Chapter 84: Kau Butuh Operasi Pembesaran Dada
Seth kejadian di km renang itu, Randika tidak maumamagi di sana. Meskipun para perempuan penasaran dengan dirinya, Randika masih tidak bisa melupakan kekecewaan yang diterimanya sebelumnya. Jadi dia memutuskan untuk pergi dari sana dan berkelilinggi bersama Hannah.
Karena cuaca sudah tidak sepanas tadi, mereka berdua sudah hampir selesai berkeliling seluruh universitas. Hannah benar-benar menjadi pemandu tur yang handal.
Seth 1 jam mereka berkeliling, Hannah tiba-tiba ditelepon temannya dan ternyata dia diajak untuk pergi karaoke. Dialu pamit duluan dan memberi tahu cara Randika keluar dari kompleks universitasnya.
Tega sekali adik iparnya ini menntarkan dirinya.
Randika berjn keluar sambil berwajah murung. Saat dia mau berbelok keluar dari gedung, ada seorang dosen yang sedang berjn dengan kesusahan sambil membawa banyak buku.
Karena tidak bisa melihat dengan baik, dosen ini tetap berjn dan menabrak Randika. Dm sekejap dia terjatuh dan bukunya jatuh berserakan.
"Ah!"
"Maaf, aku tidak menyangka akan menabrakmu." Randika segera meminta maaf dan membantunya untuk berdiri.
"Ku jn hati-hati ya!" Dosen itu segera memarahi Randika. Ketika dia menggenggam tangannya, Randika terpukau dengan kecantikannya.
Dosen ini, tidak, perempuan cantik ini benar-benar menawan. Umurnya mungkin sekitar 27, cukup muda bagi dosen. Dengan make upnya yang tipis, hidung mancung dan bibir mungilnya membuat ekspresi marahnya ini terlihat imut.
Namun, yang sangat disayangkan adh dadanya yang kecil. Untuk kategori ini Randika harus sedikit bersabar menerimanya.
"Maafkan aku, aku tadi mmun." Kata Randika sambil tersenyum, dialu membantu untuk mengumpulkan kembali buku-bukunya.
"Anda dosen di sini?" Kata Randika.
"Iya." Melihat tingkahku Randika yang sopan, dosen ini sedikit lebih tenang.
Seth selesai memungut semua buku itu, 3/4 buku dibawa oleh Randika. "Sebagai permintaan maaf, biarkan aku membantu dirimu.
Dosen ini awalnya sedikit ragu, tetapi mendengar bahwa niatan orang ini baik, akhirnya dia mengangguk.
Randika tersenyum dan menjulurkan tangannya. "Namaku Randika."
"Aku Christina."
Lalu keduanya berjn bersama dan bertukar kabar.
"Kamu mengajar bagian apa?" Tanya Randika.
"Psikiologi." Jawab Christina. "Ku kamu? Kamu murid sini?"
"Bukan," Kata Randika sambil tersenyum. "tapi aku anggap barusan sebagai pujian darimu."
Keduanya berbincang-bincang dengan senang dan melihat saatnya sudah tepat, Randika mncarkan serangannya. Dia bertanya. "Kamu sudah menikah?"
Christina yang mendengarnya terkejut. "Belum."
Sesuai dugaannya, meskipun dia cantik ternyata dia masih jomblo.
Ketika melihat wajah serius Randika, Christina bertanya. "Ada apa?"
Randikalu mengangkat wajahnya dan berkata dengan serius. "Christina, aku menguasai beberapa ilmu pengobatan tradisional tetapi aku tidak tahu aku harus mengatakanmu secara terus terang atau tidak."
"Katakan saja!" Christina penasaran.
"Kau memiliki beberapa mash di bidang kewanitaan, kita harus mengobatinya secepat mungkin."
"Ah?" Mendengar jawaban Randika, Christina dengan cepat tersipu malu. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu?
Lalu tiba-tiba Christina tersadar, sudah banyakki yang mengejarnya sma ini dan memakai banyak cara untuk mendekatinya. Namun, yang ini benar-benar baru!
"Masa?" Christina sudah mengecap Randika sebagai sh satu orang yang ingin mendekatinya, nada bicaranya menjadi dingin.
Ku Randika mengerti isi kep Christina, mungkin dia sudah menggodanya hingga dia menjadi g.
"Kau benar-benar memiliki mash kewanitaan." Kata Randika dengan serius.
"Randika kau memakai cara seperti ini ketika mendekati cewek?"
