Chapter 121: Kami Ini Pedagang
Melihat kunci kamarnya, Randika entah kenapa merasa murung. Kenapa dirinya bisa pisah kamar dengan istrinya itu?
Mengingat kejadian di kota Merak, Randika tersenyum lebar.
Dia harus tidur dengan istrinya m mini!
Berdiri di koridor, Randika memperhatikan sekelilingnya. Di serong kanannya adh kamar Viona dan kamar Inggrid berada di samping kanannya persis. Ketika Viona melihat tatapan Randika, dia tersenyum manis dan masuk ke kamarnya. Sedangkan Inggrid menatapnya tajamlu masuk ke kamarnya.
Orang-orang dari perusahaannya juga sudah memasuki kamar mereka.
Dm sekejap tinggal Randika saja yang ada di koridor.
Seth beberapa saat, Randika berjn ke kamar Inggrid dan mengebelnya.
"Siapa?" Suara Inggrid terdengar dari dm.
"Sayang, aku ada perlu sama kamu." Kata Randika sambil tertawa.
Ketika Inggrid membuka pintunya, Randikangsung menerjang masuk dan duduk di sofa.
"Kenapa? Mash apa yang ingin kau bicarakan?" Inggrid terlihat waspada sekaligus penasaran.
"Tidak ada apa-apa." Randikalu berdiri dan memeluk Inggrid. Dialu berbisik. "Apakah kamu sudah lupa dengan hari-hari indah kita di kota Merak?"
"Jangan sekali-kali kau punya pemikiran seperti itu." Inggrid mendorong Randika. "Cepat kembali ke kamarmu. Aku tidak mau terlihat bersamamu di kamarku sama para bawahanku."
"Sayang, tidak ada orang yang akan melihat kita." Randikalu duduk di sofa. "Lagip, kamarmu yang luas ini telu luas untuk satu orang. Aku khawatir kamu akan kesepian."
Inggrid hanya menatap tajam Randika. "Kamu sudah masuk ke kamarmu? Semua kamar yang kupesan semuanya seluas ini."
"Hahaha." Randika tertawa canggung. "Yah bagiku itu tidak sama. Aku hanya ingin menghabiskan hariku dengan istriku tercinta. Dan aku sudah memutuskan untuk tidur di kamar ini bersamamu."
"Terserah kau mau ngomong apa, aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku." Kata Inggrid dengan muka dingin.
"Lho, kamu mau ke mana?" Randika terlihat panik, dia berusaha mencegah Inggrid pergi. "Aku hanya ingin tidur di sampingmu, tidak ada niatanin."
Inggrid sama sekali tidak menoleh. Pria ini memang bajingan dan tidak tahu diri, pikirnya.
"Tidur sendiri sana, aku mau mandi."
Inggridlu pergi ke kamar mandi dan menguci pintunya rapat-rapat.
Dm sekejap Randika duduk sendirian di ruangan yang luas ini.
Randikalu memperhatikan baju dananya. Dia baru saja kembali dari pantai dan banyak pasir menempel di pakaiannya. Perasaan gatal mi mnda tubuhnya. Dialu berpikir untuk mandi.
"Ku begitu, aku juga mandi ah."
Meninggalkan kamar Inggrid, Randika pergi menuju kamarnya.
............
Seth merasa segar seth mandi, bel pintu kamar Randika bunyi. Randikalu membukanya dan beberapa perempuan berdiri di depan pintunya.
Rupanya orang-orang ini adh Inggrid, Viona dan beberapa perempuaninnya dari departemennya.
"Kita mau pergi nyari makan, apakah kamu mau ikut?" Kata Viona sambil tersenyum.
"Makan?" Randika tersenyum. "Tentu saja aku mau!"
Seth berganti baju, Randika pergi dengan para perempuan ini.
Awalnya Randika mengikuti mereka karena khawatir pada Inggrid. Dia takut status Inggrid sebagai bos akan membuat para perempuaninnya sungkan dan takut padanya.
Namun, kekhawatirannya ini ternyata berlebihan. Mereka menganggap Inggrid sebagai temannya saat di luar pekerjaan. Meskipun Inggrid jarang berbicara, terlihat bahwa mereka semua berteman baik.
Randika berjn di paling bkang sambil mendengar omongan mereka. Mi dari pembicaraan mengenai artis id mereka, makeup, kehidupan sehari-hari mereka bahkan hewan peliharaan mereka, akhirnya topik mengarah pada apa yang akan mereka makan.
"Makanan di dekat pantai itu enak-enak. Kapan hari aku pernah makan seafood mereka dan itu benar-benar luar biasa enak! Jadi lebih baik kita ke sana sambil menikmati bir." Saran sh satu orang.
