Chapter 402: Trik yang Sama, Hasil yang Sama
Seth menutup teleponnya dengan Christina, Randika berbaring dengan hati yang gembira. Sekarang dia memikirkan rencana haremnya.
Inggrid adh istri pertamanya, cinta mereka sudah terbukti. Safira sudah js mencintai dirinya sebagai lki. Namun, mashnya ada pada Viona, Christina, Hannah, dan tentu saja Elva. Meskipun Elva tidak telu menunjukan kasih sayangnya, Randika percaya bahwa dari lubuk hatinya, Elva menyimpan rasa pada dirinya. Tinggal mash waktu saja menghancurkan temboknya.
Meskipun haremnya ini terdengar sedikit, tetapi semuanya adh perempuan cantik ks atas dengan sifat dan sikap yang berbeda-beda. Randika mi berandai-andai, bukankah menakjubkan ku dia bangun sambil memeluk semua perempuan ini sekaligus?
Berhubungan badan ramai-ramai, sepertinya dia harus mewujudkan impiannya ini!
Kurang dari 20 menit, pintu ruangannya kembali terbuka. Pasien sebh Randika melihat perempuan cantik yang terpjar memakai stoking hitam, sepatu hak dan kacamata.
Ah cantik sekali! Dia berharap bahwa akan ada orang secantik dia yang mengunjungi dirinya!
Pasien ini terus menatap Christina, tetapi dia melihat bahwa Christina berjn menuju tempat Randika.
Diagi?! Sin!
Pasien sebhnya Randika ini benar-benar bingung. Satu per satu wanita cantik mengunjungi pasien sebhnya ini. Dan sekarang, wanita cantik guru dosen ini mengunjunginya. Kecantikannya membuat dirinya ingin dimarahi dan diinjak oleh sepatu haknya itu.
Lki ini mengutuk Randika di dm hatinya. Dia sendiri sudah jomblo 25 tahun, dan dia bahkan belum pernah menggandeng tangan cewek sebelumnya, hidup benar-benar tidak adil.
Tentu saja, ini semua terjadi di benaknya. Lki ini hanya bisa melihat Christina berjn menuju tempat tidur Randika.
Ketika melihat sosok Christina, Randika tersenyum hangat. Diangsung mempershkan Christina untuk duduk.
"Kamu sakit apa? Kamu baik-baik saja kan sekarang?"
"Tintin, kamu tidak usah khawatir." Randika tersenyum. Namun, dia tiba-tiba terpikir kejadiannya dengan Viona, dia berpikir ingin mencobanya sekaligi.
"Apanya yang tidak perlu khawatir? Kamu terbaring di rumah sakit begini, apakah sakitmu itu parah? Cepat tunjukan mana yang sakit." Christina yang sekarang benar-benar cemas.
Antusiasme Christina ini membuat Randika mengangguk puas, sepertinya Christina sudah tersihir oleh ketampanannya.
"Tintin, tempatnya agak memalukan." Kata Randika.
"Aku tidak peduli, cepat tunjukan ke aku." Hati Christina masih pada Randika, dia benar-benar peduli dengan pacarnya ini. Meskipun dia bersikap dingin pada Randika, seth sekianma berhubungan dan berkali-kali dismatkan oleh Randika, pria ini memiliki tempat yang spesial di hatinya.
Meskipun Randika mesum, suka bercanda, suka berbohong padanya, seiring berjnnya waktu, dia makin menyukai Randika. Terlebihgi, julukannya sebagai ratu es di sekhnya ini membuat sosok Christina terlihat dingin dan acuh tak acuh. Hanya Randikah yang berhasil melelehkan hatinya.
"Apa kamu beneran mau tahu?" Randika mengedipkan matanya.
"Tentu saja!"
"Ku begitu, kemarh." Randika pura-pura terlihat malu dan ragu-ragu. Ketika Christina mendekat, Randika menunjuk sambil mengatakan. "Lukaku ada di sana."
Di sana?
Christina tidak mengerti kata-kata barusan. Tetapi ketika dia melihat Randika menunjuk sngkangannya, diangsung mengerti maksudnya.
"Kok bisa itu terluka?" Christina mi curiga, orang normal tidak mungkin terluka di tempat seperti itu.
"Hmm susah untuk dijskan." Randika menggelengkan kepnya, wajahnya menunjukan dia sedikit malu menceritakannya.
"Sebenarnya, dokter mengatakan bahwa ada cara untuk mengobatinya. Dia mengatakan bahwa menstimulusnya akan membuat keadaanku membaik." Randika mengeluarkan triknyagi!
