MillionNovel

Font: Big Medium Small
Dark Eye-protection
MillionNovel > Legenda Dewa Harem > Chapter 114: Mantan yang Kurang Ajar

Chapter 114: Mantan yang Kurang Ajar

    Chapter 114: Mantan yang Kurang Ajar


    Ternyata orang yang masuk tanpa ijin ini adh mantan pacar Christina yaitu Jansen. Randika sedikit bingung, kenapa bisa dia punya kunci rumah ini ku sudah menjadi mantan?


    "Christ, kau itu cewekku! Mana mungkin aku tidak ada hubungannya denganmu?" Jansen masih dm keadaan marah.


    "Siapa yang cewekmu? Kita ini sudah tidak ada apa-apa! Sudah cepat pergi sana, aku sudah muak melihat mukamu." Christina mi mengg, pertama dia dihadapi Randika dan sekarang mantannya mh masuk tanpa ijin.


    Ketika Jansen mau membs perkataan Christina, dia merasa bahwa pundaknya ditahan. Saat dia menoleh ternyata itu adh Randika.


    "Jangan sentuh aku, orang hina sepertimu memang pantas membusuk di penjara. Kau bisa-bisanya memperdayai cewekku, kau pasti memaksanya berhubungan badan dengamu kan!" Kata Jansen dengan marah-marah.


    "Sudah cukup!" Christina yang sudah memakai bajunya dengan benar ini sudah ingin menampar mulut Jansen.


    "Kau juga sama saja, sejak kapan kamu punya kunci rumahku? Aku tidak pernah memberikannya padamu, aku bisa mporkanmu ke polisi juga."


    Muka Jansen terlihat sedikit tegang, dialu berkata dengan santai. "Tentu saja aku punya kunci, aku adh pacarmu jadi wajar saja bukan?"


    Christina sudah kehabisan kata-kata. Kenapa bisa dia dulu mau sama pria tidak tahu diri seperti ini?


    Sudah menduplikat kunci rumahnya tanpa ijin, sekarang dia berceramah tentang apa yang tidak boleh diakukan di rumahnya.


    Randika juga mengerti bahwa pria ini menduplikat kunci sembarangan dan ini membuat kesal Christina.


    Pria ini benar-benar mengekang Christina.


    "Dan kau, kau janganri. Aku akan mporkanmu pada teman polisiku." Jansen menahan tangan Randika.


    Namun, Randika bertanya sambil tersenyum. "Memangnya kau tahu apa yang kamikukan barusan?"


    Mendengar pertanyaan ini, Jansen sedikit menjadi marah. "Memangnya apa yang kaliankukan?"


    "Tentu saja.." Randika sengaja menghentikan kata-katanya dan membuat jengkel Jansen. "Tentu saja kami mkukan hu-bu-ngan ba-dan." Kata Randika dengan nada yang menjengkelkan.


    Tentu saja, ekspresi Jansen benar-benar menjadi marah. Meskipun mereka th putus, Jansen masih mencintai Christina. Meskipun mereka tidak bertemu sama sekali sejak putus, dia diam-diam mengamati Christina dari jauh. Dan seth mengetahui Christina masih belum mempunyai pacar baru, Jansen mengira bahwa Christina masih mencintai dirinya.


    Jadi, demi memperbaiki hubungan mereka, Jansen menduplikat kunci rumah Christina diam-diam. Tanpa diduganya, dia memergoki Christina yang tidak memakai baju sedang bersama seorang pria.


    Wajahnya benar-benar menjadi merah setiap detiknya. Namun, Randika menyiram api ini dengan minyak. "Tadi, Tina benar-benar liar. Kelembutan dadanya di mukaku benar-benar luar biasa dan bibirnya tidak pernah lepas dariku."


    Tina?


    Christina yang mendengarnya juga mi marah.


