Chapter 79: Aku Tahu Cara Menjadi Romantis
Randika mengikuti Deviana dari bkang. Deviana sama sekali tidak sadar akan kehadiran Randika, dia masih fokus pada targetnya. Targetnya kali ini adh seorang pria paruh baya yang memakai topi dan kacamata hitam.
Orang itu berjn dengan santai sambil mengamati calon mangsanya yang melewati dirinya.
Deviana juga sedang menunggu targetnya itu beraksi sebelum akhirnya menangkapnya.
Lalu, mata pencuri itu jatuh pada seorang wanita muda dengan tas yang terlihat mewah. Perempuan itu sedang asyik dengan handphonenya sambil berjn pn.
Pencuri itu menunggu sampai keadaan jn menjadi sepi sehingga jalur kaburnya tidak akan terhng. Ketika dia melihat sebuah gang di depan sana, dia memutuskan saat inh waktunya dia beraksi.
Dengan cepat dia beri dan menjambret tas tersebut sambil mendorong jatuh perempuan itu. Dengan cepat dia menuju gang yang ada di depan, di sana dia bisa mengecoh arah mana dia pergi.
"Tolong copet!" Perempuan itu terjatuh dan hanya bisa melihat pencopet itu beri kencang meninggalkan dirinya.
Pada saat ini Deviana jugangsung beri mengikuti pencopet itu.
"Berhenti!" Teriak Deviana.
Tentu saja pencopet itu tidak berhenti. Jarak antara mereka sangah dekat, Deviana kemudian menggertakan giginya dan melompat. Dia berhasil menangkap pencopet tersebut dan membantingnya ke tanah. Namun, pencopet itu terus-menerus meronta dan membuat Deviana kesulitan menahannya.
"Kau th tertangkap." Meskipun Deviana berhasil menginjak punggung pria itu dengan lututnya, karena dia terus meronta akhirnya dia berhasil lepas dan kabur kembali.
"Hoi janganri kau!" Kali ini yang berteriak adh Randika.
Deviana yang terjatuh, menatap Randika dan pencopet itu dengan penuh kebencian.
"Ku aku barusan tidak melihatmu dan terkejut, orang itu sudah tertangkap!" Deviana segera mengejar kembali pencopet tersebut.
Kemampuan fisik Deviana termasuk hebat di kngan polisi wanita. Tetapi, barusan dia lengah karena terkejut melihat sosok Randika yang melototinya.
"Berhenti!"
Pencopet itu js tidak berhenti, dia semakin memacurinya itu. Sma dia berhasil masuk ke gang itu, dia bisa mengecoh polisi itu.
Deviana sudah terpacu adrenalinnya dan mengejar orang itu dengan cepat. Ketika pencopet itu berbelok, Deviana kehngan sosoknya. Ketika dirinya yang berbelok, tiba-tiba Deviana mendapatkan tendangan tepat di perutnya. Deviana pun tersungkur di tanah dan pencopet itu menatap tajam orang yang mengejarnya ini. Js ku dia kepingin kabur dengan sukses, dia harus melumpuhkan pengejarnya ini.
Namun, tas yang th dia copet th berhasil direbut oleh Deviana. Pencopet itu menatap marah Deviana dan ingin membunuhnya.
Devianalu berdiri dan memasang kuda-kuda bertarungnya. Pencopet itu meraung dan menerjang maju. Ketika Deviana ingin mencengkram pergngan tangan pria itu, dia diseruduk oleh pria itu.
Bagaikan diseruduk sapi, Deviana segera terjatuh karena dorongan pria tersebut.
Pria ini kuat!
Deviana yang sikunya terluka itu segera berdiri dan sekarang dia yang menerjang maju. Dia meniru serangan pria itu dan menyeruduknya hingga jatuh bersamaan.
Deviana segera mengunciwannya dan mencekik lehernya, berusaha membuatnya pingsan. Tetapi, kekuatan pria itu lebih kuat darinya. Orang tersebut terus meronta dan memberikan serangan sikut pada tng rusuk Deviana. Saat pria itu hendak menggigit tangan Deviana, sebuah batu mengenai kepnya.
Ternyata itu adh Randika yang hanya mengamati mereka dari samping.
"Hei Randika tolong aku, aku sudah mi tidak kuat!" Teriak Deviana.
Namun, pria tersebut berhasil lepas seth myangkan sikutnya 3x dan kabur kembali sambil membawa jarahannya.
"Ckckck kau polisi tapi membiarkan tersangka kabur bersama jarahannya."
