MillionNovel

Font: Big Medium Small
Dark Eye-protection
MillionNovel > Legenda Dewa Harem > Chapter 85: Biarkan Aku Melihatnya

Chapter 85: Biarkan Aku Melihatnya

    Chapter 85: Biarkan Aku Melihatnya


    Boneka ginseng ini benar-benar sulit ditemui, karena Randika mendapat informasi keberadaannya tidak ada san bagi Randika untuk tidak segera mengejarnya. Ku tidak, bisa-bisa berikutnya bisa saja boneka ini ada di kotain.


    Dengan bermodalkan motivasi tubuhnya akan sembuh, Randika tidak akan pernah menyerah untuk menangkapnya.


    Viona tinggal di dekat Universitas Cendrawasih. Meskipun tempat perumahannya tidak seelit miliknya, perumahan Viona itu masih tergolong ks menengah ke atas. Seth sampai di Universitas Cendrawasih, dia menelepon kembali Viona dan sepakat bertemu di tamat dekat sana.


    Seth sampai di taman, Randika melihat Viona sedang duduk di kursi menunggunya.


    "Viona!" Randika segera menghampirinya.


    "Randika!" Viona masih terkejut, kenapa bisa Randika secepat itu datang ke sini.


    "Bonekanya?"


    Viona menggelengkan kepnya, "Dia menghng cukupma. Aku tidak tahu arah mana dia pergi, tetapi seharusnya masih ada di sekitar sini."


    Randika mengangguk. Karena boneka itu masih ada di sekitar sini, tinggal mash waktu sampai mereka bertemu dengannya.


    "Ran, sambil menunggu kenapa kita tidak beristirahat dulu saja di rumahku?" Kata Viona dengan sedikit malu.


    "Baih."


    Vionalu menuntun Randika ke rumahnya. Ketika mereka sampai, mereka segera duduk di ruang tamu.


    "Vi, memangnya apa yang diambil sama boneka itu?" Tanya Randika.


    Viona yang duduk di samping Randika itu berdiri dan mengambil minuman. "Aku tidak tahu, tapi yang sempat kudengar dia mencuri pakaian milik perempuan. Ah, kau ingin minum apa? Teh hangat, coca c atau bir?"


    "Yang tidak merepotkanmu saja." Randika melihat-lihat rumah Viona ini. Meskipun tergolong kecil, ku yang tinggal Viona saja maka rumah ini seharusnya cukup.


    "Vi, boleh aku melihat-lihat ruanganmu?" Randika menoleh dan bertanya.


    "Shkan." Viona dengan cepat menjawab. Lagip, tidak ada yang dia sembunyikan di rumah ini. Tetapi, dm sekejap mukanya menjadi pucat dan melihat Randika menuju kamar itu!


    Dengan cepat Viona beri dan berusaha menghentikan Randika memasuki ruangan itu. "Tidak! Jangan buka pintunya!"


    Tapi semua sudah tembat. Randika sudah membuka pintunya dan sedang berdiri terpana oleh pemandangan yang dilihatnya.


    Tempat ini bisa dibng lemari pakaian tipe walk in closet tetapi dekorasi dan isinya bukan pakaian.


    Viona sudahma tersipu malu. Rahasia tergpnya th dilihat oleh Randika.


    Tepat di tengah ruangan ada meja bundar kecil terdapat banyak sekalia dm. Cna dmnya bervariasi, ada thong berwarna hitam, G-String, Bikini Lingerie, Open Crotch, transparan dsb. Bisa dikatakana dm yang membuat pria terangsang ada di sini semua.


    Randika tidak bisa berkata-kata sma beberapa saat sedangkan Viona menutupi wajahnya sambil menunduk. Dia merasa wajahnya sedang terbakar dan tidak berani melihat Randika.


    Bagaimana ini? Randika melihat koleksiku!


    "Viona, kau memang tiada duanya." Randika memecah keheningan. Viona hanya berteriak teredam, dia benar-benar malu.


    Dm hatinya Randika semakin suka dengan Viona. Ternyata sma ini Viona memakai lingerine yang sexy dan menggoda tanpa diketahuinya, ini bahkan lebih menggairahkan daripada saat dia tidak memakai apa-apa di restoran waktu itu.


    Randika masuk dan mengambil sh satu G-String! Dia sangat menyukai warnanya dan membayangkan Viona yang memakainya, la!


    "Tidakkkk! Jangan pegang!" Viona segera beri dan berusaha mengambilnya kembali.


    Namun, Randika yang lebih tinggi mengangkatnya tinggi-tinggi agar Viona tidak bisa mengambilnya. Viona yang melompat-lompat dan menempelkan badannya di Randika itu membuat Randika semakin bersemangat.


