MillionNovel

Font: Big Medium Small
Dark Eye-protection
MillionNovel > Legenda Dewa Harem > Chapter 136: Nenek Viona Masuk Rumah Sakit

Chapter 136: Nenek Viona Masuk Rumah Sakit

    Chapter 136: Nenek Viona Masuk Rumah Sakit


    Karena masih harus memasang kamera dan membuat poster bahwa dia membuka lowongan pekerjaan paruh waktu, Hannah benar-benar sibuk. Dia bahkan r membolos ks untuk mempersiapkan bisnis tokonya ini.


    Sambil menutup mata terhadap semua mash itu, Randika png sendirian.


    Saat dia mencapai rumah, Inggrid ternyata sudah sampai di rumah juga.


    "Sayangku ternyata sudah png." Kata Randika sambil tersenyum. Seth melepas sepatunya, dia menghampiri Inggrid.


    "Dari mana kamu?" Melihat Randika yang baru png, Inggridngsung bertanya.


    "Hmm" Randika awalnya ingin mengatakan bahwa dia sedang membantu adik iparnya tetapi Hannah memberitahunya jangan membicarakan mash bisnis toko ini pada Inggrid. Jadi Randika memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan.


    "Wah aku tidak menyangka bahwa kau sangat peduli dengan suamimu ini. Sebelum itu, mana ciuman smat datangku? Bukankah setiap istri akan menyambut kedatangan suaminya dengan ciuman hangat?"


    Melihat Randika yang benar-benar ingin menciumnya, Inggrid memalingkan wajahnya. "Pasti kamu sedang menggoda perempuan cantikinnya."


    "Ah! Bisa-bisanya kau meragukan cintaku ini? Mau aku memberikanmu hukuman keluarga kitagi?" Kata Randika sambil menyengir.


    Mendengar hal ini, Inggridngsung berteriak danri ke dm kamarnya.


    Tetapi siapa yang bisa kabur dari genggaman tangan Ares?


    Mereka berdua menghabiskan waktu di kamar sma 10 menit. Ketika Randika keluar, wajahnya sudah terlihat puas dan bahagia. Sedangkan Inggrid yang terbaring di kasurnya berwajah merah dan napas terengah-engah.


    Tentu saja, sin memberikan pukn pantat, Randika bermain dengan tubuh Inggrid dan terakhir ditutup oleh ciuman panas.


    Ketika melihat Randika keluar, Inggrid bingung harus berekspresi apa sin malu.


    ...........


    Hari berikutnya Randika datang ke kantor seorang diri. Kejadian semm membuat Inggrid tidak mau semobil dengannya.


    "Lho pak Randika tumben datang pagi sekali?" Seorang ahli parfum terlihat terkejut melihat Randika. Biasanya atasannya ini datang saat siang hari, jadi kedatangannya di pagi hari ini benar-benar tidak biasa.


    "Smat pagi pak Randika." Meskipun terkejut, semua karyawan ini menyambut atasan mereka dengan senyuman hangat.


    Sambil membs sapaan orang-orang, Randika menyapu seluruh ruangan ini dengan tatapan matanya. Dia merasa hari ini kekurangan satu orang.


    Di manakah Viona?


    Seharusnya Viona sudah berada di ruangan miliknya ini. Lalu dia kepikiran apakah dia sedang berada diboratorium milik Kelvin?


    Seth itu Randika mengambil handphonenya dan memanggil Kelvin.


    "Ah halo pak Randika, ada apa?" Tanya Kelvin dari teleponnya.


    "Apa Viona sedang kerja di tempatmu?"


    "Tidak, memangnya kenapa?" Jawab Kelvin.


    "Oke ku begitu, nanti aku akan memeriksa hasil kerjamu." Kata Randika sambil menutup teleponnya.


    Berarti Viona tembat masuk?


    Randika mengerutkan dahinya, kejadian seperti ini cukup tidak biasa.


    Merasa cemas, Randika segera keluar dari ruangannya dan menuju ke lift. Saat pintu lift itu terbuka, Viona keluar dari lift. Dm sekejap rasa cemas Randika itu segera menghng.


    "Pagi Vi." Kata Randika dengan senyuman hangat.


    "Randika." Melihat bahwa yang menyapanya adh Randika, dia segera menutup wajahnya. Apab diperhatikan, wajah Viona terlihat buruk dan matanya merah seakan-akan th menangis semman.


    Melihat hal ini hati Randika terasa sakit. Dia dengan cepat bertanya. "Kamu kenapa? Kenapa wajahmu seperti itu?"


    Ketika mendengar hal ini, air mata Viona mh mes kembali.


    "Ran aku, aku" Viona sedikit ragu-ragu mengatakan mashnya.


    Randika tanpa banyak tanyangsung memeluk Viona dan mengusap-usap rambutnya.


    "Apa pun yang th terjadi, kau tidak perlu khawatir. Aku akan membantumu mluinya." Kata Randika dengan nada menenangkan.


    Seth menenangkan diri beberapa saat, Viona sudah tenang dan melepas pelukan Randika. "Kemarin nenekku masuk rumah sakit. Dia kemarin di ruangan UGD semman karena pertolongan tiba agakma di rumahnya."


    "Tidak apa-apa, kau tidak usah khawatir. Hari ini seth bekerja aku akan menemanimu ke sana." Randika perlu tahu penyakit apa yang diderita neneknya sebelum bisa mengatakan bahwa dia akan membantu neneknya.