"Gara-gara kamu cuma melihat dari samping!" Deviana masih kesakitan seth bagian sampingnya disikut beberapa kali. Ku tadi Randika membantunya, orang itu sudah tertangkap dari tadi.
"Bukankah dulu kau tidak mau kubantu?" Randika tersenyum dan membantu Deviana berdiri.
"Ku begitu apakah kamu sekarang bisa membantuku?"
"Buat apa aku membantumu menangkap orang? Aku bukan polisi tahu, aku hanya seorang warga yang taat hukum." Kata Randika dengan senyum nakal.
Deviana mendengus, "Ku begitu ini permintaan seorang teman."
"Ini bukan mash aku mau membantu atau tidak." Randikalu tersenyum nakal. "Terakhir kali aku membantumu, aku tidak mendapatkan apa yang kuinginkan."
"Mimpi!" Inggrid segera menutup dadanya itu.
"Ku begitu kita berharap saja orang itu akan kembali mencopet." Randikalu berbisik di telinganya. "Kau akan membiarkannya pergi begitu saja?"
Deviana menggigit bibirnya, mendengar kata-kata Randika dia aslinya tidak r.
"Baih." Wajah Deviana segera menjadi merah karena malu.
Mendengar janji Deviana itu, Randika segera menghng menjadi asap dan mengejar pencopet itu.
Sambil membawa tas rampasannya itu, pencopet itu beri dengan sangat cepat. Dia sama sekali tidak menoleh ke bkang, tetapi tiba-tiba seorangkiki berada di hadapannya.
"Kau tidak bisa kaburgi." Kata Randika dengan santai.
Bagaimana mungkin orang ini bisa tiba-tiba ada di depannya?
Karena saking cepatnya, pencopet ini tidak bisa mengerem dan memutuskan untuk menabraknya.
Namun, kenyataannya tidak sesuai ekspektasinya. Pria di hadapannya itu bergeser sedikit dan mencengkram tangannya dan membantingnya ke tanah. Pada saat itu juga, punggungnya th diinjak oleh kaki Randika.
Randika dengan cepat melumpuhkan orang ini dan menggotongnya kembali ke tempat Deviana berada.
Randikalu melempar pencopet yang sudah pingsan tersebut ke Deviana dan berkata dengan nada semangat. "Sekarang tepati janjimu itu."
Deviana dengan cepat tersipu malu dan menatap Randika dengan dingin. Namun, jantungnya berdetak dengan cepat dan dia menutup matanya.
"Tenang saja, aku tidak akan membunuhmu. Buat apa kau setegang itu?" Randika tidak habis pikir, dia hanya ingin mengambil hadiahnya bukan membunuhnya.
"Sudah cepah!" Deviana sebenarnya malu mkukan hal ini. Terlepas dari dia seorang polisi, dia hanya belum pernah merasakan sentuhan lki sebelumnya.
"Kau yang meminta hal ini terjadi, jangan lupakan hal itu." Randikalu menghampirinya.
Deviana semakin erat menutup matanya. Dia sudah bisa merasakan bahwa Randika sudah sangat dekat dan dia merasa bahwa tangannya sebentargi akan meraba dadanya.
Namun, yang mengejutkannya adh Randika hanya memegang kedua tangannya dan mencium pipinya.
"Baih, hutangmu sudah lunas untuk hari ini." Randika mngkah mundur dan tersenyum hangat.
"Hah?" Muka Deviana terlihat bingung. Cuma itu yang dkukannya? Apa benar orang ini Randika?
"Apa? Kenapa kau melihatku seperti itu?" Randikalu tersenyum. "Pikiranku ini isinya bukan hanya hal mesum tahu, aku tahu cara menjadi romantis. Atau Apakah kau berharap sesuatu yang lebih? Aku bisa memberikannya padamu sekarang ku kau mau."
Melihat Randika yang hendak menghampirinya, Deviana segera memalingkan wajahnya. "Bukankah kau tadi berkata ku hari ini sudah cukup!"
"Tentu saja,kiki sejati tidak pernah mnggar kata-katanya." Randikalu mundur beberapangkah.
Untuk mendapatkan hati Deviana, Randika harus mengubah citra mesumnya itu menjadi pria romantis. Tapi hal itu tidak membuatnya berhenti menggoda perempuan satu ini.
"Ku kau nanti kesusahangi, aku tidak keberatan dimintai tolong olehmugi."
Deviana yang mendengarnya menjadi marah dan berjanji padanya bahwa dia tidak akan meminta bantuannyagi!