    Dialu menahan kedua tangan Viona dan menyudutkannya hingga ke tembok. Dialu berbisik pn sambil tersenyum. "Vi, dman apa yang sedang kau pakai?"


    Wajah Viona kembali memerah ketika mendengarnya. Entah kenapa dia terpikir kejadian di restoran yanglu, di mana Randika melihat dirinya tidak memakaia dm. Dm sekejap, dia merasa seluruh tubuhnya menjadi panas.


    "Vi, biarkan aku melihatnya." Randika sudah memeluk erat Viona dan tangannya sudah berenang melintasi tubuhnya.


    "Aku." Ketika Viona hendak membs, bibirnya tiba-tiba dihngi oleh bibir Randika! Dengan kedua lidah mereka berenang mengarungi mulut mereka, Viona merasa kepnya myang. Semua mash dunia seakan menghng dan Cuma ada sensasi nikmat yang masuk ke dm otaknya.


    Keduanya berciuman cukupma dan ketika mereka sudah terpisah, Randika melihat Viona yang kehabisan napas itu sudah amat sangat terangsang.


    Erotisme yang ditunjukan oleh ekspresi Viona itu membuat Randika semakin bernafsu. Dengan cepat, dia menggendong Viona dan membawanya keluar menuju kamar tidurnya.


    Sekarang adh event utamanya!


    Viona merasa gugup namun di matanya hanya ada Randika sekarang dan di benaknya hanya ada kehangatan tubuh Randika yang mengalir ke dm dirinya tadi.


    "Vionaku yang cantik, biarkan aku melihat dman apa yang kau siapkan untuk diriku ini." Randika tersenyum dan memegang pinggang Viona dengan kedua tangannya dan berenang ke atas.


    "Tidak mau." Suara Viona seperti suara anak kucing, lemah dan imut.


    "Tenanh, aku tidak akan ngapa-ngapain kamu kok. Aku hanya ingin melihat dman seperti apa yang kau pakai sehari-hari." Randika sudah seperti buaya darat dan Viona adh sebuah kelinci putih yang polos, Viona tidak bisa lolos dari genggaman Randika.


    Pewanan Viona semakin kecil dan Randika mi membuka bajunya itu. Pehan namun pasti, pakaian dm yang dipakai Viona semakin nampak.


    Satu set pakaian dm berwarna hitam dengana dm bertali samping G-String, dewasa sekali pilihannya.


    Mata Randika semakin bersinar terang ketika melihatnya. Khususnya seth melihat kedua melon besar milik Viona itu, Randika sudah tidak sabar memainkannya.


    Sayangku, betapa menawannya dirimu itu!!


    Randika menn air ludahnya. Meskipun kedua melon itu masih terbungkus, beha yang dipakai sepertinya tidak bisa menahan lebihmagi.


    Viona sudah menutup matanya dan wajahnya sudah sangat merah. Randika sudah pehanhan memainkan dadanya. Ah! Tangannya mi masuk ke dm behanya, sedikitgi dia akan menemukan putingnya. Kiri sedikit, ah benar di situ!


    Ketika Randika baru menemukan harta karunnya, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari jauh.


    "Tolong!"


    Suara teriakan itu menembus dinding kamar, pintu yang tertutup rapat, dan masuk ke telinga mereka berdua.


    Viona yang mendengarnya segera tersadar kembali. "Ran, ada suara perempuan berteriak!"


    "Hmm? Mana? Aku tidak dengar apa-apa." Randika pura-pura bodoh, setiap kali keadaan mi memanas dan intim seperti ini kenapa tiba-tiba slu ada saja yang mengganggunya.


    "Hahaha mungkin kau sudah berhalusinasi, sudah lupakan saja dan kitanjutkan." Randika tertawa dan teriakan minta tolong kedua terdengar. Suara itu terdengar keras dan js.


    Ya ampun, kenapa aku tidak boleh menikmati momen-momen seperti ini?


    Randika sudah ingin menghantamkan tinjunya itu untuk mmpiaskan kekesnnya.


    "Ran, beneran ada suara orang teriak minta tolong." Vionangsung mendorong Randika. "Cepat tolong dia."


    "Baih." Muka Randika benar-benar muram seperti orang yang kh lotre. Viona tertawa dm hati ketika melihatnya.
『Add To Library for easy reading』
Popular recommendations
A Ruthless Proposition Wired (Buchanan-Renard #13) Mine Till Midnight (The Hathaways #1) The Wandering Calamity Married By Morning (The Hathaways #4) A Kingdom of Dreams (Westmoreland Saga #1)