MillionNovel

Font: Big Medium Small
Dark Eye-protection
MillionNovel > Legenda Dewa Harem > Chapter 245: Berani Menggangguku? Bersiap-Siaplah Melawan Kakak Iparku!

Chapter 245: Berani Menggangguku? Bersiap-Siaplah Melawan Kakak Iparku!

    Chapter 245: Berani Menggangguku? Bersiap-Siah Mwan Kakak Iparku!


    Pada akhirnya, Randika berhasil mencatat rekor baru yaitu 9500. Ku saja bukan karena campur tangan seorang staff, rekor itu pasti jauh lebih tinggigi. Jika rekor poin ini telu tinggi, maka orang-orang tidak akan tertarik untuk memainkan permainan ini. Skor yang dikiranya mampu dijangkau oleh orang-orang juga merupakan strategi pemasaran.


    Dan pada saat yang sama, para staff setuju untuk memberikan kompensasi pada Randika berupa poin power card berni 500 ribu.


    Hadiah seperti ini tidak disangka-sangka oleh Randika. Tetapi karena sudah kelhan gara-gara dari tadi terus melempar, dia tidak berniat menghabiskan uang digital itu hari ini.


    Seth mendapatkan hadiahnya, Randika menghampiri Hannah dan Ste sambil tersenyum.


    "Mungkin kak Randika jago bermain basket, jadi kemenangan itu tidak dihitung! Kita selesaikan pertarungan kita di permainan yangin!" Hannahngsung menyeret Randika ke permainan yangin.


    Mesin di game center milik mall ini benar-benar banyak dan bervariatif, kali ini mata kedua perempuan itu terpaku di sebuah dance machine.


    Permainan ini sebenarnya cukup sederhana. Permainan ini memadukan musik, gerakan, arah dan penglihatan. Pada dasarnya, permainan ini terdiri dari pemain, s dansa (dance pad) dan sebuahyar. Di atas s dansa, ada 8 tombol yang diinjak oleh kaki si pemain. Pemain diminta untuk menginjak tombol yang sesuai dengan panah-panah yang muncul diyar. Panah-panah ini muncul dari bawahyar dan bergulir ke atas menuju panah pemandu yang biasa disebut step zone arrow. Terlebih, jika kita memilihgu dengan tingkatan sulit, panah-panah itu akan bergerak jauh lebih cepat dan lebih banyak. Jadi ketepatan waktu dan kelincahan pemain sangat penting dm permainan ini.


    Mesin ini juga bisa dimainkan oleh 2 orang, oleh karena itu Hannah dan Ste dengan semangat memilihgu yang mereka suka.


    Randika hanya duduk sambil memperhatikan. Bisa dikatakan bahwa Hannah dan Ste merupakan perempuan yang bersemangat dan cukupngsing, jadi mereka bisa mengikuti iramagu dengan baik. Apab dibandingkan dengan permainan basket tadi, mereka jauh lebih baik di dance machine ini.


    Dengan semakin banyaknya panah yang muncul, keduanya mi serius menginjak s dansa mereka.


    Hannah dan Ste sepertinya mempunyai bakat menari, kelincahan mereka juga sangat membantu mereka dm permainan ini.


    Keduanyarut dm permainan ini hingga tidak memperhatikan sekelilingnya, orang-orang sudah berkumpul karena tertarik dengan kemolekan tubuh mereka berdua.


    Kedua perempuan cantik menari dengan semangat, dan sh satunya berdada besar, benar-benar menggoda!


    Hannah dan Ste terus menari dengan intens, orang-orang yang berkumpul juga makin banyak. Kebanyakan dari mereka adhkiki. Beberapa dari mereka sudah berniat untuk mengajak ngobrol kedua perempuan cantik itu ketika mereka sudah selesai.


    Pada saat ini, sekelompok berandn dengan tato memenuhi tubuh mereka berjn dengan arogan. Mereka sengaja menabrak dan membentak siapapun yang berani mwan. Mereka adh Anonim, penguasa dari game center ini.


    Pada saat ini, seseorang dari mereka melihat Hannah dan matanyangsung terpaku.


    "Kak, coba kakak lihat perempuan itu."


    Beberapa orangngsung menoleh dan melihat ke arah dance machine. Semua mata merekangsung berbinar-binar.


    "Karena mereka suka berdansa, aku rasa mereka juga pasti suka menggoyangkan pinggang mereka di kasur. Sepertinya mm ini kita akan bersenang-senang." Mata dari pemimpin mereka yaitu Wilson sudah terkunci pada sosok Hannah dan Ste.


    Tidakma kemudian Hannah dan Ste th menyelesaikan permainan mereka dan turun dari mesin. Para berandn itu segera berjn menghampiri mereka sambil mendorong para kerumunan.


    "Oi, minggir!"


    Orang-orang ingin mwan tetapi seth mereka tahu itu adh Anonim, mereka tidak berani mwan dan memberikan jn.


