekarang waktunya untuk tidur. Awalnya, Hannah berencana untuk tidur dengan kakaknya tetapi seth melihat wajah serius Randika, Hannah tidak berani mkukannya.


    Akhirnya Hannah berdiri dengan wajah cemberut dan berkata pada kedua kakaknya. "Baih aku akan tidur sendiri, pastikan jangan rame."


    "Maksudnya?" Wajah Inggrid terlihat bingung.


    "Tentu saja apa yang akan dkukan kak Inggrid dan kak Randika sebentargi, terakhir kali teriakan kalian benar-benar keras sampai aku tidak bisa tidur. Kali ini pastikan kakak jangan teriak telu keras." Wajah Hannah benar-benar terlihat jengkel.


    Mendengar penjsan Hannah, wajah Inggrid berubah menjadi merah. Randika, yang sedang minum air, hampir memuntahkan minumannya. Sejak kapan Hannah menjadi terus terang seperti itu?


    Wajah Inggrid benar-benar merah padam, dia hanya bisa mengangguk pn.


    Melihat wajah kakaknya yang malu itu, Hannah tersenyum. "Sudah kak tidak usah malu. Mendesah nikmat itu wajar kok tetapi usahakan jangan telu keras nanti takutnya aku tidak bisa tidur."


    Ketika Hannah masuk ke dm kamarnya, Inggrid berbisik di telinga Randika. "Apa benar aku telu keras?"


    Ketika berbisik, Inggrid memikirkan ketika dirinya berada di posisi kesukaannya yaitu saat dirinya di atas. Dia berpikir mungkin memang dirinya itu telu keras.


    "Hahaha tidak usah khawatir, dia itu cuma jahil. Mana mungkin desahanmu itu sekeras itu." Randikalu mencium Inggrid dan berkata di telinganya. "Dia itu hanya cemburu padamu."


    "Lagip, aku ingin mencoba gaya baru hari ini. Aku harap kamu siap tidak tidur." Kata Randika.


    Inggrid tersipu malu, kemudian mereka berdua masuk ke sarang cinta mereka. Mm ini memang ditakdirkan sebagai mm tanpa tidur.


    .........


    Keesokan harinya, tiba-tiba gorden kamarnya itu terbuka dan cahaya matahari yang terang menusuk mata. Randika membuka matanya dan melihat ada Hannah di kamarnya.


    "Kak jangan tidurgi! Ayo cepat bangun, kita mau naik gunung kan hari ini."


    Meskipun Hannah berkata seperti itu, Randika kembali membenamkan kepnya ke bantal.


    Hannah benar-benar marah, diangsung mengguncang tubuh Randika tanpa henti. Namun, semua usahanya percuma, kakaknya itu tetap tidur. Tidak ada pilihanin, Hannah kemudian menghirup napas dm-dm dan berteriak di telinganya Randika. "BANGUN!"


    Bajingan!


    Ini sudah bukan level membangunkan oranggi, ini sudah seperti upaya pembunuhan! Sakit tahu!


    Randika sampai meloncat jatuh dari kasurnya sambil menutupi telinganya. Hannahlu berkata padanya. "Sh sendiri kakak tidak mau bangun-bangun. Sudah cepat siap-siap ku tidak aku tinggal lho ya."


    Tanpa daya, Randika hanya bisa berdiri sambil terus menutupi telinganya yang berdengung. "Jam berapa sekarang?"


    "Sekarang jam 6 pagi, kak Inggrid sudah siap-siap dari tadi. Ini tinggal kak Randika saja yang belum siap."


    Mendengar jam 6 pagi, Randika kehabisan kata-kata. "Ini baru jam 6 pagi, biarkan aku tidurgi."


    "Jangan tidurgi kak!" Wajah Hannah yang sekarang sudah mirip setan, Randika tidak berani mwannyagi. "Iya, iya, kakak cuma bercanda. Ini sebentargi aku siap-siap."


    Randika yang garuk-garuk kep itu segera bersiap untuk mencuci muka. Seth sarapan pagi, mereka bertiga bersiap menuju gunung Batu Jaya.


    Gunung Batu Jaya


    Di dekat kota Cendrawasih, terdapat beberapa gunung. Meskipun gunung-gunungnya tidak tinggi-tinggi, tiap gunung memiliki daya tarik sendiri. Sebagai contohnya adh gunung Kelok tempat Randika menjadi raja drift sebelumnya, tempat itu memang terkenal dijadikan sebagai tempat bpan.


    Dari semua gunung, yang sekaranggi populer adh gunung Batu Jaya. Gunung ini tidak telu tinggi dan curam sehingga cocok untuk pendaki pem. Ketika berada di puncak, kita juga disuguhkan oleh pemandangan yang indah. Oleh sebab itu, gunung ini sangat popr di kngan masyarakat yang ingin mendaki dengan santai.


    "Hahaha kak Inggrid benar-benarmbat." Hannah yang bersemangat itu berian penuh tenaga. Ketiga orang ini sudah sampai di kaki gunung dengan menggunakan bis.


    Karena hari ini merupakan akhir pekan, banyak orang yang datang untuk mendaki.


    Seth memastikan barang bawaan, mereka sudah siap untuk mendaki gunung yang indah ini.
『Add To Library for easy reading』
Popular recommendations
A Ruthless Proposition Wired (Buchanan-Renard #13) Mine Till Midnight (The Hathaways #1) The Wandering Calamity Married By Morning (The Hathaways #4) A Kingdom of Dreams (Westmoreland Saga #1)