Chapter 246: Boneka Ginseng yang Dicuri
Hannah tidak ingin melepas mereka begitu saja sedangkan Randika mengerti maksud Hannah dan mengh napasnya.
"Masih mau mwan?" Hannah mengerutkan dahinya, bagaikan singa yang masih kecil. Wilson dan teman-temannya lebih takut dengan singa yang berdiri di bkangnya itu.
Mereka tidak punya pilihan, mereka hanya bisa menuruti permintaan Hannah. Ketika mereka mi menari, semua orang pada tertawa. Karena seumur hidup tidak pernah menari, mereka berenam menari dengan sangat canggung dan mendapatkan ni yang buruk. Gerakan mereka benar-benar aneh.
Semua orang tertawa dengan leluasa, sangat jarang melihat Anonim dipermalukan seperti ini. Wilson dan teman-temannya sudah ingin mati, hari ini adh awal keruntuhan dari wibawa kelompoknya.
Hannah membentak mereka dan mengingatkan perjanjian awal mereka, ku tidak bisa mendapatkan ni sempurna maka mereka tidak akan bisa png dengan kaki yang utuh.
Melihat para berandn itu ditertawakan oleh semua orang, Hannah merasa hukuman ini sudah cukup dan dia sendiri sudah bosan. Jadi Hannah mempershkan mereka pergi dan mengancam mereka agar tidak mengganggu dirinyagi.
Kemudian Hannah, Ste dan Randika kembali bermain sebentarlu memutuskan untuk png.
Ketiganya menaiki lift menuju parkiran, lift ini bergerak dengan sangat pn.
Hari ini merupakan hari terbahagia yang pernah dia rasakan, Hannah tidak bisa berhenti tersenyum dan tertawa. Sedangkan Ste mencuri pandang pada sosok Randika.
Pria ini benar-benar tampan, jika saja dia bukan kakak iparnya Hannah, dia pasti sudah mengejarnya.
"Hmm? Stel, kenapa kamu menatap kak Randika seperti itu?" Hannah menyadari tingkahku Ste yang aneh. "Apa kamu suka sama kakak iparku ini?"
"Tidak!" Ste dengan cepat memukul pundak Hannah, wajahnya benar-benar merah. Kenapa temannya ini tiba-tiba membahas ini?
"Santai saja, kakak iparku ini yboy dan nafsuan. Mungkin jika kamu mau, kamu bisa mendapatkan hatinya." Kata Hannah sambil tersenyum.
Wajah Ste makin merah, sedangkan Randika terlihat sedih. "Han, jadi aku di matamu seperti itu?"
"Memangnya aku sh? Jangan lupa kamu pernah melihatku dengan tatapan mesum sebelumnya."
Randika benar-benar malu, apa yang dikatakan adik iparnya ini tidak telu sh. Lagip, bukannya kamu sendiri yang melompat ke aku dan menanamkan kepku di dadamu?
Ste melihat wajah Randika yang terlihat sedihlu tertawa. Namun pada saat ini, lift yang mereka naiki ini tiba-tiba mati dan berhenti bergerak.
Pada saat ini, Hannah dan Ste takut setengah mati dan berteriak histeris.
"Hei, tidak usah berlebihan begitu." Randika menutup telinganya. "Bukankah ini hanya mati listrik biasa? Tidak perlu berteriak keras seperti itu."
"Aku takut gp." Kata Hannah sambil gemetaran, san ini membuat Randika tertawa terbahak-bahak.
Namun, Hannah dengan cepat memeluk erat tangan Randika.
Ste sendiri ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk ikut memeluk tangan Randika, tetapi dia mengurungkan niatnya karena hal itu kurang pantas menurutnya.
"Kak, apa lift ini akan jatuh dan kita akan mati?" Hannah bertanya sambil menutup matanya. Mendengar pertanyaan itu, Ste jadi ikut takut. Dan pada saat ini, lift yang mereka naiki itu tiba-tiba bergoyang, seakan-akan akan terjun bebas.
Ste yang awalnya sungkan segera memeluk tangan Randika.
Randika mengh napas dm-dm, kedua tangannya sudah tidak bisa bergerak dengan bebasgi.
"Bahkan lift ini jatuh sekalipun, kalian tidak usah khawatir."
"Kak, bisa-bisa kakak berkata seperti itu? Kak Randika ingin kita mati?" Hannah mencubit tangan Randika karena membuatnya lebih ketakutangi.