    "Hei, bagaimana ku kita bermain bersama seth ini?" Wilsonngsung menghampiri Hannah dan Ste yang sedang duduk sambil mengatur kembali napas mereka.


    Hannah menatap para berandn itu dan mengerutkan dahinya. "Siapa memangnya yang mau sama kalian? Pergi sana dan jangan ganggu kita."


    "Wah, wah, ternyata kamu berani juga. Aku suka itu." Wilson dan beberapa temannya tertawa. "Kalian berdua tidak akan pergi sebelum bisa memuaskan kami semua."


    Pada saat ini, tangan Wilson sudah menangkap dagu Hannah.


    Namun, sebuah tangan nampaknya berhasil menangkap tangan Wilson.


    Wilson ingin mengambil kembali tangannya tetapi dia sadar bahwa dia tidak bisa mwan sama sekali. Ketika dia menoleh, dia melihat wajah Randika yang terlihat kesal.


    "Apa? Kau ingin mati di sini?" Wilson memasang wajah bengisnya, teman-temannya dengan cepat mengepung Randika. Tidak ada orang yang pernah lolos ketika berurusan dengan Anonim.


    Hannah dan Ste segera berdiri di bkang Randika. Lagip, Hannah sudah memahami kekuatan Randika. Berandn muda seperti ini js bukanwan kakak iparnya.


    Ketika melihat pria itu melindungi kedua mangsanya, semua berandn itu tertawa. "Hahaha, kalian kira pria macam ini bisa menghentikan kami?"


    "Sepertinya orang ini tidak tahu siapa kita."


    "Sebenarnya aku tidak mau bertindak kasar di depan perempuan, tetapi hari ini aku membuat pengecualian." Sh satu berandn mengh napasnya, dia tahu bahwa tindakan kekerasan ini membuat perempuan membenci dirinya.


    Randikalu membs bacotan mereka semua dengan santai. "Pergh sebelum aku marah."


    "Oh? Kau kira bisa memukul kami? Apa kau mau mencobanya?" Wilson mendekatkan pipinya ke Randika, teman-temannya sudah pada tertawa. Mereka th berkuasa di tempat ini lebih dari setahun, tidak adawan yang bisa menggoyahkan posisi mereka.


    Namun, tiba-tiba Wilson menerima sebuah pukn tepat di hidungnya. Karena masih sibuk tertawa, Wilson tidak bisa menghindar dan hidungnya meskan darah.


    Wilson merasa pusing sambil terus memegangi hidungnya, darah terus mengucur tanpa henti.


    Wilson yang belum pernah terluka sma berkhi itu menjadi marah, teman-temannya juga ikut marah. "Mati kau bocah!"


    Wilson segera mengeluarkan pisau yang dia sembunyikan di sepatunya. Namun sebelum dia bisa mengayunkannya, Randika memukul kembali hidungnya. Hal ini membuat Wilson mngkah mundur dengan terhuyung-huyung.


    Randika masih berwajah tenang. Ketika bertarung dengan senjata tajam, ketenangan adh sh satu kunci.


    Randika menguap dan meregangkan tangannya ketika teman-teman Wilson menerjang ke arahnnya. Randika memberi mereka masing-masing sebuah pukn.


    Takma kemudian, keenam orang itu terkapar kesakitan dintai. Ketika orang terakhir yang hendak menerjang Randika itu melihat teman-temannya terkapar, dia berhenti dan tidak tahu harus berbuat apa.


    Melihat Randika yang menghampirinya, orang itu ketakutan dan meminta ampunlu beri meninggalkan kelompoknya.


    Randikalu berbalik dan menghampiri Wilson.


    Randika mengh napas dan mengangkat Wilson dengan satu tangan dan menamparnya.


    "Kalian kira bisa bertindak seenaknya sendiri?" Randika menggelengkan kepnyalu menamparnyagi. Orang-orang seperti ini merasa dirinya di atas dan perlu diberi pjaran sehingga tidak menindas yang lemah.


    Ste sudah menatap Randika dengan tatapan kagum, sedangkan Hannah terlihat bangga. Jika kau berani menggangguku, bersiap-siah mwan kakak iparku!


    "Sudah sana pergi dan bawa teman-temanmu itu." Kata Randika sambil melempar Wilson.


    "Tunggu!" Hannah dengan cepat meny.


    "Aku minta kalian namatin permainan ini dengan ni sempurna atau kakakku akan menghajar kalian hingga kaki kalian patah!" Hannah tidak ingin melepas mereka begitu saja.
『Add To Library for easy reading』
Popular recommendations
A Ruthless Proposition Wired (Buchanan-Renard #13) Mine Till Midnight (The Hathaways #1) The Wandering Calamity Married By Morning (The Hathaways #4) A Kingdom of Dreams (Westmoreland Saga #1)