Chapter 413: Makan dan Bergembira
Seth membunuh buaya itu, Randika juga berperan menjadi juru masak, dan mi memasak bersama beberapa orangin.
Untuk piknik ini, semua orang sudah membawa pertan yang lengkap, bahkan panci yang digunakan untuk memasak, spat, wajan, daninnya, bahkan beberapa bumbu.
Randika juga sempat tertegun sejenak. Sepertinya ini sudah dibeli saat mereka istirahat di hotel. Hal ini membuat dirinya merasa adh sekumpn pecinta kuliner yang sedang bertamasya.
Sin itu, banyak bahan yang dibawa oleh setiap orang. Ikan-ikan yang ditangkap di sungai sangat beragam, serta beberapa hewan buruan dan sayuran liar di hutan purba itu.
Tentu saja, ikan dan hewan buruan itu ditangkap dengan bantuan Randika. Jika tidak, bahkan jika mereka mencoba menangkapnya sma sehari penuh, mungkin mereka tidak akan bisa menangkapnya.
Langit berangsur-angsur meredup, tetapi semua orang menjadi semakin bersemangat. Tenda th didirikan, semua orang th memilih tenda mereka masing-masing. Sekarang semua orang duduk bersama di luar tenda, menonton daging yang sedang dipanggang, bau makanan yang harum di wajan, dan sup sayuran liar sedang direbus di atas arang api.
Sin itu, Randika juga menangkap burung merpati. Seseorang menyarankan agar dia mengulitinya sesuai dengan metode menguliti burung merpati.
Semua orang juga menjadi tertarik dengan usul ini, yaitu menguliti burung tersebut terlebih dahululu burung itu dikupas dari bulunya, kemudian dibungkus dengan lumpur. Seth itu, burung yang terbungkus di dm lumpur itu dimasak dm bara api.
"Ayo buat pesta api unggun."
Seorang gadis tiba-tiba menyarankan.
"Ide bagus!" Yangin juga tertawa.
Berkat hal itu, semua orang menykan kayu bakargi,lu menyiramkan minyak tanah, dan membakar kayu itu dengan sangat dahsyat. Lagip, ini adh hutan purba, ada sangat banyak kayu bakar, sehingga api unggun bisa meny dengan sangat kuat.
Di saat yang sama, aroma masakan itu semakin kuat. Mungkin karena suasananya, rasanya jauh lebih enak daripada makanan yang ada di kota.
Bagaimanapun juga, ini adh makanan yang dimakan di m liar.
"Aku tidak bisa menahannyagi." Seorang rekankiki memandang kelinci panggang berwarna cot keemasan itu dan ingin mengulurkan tangan untuk menarik sepotong daging.
"Hei, itu belum matang! Ku kamu sakit perut bagaimana?" Seorang gadis di sebhnya menampar tangan pria tersebut. Perempuan itu mengambilda dan rempah-rempahin yang th dia siapkan, dan menaburkannyangsung di atas daging bakar tersebut.
Seth bumbu itu ditaburkan, daging kelinci segera mengeluarkan harum yang luar biasa.
Bersamaan dengan itu, daging buaya bakar dan daging buaya gorengnya juga mengeluarkan wangi.
Semua orang merasapar. Mereka belum makan sejak mereka turun dari pesawat, dan sekarang mereka hanya bisa melihat betapa menggiurkannya makanan ini.
Randika tersenyum sedikit: "Jangan khawatir, tunggu sebentar."
Randika duduk di samping dan membalik daging buaya itu, menambahkan bumbu di atasnya dari waktu ke waktu.
"Kak, bisakah daging ini dimakan?" Randika cukup terkejut, dia tidak tahu kapan Hannah muncul di bkangnya. Ketika Hannah melihat daging buaya itu, wajahnya bercampur dengan rasa ingin tahu dan jijik.
Ini adh daging buaya, apakah ini benar-benar bisa dimakan?
"Jangan khawatir, kamu akan tahu saat aku memberimu sedikit daging ini." Randika tertawa.
Tidak butuh waktuma, akhirnya orang-orang yang bertugas untuk memasak akhirnya mengatakan dagingnya sudah matang. Tiba-tiba para karyawaninnyangsung bergegas seperti serig. Mereka semua sudah sangatpar.
Randika baru saja selesai memanggang daging buayanya, tiba-tiba, dia menemukan bahwa banyak tangan yang th diulurkan ke arah daging buayanya, dan ketika dia berkedipgi, dia menemukan bahwa daging itu th hng.