    Namun, wajah Jansen justru lebih muramgi seth mendengarnya. Randika justru menyiram minyaknyagi. "Tidak sampai di situ, Tina benar-benar dikuasai nafsu dan melepas semua bajunya sendiri. Oh ya, apa kau sudah tahua dm kesukaannya apa? Dia sukaa dm putih, benar-benar bagaikan mikat."


    Jansen sudah tidak bisa menahan dirigi.


    Christina justru tersipu malu ketika mendengarnya. Bajingan itu benar-benar tidak tahu diri!


    Sedangkan Randika sepertinya masih menghayati peran pendongeng. "Terus di tengah-tengah ciuman panas kami, pehan aku membuka pengait behanya itu."


    "Randika!" Christina dengan cepat memotong. Entah ini karena dirinya marah atau malu, yang penting dia tidak bisa mendengar ini lebih jauh. Jansen yang mendengar semua dongeng panas ini sudah hampir g. Christina yang memotong cerita pria tidak dikenal ini mh makin memperjs situasi.


    "Aku tidak menyangka bahwa kamu semesum itu. Bukankah dulu kau tidak ingin mkukannya sebelum menikah? Sekarang coba lihat dirimu itu? Bisa-bisanya seorang guru sepertimu berhubungan badan di siang hari! Dada Jansen sudah terasa sakit. Dialu menunjuk Randika. "Ambil perempuan murahan itu, aku tidak membutuhkan barang bekas."


    Seth mmpiaskan kekesnnya, Jansen sudah berniat untuk pergi dari tempat terkutuk ini. Namun, Randika dengan santai mengatakan. "Apakah aku menyuruhmu untuk pergi?"


    "Maksudmu?" Jansen mendengus dingin.


    "Kau datang ke sini hanya untuk menceramahikulu ingin pergi begitu saja?" Wajah Randika menjadi dingin. "Kau itu makhluk yang lebih hina dariku. Kau tanpa ijin masuk ke rumah orang dan sudah memata-matai orang. Aku juga punya teman di kepolisian yang akan senang berbincang-bincang denganmu."


    "Kau pikir aku takut?" Seth berkata seperti itu, Jansen merasa tubuhnya myang. Ternyata Randika sudah mengangkat dirinya.


    Seth membantingnya ke tembok, Randika berkata dengan nada serius. "Kau adh orang yang paling tidak tahu diri yang pernah kutemui. Kau benar-benar th mnggar privasi Christina, lki macam apa kau?"


    Christina hanya melihat ini sambil mengerutkan dahi. Bukannya Randika yang tidak tahu diri dengan menyentuh dirinya? Tetapi melihat Randika memb dirinya, dia sedikit bernapas lega.


    "Setidaknya aku lebih baik dari pencuri macam kamu! Sudah ambil saja pcur itu, aku tidak butuh barang bekas semacam dirinya!"


    Tiba-tiba, sebuah pukn myang ke arah mata Jansen. Sekarang, mata kiri Jansen benar-benar hitam dan tidak bisa dibuka.


    "Kau bisa menghinaku tapi jangan sekali-kali mengata-ngatai Christina!" Randikalu berbisik padanya. "Sepertinya kau belum paham apa maksudku, jadi biarkan aku menemanimu hari ini."


    "Kau mau aku bng apa? Js-js dia selingkuh dari aku!" Seth itu, mata kanan Jansen terkena pukn. Sekarang kedua matanya menjadi hitam.


    Serangan kedua ini lebih pn jadi Jansen masih bisa membuka mata kanannya.


    "Sepertinya kamu masih belum paham terhadap situasimu. Kau dan Christina itu sudah MANTAN. Kalian sudah tidak punya hubungan apa pun." Kata Randika.


    "Bah!" Jansen menatap Christina dengan jijik. "Perempuan itu menjanjikan segnya untukku, dan sekarang pcur itu sudah melupakan janjinya?"


    Tanpa aba-aba, Randika memukul perut Jansen dengan keras. Jansen hanya bisa merintih kesakitan.


    "Ah! Kenapa kau menyiksaku seperti ini? Lepaskan aku!" Cara bicara Jansen masih tidak berubah.