Randika terkejut, dia sudah dianggap mengejar dirinya. Baih, dirinya memang berusaha dekat dengan Christina tapi kenapa dia percaya diri sekali seperti itu?
"Christ, aku tidak bercanda. Mashmu ini sudah serius." Randika kembali menegaskan.
Melihat Randika yang serius itu, Christina ingin mendengar taktik apa yang dipakainya. "Ku begitu jskan padaku mashnya apa?"
"Begini" Randika sedikit ragu.
"Kenapa?" Christina mengerutkan dahinya, Dasar cowok, bisanya bermulut manis doang!
"Bukannya aku bersikapncang, tetapi jangan terkejut ketika aku mengatakannya." Randika mi bersiap-siap dm hatinya.
"Tidak apa-apa, katakan saja. Aku tidak akan marah kok." Kata Christina dengan santai.
"Begini" Randika menghirup napas dm-dm dan berkata dengan nada serius. "Kau perlu operasi dada."
"Apa? Coba ngi?" Apakah dirinya sh dengar?
"Kau butuh operasi pembesaran dada!" Randika mengnginyagi dengan lebih pn.
"Dasar mesum! Sini buku-bukuku." Christina marah, buat apa dirinya operasi pembesaran dada?
Dasar pria, semuanya hanya tertarik sama wajah cantik atau dada besar. Memang dirinya tergolong kecil tetapi memangnya kenapa dengan itu?
Dan orang ini dengan beraninya mengatakan aku harus membesarkan dadaku karena dadaku kecil? Apakah dia tidak mengerti ku aku sadar akan hal itu?
"Sebentar, sebentar, aku hanya bercanda." Melihat Christina marah, Randika dengan cepat berusaha menghiburnya.
"Kau hanyh pria mesum, aku tidak sudi bersamamu! Kembalikan bukuku atau aku akan teriak." Christina sudah menganggap Randika pria mesum dan tak tahu diri.
"Christina tolong dengarkan aku." Sebenarnya itu isi hati Randika sebenarnya, menurutnya sayang sekali apab perempuan cantik memiliki dada kecil.
Melihat Randika tidak mau mengembalikan buku-bukunya, Christina dengan cepat menginjak kaki Randika. Serangan mendadak ini membuat Randika mengerang kesakitan. Sepatu haknya itu benar-benar menyakitkan!
Seth mengambil buku-bukunya, Christina berkata pada Randika. "Aku harap aku tidak akan bertemu denganmugi."
Sin, kenapa sekarang dia jual mahal begitu?
Lain kali ku kita bertemugi, aku akan memberimu pjaran. Randika menggertakan giginya, memangnya apa shnya dengan operasi pembesaran dada?
Seth sosok Christina hng dari pandangannya, Randika memutuskan untuk png.
Seth sampai di rumah, Randika melihat Inggrid sedang duduk di ruang tamu.
"Ran, aku akan pergi sma seminggu untuk mkukan kunjungan."
"Baih." Randikalu berjanji pada Inggrid. "Tepati janjimu itu ku tidak, suamimu ini akan mencarimu wu itu di ujung dunia."
Inggrid segera tersipu malu, pria ini memang ahli dm menggoda.
Randikalu pergi ke kamarnya hendak beristirahat, dia menghabiskan siang harinya bersama Hannah.
Namun, pada saat ini dia menerima telepon dari Viona.
"Kenapa Vi?" Tanya Randika.
"Ran, di perumahanku pakaian-pakaian orang-orang menghng secara misterius." Suara Viona terdengar cemas di balik telepon.
"Maling?"
"Bukan." Viona dengan cepat menjskan. "Ini h boneka yang ada di perusahaan tadi pagi."
"Apa?" Randikangsung berdiri dari tempat tidurnya. "Kau lihat sendiri?"
"Iya, sekitar 30 menit yanglu rumah di samping-sampingku mporkan kehngan baju-baju mereka. Jarak antar rumah telu sempit untuk maling biasa jadi tidak mungkin manusia yang mkukannya. Mereka juga bng ada semacam boneka yang menginjak-injak kepnya."
"Lalu aku sempat melihat boneka itu berjn di tengah jn sambil membawa pakaian orang-orang." Lanjut Viona.
"Baih, aku akan segera ke sana." Kata Randika.
Ketika Randika buru-buru turun dari tangga, Inggrid menjadi penasaran. Apakah ada sesuatu yang terjadi? "Mau ke mana?"
"Keluar sebentar." Randikangsung pergi ke perumahan Viona berada.