"Aduh aku kurang suka seafood nih, ms kotor-kotornya aku. Bagaimana ku Chinese food saja?" Kata sh satuinnya. "Kita bisa makan tengah."
"Ku begitu, Bu Inggrid mau makan apa?" Tanya sh satu dari mereka pada Inggrid.
"Aku makan apa saja bisa kok." Kata Inggrid sambil tersenyum.
Semuanya mi berdebat ingin makan apa. Semua yang mereka sarankan terdengar enak.
"Ku begitu, mungkin Randika ada saran apa?" Viona melempar tanggung jawab ini pada Randika.
Randika yang sedang mmun ini terkejut, dialu berkata dengan santai. "Bagaimana ku kita ke food truck? Aku tadi melihat ada sekumpn food truck parkir di dekat pantai."
Food truck?
Viona tersenyum dan sh satu temannya juga mendukung saran Randika. "Itu terdengar enak."
Semuanya mengangguk dan terlihat setuju. Inggridlu berkata sambil tersenyum. "Baih, ku begitu kita akan makan di food truck yang ada di pinggir pantai."
"Wah Bu Inggrid saja sampai setuju, ayo tunggu apgi! Aku sudahpar nih."
Semuanya tertawa lepas dan tidak butuh waktuma untuk mereka sampai di tujuan.
"Di sana kosong!" Seth mendapatkan 2 meja berjejer, merekalu mengambil menu dan pesan satu per satu.
Randikalu memperhatikan kumpn food truck ini. Tempatnya tidak telu besar tetapi orang-orang memenuhi tempat ini.
Bermodalkan pemandangan pantai dan konsep makanan yang berbeda, tempat ini berhasil menarik minat para pengunjung.
Di meja, obrn para perempuan ini semakin menjadi-jadi. Bahkan Randika dipaksa ikut berdiskusi dengan mereka.
Untungnya saja, makanan mereka akhirnya datang dan semuanyangsung fokus dengan makanan mereka.
"Wah ternyata enak sekali makanannya." Beberapa orang mi berkomentar. Randika diin sisi hanya terdiam. Dia belum makan apa-apa dari siang tadi dan seth berbicara terus-menerus dengan para perempuan ini, dia sangatpar.
Seth makan dan bercanda ria, akhirnya mereka memutuskan untuk png. Inggrid berinisiatif meminta tagihannya dan berniat untuk membayarnya. Namun, dia segera mengerutkan dahinya. "Apa? Semuanya ini 5 juta?"
"Lima juta?" Semuanya terkejut. Lelucon macam apa ini? Cuma 7 orang yang makan dan habisnya 5 juta?
"Sini aku lihat."
Randika dengan cepat mengambil tagihan itu, dia melihat angka-angka ini tidak masuk akal. Sebagai contohnya dia melihat harga udang yang mencapai 200 ribu! Padahal mereka hanya mendapatkan udang berukuran sedang sebanyak 5 biji.
Semua makanan harganya sama seperti udang itu, tidak masuk akal.
"Permisi, apakah saya bisa mengambil tagihannya." Orang yang memberikan tagihan pada Inggrid kembali ke mejanya dan ingin mengambil uangnya.
"Permisi, apakah ini tidak sh? Bagaimana mungkin totalnya sampai 5 juta?" Inggrid mengerutkan dahinya.
"Permisi boleh saya lihat dulu tagihannya." Pyan itulu mengambil tagihan tersebut. "Tidak ada yang sh menurut saya, harga yang tempir dengan total seharusnya tidak ada mash."
"Aku bukan mempermashkan itu. Yang aku permashkan adh harga di menu dan di tagihan benar-benar berbeda!"
"Oh maksud Anda adh harga di menu." Pyan itu menyeringai. "Maaf, mungkin Anda tidak melihatnya dengan baik."
Inggridlu mengambil menu yang ada di mejanya dan melihatnya kembali. Dialu menunjukan perbedaannya, tetapi si pyan itu hanya berkata dengan santai. "Tolong dilihat bagian bawahnya."
"Harga makanan kami akan naik apab berada di musim liburan dan kami bisa menaikannya sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Apab ada keluhan, maka pnggan dianggaplai tidak memperhatikan peringatan yang sudah kami cantumkan di bawah ini." Inggrid membaca peringatan yang ukurannya sangat kecil ini. Tiba-tiba semua orang mi memaki-maki.
"Kalian ini perampok?" Sh satu dari mereka mi marah. "Kok tidak sekalian saja kau rampok tas kami?"
"Ibu, Anda telu berlebihan. Kami ini pedagang, kami mencari untung dengan melihat kondisi pasar. Kami sudah memberikan peringatan sebelumnya di menu kami. Jadi ku Anda merasa tertipu, itu bukan tanggung jawab kami." Pyan itu menyeringai pada tamu-tamunya itu.