Randika tercengang, ini benar-benar luar biasa! Apakah kecepatan tangan mereka ini lebih cepat darinya?
Dengan senyum yang masam, Randika menggelengkan kepnya. Dia benar-benar meremehkan potensi orang yang sedang mengmi krisis.
Tidak ada jnin, Randika hanya bisa memangganggi. Sedangkan orang-orang yanginnya tangannya masih berminyak dan berku.
"Ya Tuhan, ini sangat enak."
"Keahlian memasak pak Randika benar-benar luar biasa. Aku merasa bahwa aku bisa menghabiskan daging itu semua sendirian. Siapa pun yang menikahi pak Randika di masa depan, dia pasti akan menjadi sangat beruntung." Wajah gadis muda itu memerah.
"Hei, kamu baru saja mengambil jatah dagingku! Apakah kamu mengatakan bahwa kamu memiliki hati nurani dan merasa bersh sehingga kamu akan memberikan sup itu?"
"Sin, kamu juga sudah makan banyak! Sekarang kamu ingin merebut supku?" Perempuan iu memutar matanya, mereka berdua biasanya adh teman baik, tetapi di hadapan makanan enak, sifat tidak mau mengh mereka keluar bersamaan.
"Oh iya, masih ada ayam!" Entah siapa yang berteriak.
"Ya, ayo cepat dimasak!"
Jadi, sekelompok pecinta kuliner yang berubah menjadi serigpar itu mengeluarkan sebuah kantong stik, menaruhnya di tanah, dan segera mengeluarkan daging ayam di dmnya, dan ayam di dmnya tiba-tiba terlihat.
"Beri aku pahanya." Sebuah tangan terulur.
"Beri aku pahanya." Tangan satunya terulur.
"Uh, berikan aku sayap ayam itu."
"Cepat beri aku ayamnya."
Tangan yang tak terhitung juhnya terulur, beberapa gadis hanya bisa terdiam. Pada saat ini, sebuah tangan yangin terulur, dan kemudian dengan suara lemah. "Beri aku pantat ayam."
Gadis itu tertawa "Haha! Oke, sebentar, aku akan memberimu pantat ayam."
Randika masih asyik memanggang daging buayanya. Lagip, daging buayanya masih sangat banyak. Saking banyaknya, sepertinya mereka tidak akan bisa menghabiskannya mm ini. Meski ini terasa sedikit aneh, tetapi pemandu wisata itu sangat menyukai daging buaya dan ingin membeli sisanya.
Randika dengan senang hati memberikan dagingnya ini pada si pemandu wisata.
Pemandu wisata itu kemudian png dengan gembira. Rumahnya sangat dekat dengan tempat mereka berkemah. Dia masih harus png dan dia akan kembali besok pagi.
Tidak butuh waktuma bagi daging buaya batch kedua Randika untuk selesai dipanggang, dan para pecinta kuliner itu hampir siap menyantapnya kembali. Beberapa orang sangat menyayangkan bahwa mereka sudah kenyang, mereka sebenarnya ingin makan lebih banyakgi.
"Ayo, Hannah, coba rasakan." Randika memberikan sepotong daging buaya dan menyerahkannya pada Hannah.
Hannah mencicipinya, dan matanya berbinar. Daging buaya itu kenyal, lezat, dan beraroma sangat harum.
"Kak, tambah!" Hannah berjongkok di samping Randika.
"Enak?" Randika tertawa dan memberikan daging buayanyagi ke Hannah.
Pada saat yang sama, Indra juga berada di samping, dia memegang daging buayanya sambil terus menggigit. Karena enak, dia makan beberapa potong.
Orang-orang ini makan dengan pehan di sekitar api unggun dan mengobrol bersama dengan gembira. Mereka juga mengambil beberapa foto dari waktu ke waktu, dan ketika mereka kembali nanti, mereka akan memiliki sebuah kenangan.
Semua orang mengobrol, dan pada akhirnya mereka menari di sekitar api unggun, dan mereka juga menyuruh Randika menyanyikan beberapagu. Penampn Randika saat di bus pagi ini luar biasa.
Randika juga mengeluarkan suaranya beberapa kali, semua jenisgu dimainkan, dan ada alunan musik di antara mereka.
Di mm yang tenang ini, suara Randika bergema.