"Menstimulus?" Christina sedikit bingung.
"Benar, kamu bisa menstimulusnya untukku. Mungkin dengan itu aku bisa segera sembuh." Ketika Randika mengatakan hal ini, wajah Christina sedikit merah.
Tidak seperti Viona, diangsung memahami arti dari kata-kata Randika ini.
Ketika memikirkannya, Christina duduk tepat di samping Randika. "Apakah aku harus mkukannya sekarang?"
Ketika mendengar jawaban itu, Randika cukup terkejut bahwa Christinangsung setuju. Randika dengan senang hatingsung berdiri dan berkata. "Ku begitu, lebih baik kita mkukannya di kamar mandi."
Christina curiga dengan wajah Randika yang sehat-sehat saja itu, bahkan dia terlihat bersemangat. "Apa kamu beneran sakit?"
"Tentu saja, kamu nanti bisa melihatnya sendiri." Jawab Randika.
Ketika mendengar hal itu, Christina mengh napasnya. Memang dia hanya bisa memastikannya di tempat yang sepi.
"Lebih cepat lebih baik, aku tidak ingin orang-orang curiga." Kata Randika.
Christina belum berkata apa-apa tetapi dia sudah ditarik oleh Randika ke kamar mandi. Ketika mau membuka pintu kamar mandinya, tiba-tiba seorang perawat menegurnya.
"Mau ke mana kamu?" Perawat itu mengerutkan dahinya. "Cepat tidurangi. Aku sebentargi akan memberimu obat untuk diminum jadi jangan ke mana-mana. Lagip, bukankah dokter juga mengatakanmu jangan telu bergerak dulu? Nanti luka di area jantungmu itu bisa terbukagi, kami tidak mau bertanggung jawab ketika itu terjadi."
Jantung?
Ketika mendengar hal ini, rasa curiga Christina benar-benar terbukti. Dm sekejap dia menatap Randika.
Dia membohongi dirinya!
Sin, perawat ini menghancurkan rencanaku!
Wajah Randika menunjukan rasa depresi yang berat. Ketika dia menatap si perawat, dia ditatap balik dan diseret. "Sudah jangan mwan, cepat tidurgi."
Benar-benar kejam, tetapi Randika tidak bisa mwan.
"Tolong patuhi kata-kata dokter, penyakitmu itu juga bukan penyakit sepele karena melibatkan jantung. Kami tidak ingin kamu mengmi apa-apa."
Ketika perawat itu pergi, mata jernih Christina menatap Randika lekat-lekat. Dia mencopot kacamatanya dan berkata dengan nada datar. "Bukankah katamu lukamu itu di bagian sngkangan?"
"Tentu saja! Sepertinya kamu sh memahami kata-kata perawat itu tadi." Randiak pura-pura terlihat tidak bersh.
"Oh?" Wajah Christina terlihat tersenyum. "Sejujurnya aku ingin membantumu cepat sembuh tetapi perawat tadi menyuruhmu untuk tidur dan meminum obatmu, jadi aku tidak perlugi membantumu."
"Jangan! Itu saja tidak cukup untuk menyembuhkanku, kamu harus membantuku atau aku akan terus di rumah sakit!" Randika menjadi panik. Christina tadi th setuju untuk membantunya, dia tidak akan melepaskan kesempatan ini.
"Tetapi perawat itu mengatakan penyakitmu itu di jantung, jadi aku tidak bisa apa-apa." Nada Christina meninggi dan tatapan tajam membuat Randika sedikit merinding.
Christina tidak percaya bahwa dirinya hampir ketipu, dia mengh napas yang panjang.
"Karena kamu sudah baik-baik saja, aku tidak perlugi di sini. Aku harus pergi ke konser." Christina tersenyum dan berniat untuk pergi.
"Tintin! Jangan tinggalkan aku!" Randika merasa sedih.
Namun, Christina berbalik dan berjn menghampirinya. Dialu berbisik di telinganya. "Ketika kamu sudah sehat dan keluar dari rumah sakit, kamu harus menemaniku ke konser dan aku akan merawatmu di rumahku."
Seth itu, dia mencium bibir Randika dan pergi begitu saja.
Randika menatap punggung Christina yang menjauh, hatinya benar-benar panas. Dia benar-benar ingin segera keluar dari rumah sakit, godaan ini benar-benar telu besar!
Dia belum pernah mkukannya dengan seorang guru, sepertinya roley sangat cocok untuk mereka berdua.
Ketika memikirkan hal-hal indah yang akan merekakukan, Randika menjadi bersemangat!