    "Kenapa aku harus menurutimu?" Randikalu menatap tajam Jansen. "Apa kau pikir aku bodoh?"


    "Kau harus memanggil perempuan dengan namanya, bukan dengan sebutan kasar seperti tadi." Randikalu menamparnya. "Dan dia itu sudah mantanmu bukan pacarmu."


    "Pcur tetap pcur!" Jansen tidak peduli, namun Randika menamparnyagi.


    "Coba ngigi?" Kata Randika.


    "Murahan!" Jansen menggertakan giginya. Randika sudah tidak tahangi. Tangan kanannya memelintir pinggang Jansen dengan keras.


    "Ah!" Jansen sudah merintih bagai babi berteriak. Namun, Randika menutup mulutnya membuat Jansen tidak bisa mmpiaskan rasa sakitnya itu.


    "Baih, kita ngigi." Kata Randika sambil tersenyum.


    "Christina Namanya adh Christina!" Jansen sudah ketakutan, dia menyadari bahwa pria di depannya ini benar-benar kejam. Jika dia tidak menurutinya mungkin saja dia akan dibunuhnya.


    "Nah begitu dong." Randika mengangguk puas. "Nah sekarang kau perlu tahu keshanmu apa saja sampai-sampai merepotkan Christina seperti ini. Sekarang aku akan bertanya dan kau akan menjawab."


    Jansen hanya merinding ketakutan ketika melihat senyuman Randika tersebut.


    "Menduplikat kunci rumah ini merupakan kejahatan, mengerti?"


    Jansen mengangguk.


    "Karena kalian sudah putus, apakah kau memiliki hak untuk mengatur apa yang diakukan pada waktu luangnya?"


    Jansen mengangguk. Tetapi seth melihat wajah Randika yang menjadi marah itu dia segera menggelengkan kepnya.


    Dia tidak menyangka akan ada permainan kata di tengah-tengah interogasi yang menakutkan ini.


    "Karena kau sudah mengerti, apakah berarti sma ini yang kaukukan itu sh?" Randika sudah seperti guru anak TK yang menghukum muridnya.


    Jansen mengangguk.


    "Karena kau sh, apa yang harusnya kamukukan?" Randikalu meletakan Jansen dan membantunya merapikan bajunya.


    "Meminta maaf." Kata Jansen sambil menundukan kepnya.


    "Bukan ke aku." Lalu Randika menunjuk ke arah Christina.


    Jansenlu menoleh dan mengatakan. "Maafkan aku, aku benar-benar tidak tahu diri sma ini. Aku tidak akan pernah menemuimugi."


    Jansen sudah ingin muntah darah seth mengatakannya. Lalu Christina mengerutkan dahinya. "Ku begitu pergh dari rumah ini."


    Ketika Jansen hendak pergi, Randika mencegahnya. "Mana kuncinya."


    Jansenlu mengambil kuncinya dari saku dan berjn keluar dari rumah dengan wajah suram.


    Ketika Jansen sudah benar-benar pergi, Randika berkata sambil tersenyum. "Tina, kenapa kau tidak pernah memberitahuku bahwa kamu pernah punya pacar?"


    "Hah? Kenapa kau sok akrab begitu?" Christina mengerutkan dahinya. "Sana kamu juga pergi."


    "Kenapa aku harus pergi?" Randika terlihat bingung. "Bukankah barusan aku membantumu mengusir mantanmu yang agresif itu? Harusnya aku mendapatkan hadiahku dari kamu."


    "Apakah kau ingin aku melepas bajukugi?"


    "Tentu saja!" Randika dengan cepat mengangguk tetapi sebuah bantal sudah myang ke wajahnya.


    "Mati sana dasar pria mesum!"
『Add To Library for easy reading』
Popular recommendations
A Ruthless Proposition Wired (Buchanan-Renard #13) Mine Till Midnight (The Hathaways #1) The Wandering Calamity Married By Morning (The Hathaways #4) A Kingdom of Dreams (Westmoreland Saga #1)