    "Baih." Viona mengangguk sambil mengusap air matanya.


    Waktu berjn dengan cepat dan hari sudah berganti menjadi sore. Ketika jam kerja mereka th selesai, Randika dan Viona berangkat bersama menuju rumah sakit umum Cendrawasih.


    Sma perjnan, Randika bertanya mengenai kejadian yang terjadi semm. Ternyata tengah mm kemarin, nenek Viona tiba-tiba pingsan dan ambns membutuhkan waktu yang cukupma untuk tiba di rumah neneknya. Meskipun kondisinya sudah stabil, neneknya masih tidak sadarkan diri.


    Bisa dikatakan bahwa kondisi neneknya masih tidak diketahui.


    "Tenang saja, semua akan baik-baik saja." Kata Randika dengan nada menenangkan. Dia percaya diri bisa menymatkan nenek Viona.


    Seth membeli beberapa barang, mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Tidakma kemudian, Randika akhirnya bertemu dengan nenek Viona yang masih terbaring di ranjangnya.


    "Nenek" Ketika melihat neneknya terbaring lemah di ranjangnya, air mata Viona tidak bisa berhenti keluar.


    "Vi, kamu tenang saja." Kata Randika sambil memegang tangan Viona.


    Pada saat ini, dokter dari nenek Viona masuk ke ruangan. Dengan cepat Viona bertanya padanya. "Dok, apa nenekku akan baik-baik saja?"


    Dokter itu menatap Viona dan menggelengkan kepnya. "Aku harap Anda bersiap dengan kemungkinan terburuk. Keadaan beliau tidak bagus."


    Ketika mendengar hal ini, Viona sudah nyaris pingsan. Untungnya Randika ada di sana bersamanya.


    "Saya minta maaf karena menyampaikan berita buruk ini secara terus terang. Saya pamit dulu." Kata dokter itu pada mereka berdua.


    Randikalu menoleh dan menatap nenek Viona itu. Saat ini dia terbaring tenang dan tertidur lp. Kemungkinan dia bangun mungkin sudah di angka 40-60.


    "Biarkan aku melihatnya dulu." Kata Randika pada Viona.


    Randikalu memeriksa denyut nadi dan merasakan otot-ototnya. Seth memeriksanya, kerutan di dahi Randika benar-benar besar.


    Situasinya benar-benar lebih buruk dari bayangannya. Bisa dikatakan bahwa nenek Viona tidak memiliki penyakit berbahaya. Sebaliknya, keadaan tubuhnya benar-benar sehat. Tetapi karena dia sudah telu tua, organ-organ di dm tubuhnya sudah kehngan fungsinya. Bisa dikatakan bahwa waktu nenek Viona th habis jadi sangat kecil kemungkinannya untuk menymatkannya.


    Meskipun menguasai beberapa teknik pengobatan tradisional, Randika masih tidak bisa menemukan cara yang tepat untuk menyembuhkannya.


    Seth berpikir keras dan mengingat-ingat ajaran kakeknya, Randika masih tidak dapat menemukan cara.


    Randika mengh napas. Bahkan jika kakek ketiganya berada di sini, mungkin situasinya tidak seberapa jauh berbeda. Meskipun kakeknya memiliki cara untuk memperpanjang umur nenek Viona, organ-organ internal neneknya ini tidak akan tahan terhadap stimnt seperti itu. Takutnya sebelum obatnya itu bekerja, organ-organ itu sudah berhenti berfungsi terlebih dahulu.


    Randikalu menoleh ke arah Viona dengan wajah murung sambil menggelengkan kepnya. Dm sekejap, seluruh tubuh Viona terlihat bergetar dan akhirnya dia jatuh dan memeluk neneknya dm keadaan menangis.


    "Vi jangan sedih seperti itu, aku akan memikirkan carain." Kata Randika dengan nada menenangkan.


    Seth menangis beberapa saat, Viona akhirnya berhenti menangis. Matanya sekarang semakin bengkak dan merah.


    Randika ingin mengubah suasana dengan mengajaknya makan tetapi Viona bersikeras ingin tetap tinggal bersama neneknya. Jadi Randika pergi sendirian ke kantin.


    Seth keluar dari ruangan, isi pikiran Randika benar-benar bercampur aduk. Dia belum pernah menangani kasus seperti ini. Seth berpikir keras, dia masih mengmi kebuntuan.


    Sambil mengh napas, Randika mengambil handphonenya dan menelepon kakek ketiga.


    "Mau apgi sekarang kamu? Ku ada mash baru ingat rumah, kakekmu ini bukan orang sakti tahu! Sudah cepat katakan mashmu."


    Randikalu menjskan situasi dari neneknya Viona dan seth itu kakek ketigangsung menjadi marah. "Kau ini ada-ada saja, mashmu sendiri saja belum selesai mh ngurusin mash orangin. Ku sudah buntu kamurinya ke kakek, pusing kakek melihatmu ini."


    Males mendengar ceramah kakeknya ini, Randika dengan cepat menanyakan. "Bagaimana kek, kakek bisa menymatkannya?"


    "Tidak."
『Add To Library for easy reading』
Popular recommendations
A Ruthless Proposition Wired (Buchanan-Renard #13) Mine Till Midnight (The Hathaways #1) The Wandering Calamity Married By Morning (The Hathaways #4) A Kingdom of Dreams (Westmoreland Saga #1)