Randika merasa tidak berdaya, dia hanya berbasa-basi saja.
Namun, seth merasakan kedua perempuan memeluk erat kedua tangannya, Randika mi merasa nyaman.
Senyuman yang mmbangkan sifat nakalnya itu mewakili kepribadiannya, kata-kata Hannah sebelumnya tidak sh sama sekali.
Namun, tidak butuh waktuma untuk lift ini bekerja kembali secara normal. Ketika tangannya bisa bergerak dengan bebas, sedikit rasa penyesn tumbuh di hati Randika.
Seth sampai di parkiran, Ste ingin kembali ke asrama. Hannah juga sedang tidak ingin menginap di rumah Inggrid jadi dia menemani Ste kembali ke asrama mereka.
Seth menurunkan mereka di asrama, Randika segera png.
Sesaatnya sampai, HP Randika tiba-tiba bunyi. Ternyata yang meneleponnya adh Indra.
"Kenapa? Apa kamu baik-baik saja?" Suara Randika terdengar cemas.
"Kak, boneka ginsengku th dicuri orang." Suara Indra terdengar lemas dan sedih.
Dicuri?
Randika terkejut. Apa dia tidak sh dengar? Bagaimana caranya boneka ginseng yang super lincah itu dicuri? Dia sendiri saja kesusahan menangkapnya, kenapa bisa boneka satu itu dicuri?
Ditambahgi, boneka itu slu bareng sama Indra dan Indra juga jarang keluar rumah kecuali mencari makan. Jadi bisa dikatakan bahwa keberadaan boneka itu cukup tersembunyi.
"Kamu tunggu aku, aku segera ke sana."
Dm perjnan, Randika terus berpikir dm hati. Dia merasa ada yang aneh dengan kejadian kali ini. Boneka ginseng adh makhluk hidup yang luar biasa, tidak mungkin ia bisa tertangkap semudah itu. Dia merasa bahwa siapapun yang menculiknya, mempunyai cara rahasia agar bisa menangkapnya. Ku tidak, si penculik tidak akan bisa menangkapnya mengingat betapa lincah dan cepat si boneka ginseng.
Semua keanehan ini membuat Randika merasakan firasat buruk.
Dia dengan cepat menuju rumah kontrakan Indra danngsung membuka pintunya. Namun, dia menemukan Indra tergeletak lemas di atas kasur. Matanya setengah terbuka dan terlihat akan pingsan kapan saja. Di sampingnya HP miliknya sudah hancur berantakan.
"Indra! Kamu baik-baik saja?" Randika dengan cepat menghampirinya dan memeriksa denyu nadinya. Dia tidak menemukan sesuatu yang aneh dan bernapas lega.
Randika memeriksa apa yang sh ternyata Indra th ditembak oleh peluru bius.
Mencabut peluru tersebut, kerutan dahi Randika semakin mengerut. Sepertinya sesuai dengan dugaannya bahwa pihak penculik sudah siap dengan seg kemungkinan termasuk cara menghkan Indra.
"Kakak seperguruan, maafkan aku yang lemah ini." Kata Indra dengan perasaan sedih.
"Sudah tidak apa-apa, serahkan sisanya padaku." Indralu tertidur dengan ps. Seth berpikir sebentar, akhirnya Randika memutuskan untuk menelepon Deviana.
Tidak ada petunjuk yang mengarah pada identitas pku, jadi mencari tanpa petunjuk hanya buang waktu saja. Jadi pilihannya adh satu yaitu meminta bantuan dari Deviana.
Dia akan meminta polisi satu itu untuk memeriksa kamera jn ataupun kamera pengawas yang ada di sekitar rumah Indra. Mungkin dengan itu dia bisa menemukan siapa pkunya.
"Mau apa kamu?" Kata-kata Deviana terdengar dingin. Dia masih tidak melupakan rayuan gombal Randika sebelumnya.
"Aku butuh bantuan, aku ingin kamu memeriksa kamera yang ada di dekat mat Kalimas no 89. Aku benar-benar butuh informasi itu secepatnya."
Telepon itu hening sejenak, kemudian terdengar suara pn. "Tunggu sebentar."
Deviana merupakan pribadi yang tegas dan menjunjung tinggi kebenaran. Tetapi pada saat-saat penting, dia tidak akan ragu menolong Randika. Bisa dikatakan bahwa hubungannya dengan Randika itu sedikit spesial. Mereka memang teman, tetapi dia r membantunya asalkan tidak telu mnggar hukum.