Chapter 254: Tipe Orang yang Paling Dibenci oleh Randika
Para bapak pebisnis kaya ini melototi Viona dengan tatapan mesum mereka, terutama ketika mereka melihat betapa besar dada miliknya itu.
"Pak Aldo memang hebat ku mash beginian ya." Yanginnya ikut tertawa. "Bukannya bapak sedang berhubungan dengan sekretarismu yang sexy itu?"
Aldongsung tersenyum pahit. "Ah tidak kok."
"Aduh pak Aldo ini pura-pura bodoh. Anda harus dihukum mentraktir kita minum mm ini." Yanginnya ikut tertawa dan kembali minum. Di level seperti ini, cerita perselingkuhan adh hal yang wajar.
Di negara mana pun, kejadian-kejadian seperti ini memang dianggap lumrah. Khususnya para sekretaris dari para bos ini biasanya menjadi bahan pmpiasan nafsu mereka. Tetapi tentu saja, uang ataupun barang mahal yang bermerek menjadi kompensasi atas kerja keras mereka. Yang lebih kejamgi adh biasanya mereka membuat mabuk perempuan yang mereka incar dan memperkosanya ketika dia tidak sadarkan diri. Dengan bermodalkan HP, mereka akan merekam kejadian itu dan membuatnya menjadi bahan pemerasan sehingga perempuan itu akan terus myani mereka secara sukar.
"Kalian ini memang bajingan semua. Oi pyan, tambahkan satu botolgi." Aldo mmbaikan tangannya dan meminta sebotol Jack Daniel.
Temannya yang bernama Billy terus menatap Viona tanpa henti. Matanya sama sekali tidak bergerak.
"Pak Billy sepertinya naksir sama perempuan itu ya? Matanya sampai tidak bergerak hahaha." Aldo tertawa. "Sudah cekoki perempuan itu alkohol, nanti ku mabuk tinggal dibungkus png."
"Dia memang cantik." Sosok Viona sama sekali tidak bisa lepas dari tatapan mata Billy. Pria kaya ini hanya bisa mengutuk Randika dm hatinya.
"Tetapi sepertinya perempuan itu sudah punya cowok, kurasa tidur dengannya sudah mustahil." Kata sh satu dari temannya.
"Aduh kalian ini kurang paham dengan mash-mash seperti ini." Aldo menegak minumannyalu mnjutkan. "Anak-anak muda jaman sekarang itu bisa dibeli dengan uang, tinggal sebut nominal mereka r membuka kaki mereka lebar-lebar." Aldo tertawa dan menoleh ke arah Billy. "Bagaimana pak? Mau tidak sama perempuan itu? Ku tidak perempuan itu buatku lho."
"Siapa bng aku tidak mau?" Billy tertawa. "Sepertinya aku juga butuh simpanan yang baru."
Aldolu tersenyum. "Ku begitu, kontrak bisnis yang kita bicarakan kemarin tolong segera ditanda tangan ya pak."
"Hahaha bisa saja pak Aldo ini, sudah kuduga ada udang di balik batu." Para bapak ini tertawa keras sedangkan para pengawal mereka berdiri tegak di samping meja.
Billy menggelengkan kepnya sambil tersenyum pahit. "Baih, baih, tetapi aku ingin perempuan itu tidur denganku mm ini."
"Cepat suruh perempuan itu datang kemari. Ingat, jangan pakai kekerasan." Kata Aldo pada pengawalnya.
"Baik."
Pengawal itu menyanggupi dan berjn menghampiri Viona.
Pada saat ini, Viona dan Randika masih bermesra-mesraan. Viona bersandar di pundak Randika sambil meminum minumannya.
"Enak juga ya yang kamu pesan." Wajah Viona mi merah karena alkohol.
Randika ingin mnjutkan momen mesra mereka, tetapi tiba-tiba dia mengerutkan dahinya.
Dari jauh, ada seorang berbadan besar yang berjn menghampiri mejanya.
"Smat mm, bosku mengundang Anda untuk minum bersama." Kata pengawal itu pada Viona.
Viona terkejut ketika mendengarnya, dia tidak tahu harus berbuat apa.
"Randika, ini."
"Tenang saja, aku ada di sini." Randika tersenyum dan menggenggam tangan Viona. Dialu menoleh ke arah pengawal itu dan mengatakan. "Kita tidak butuh minuman gratis, katakan bosmu ku kami menknya."
Orang yang paling dibenci oleh Randika adh orang-orang seperti ini. Hanya karena mereka memiliki uang yang lebih, mereka mengira bisa membeli apa pun yang ada di dunia ini termasuk perempuan. Namun, mereka tidak akan menyentuh ataupun menyinggung orang yang lebih kuat daripada mereka. Jadinya mereka mengincar orang-orang kecil, kejadian seperti ini sangat sering terjadi di bhan dunia mana pun.
Sedangkan untuk Randika, meskipun memiliki kekayaan dan kekuatan yang melimpah saat dirinya membangun pasukannya, dia sama sekali tidak mengganggu orang yang lebih lemah ataupun takut pada orang yang lebih kuat dari padanya. Dan hal ini juga beku pada pasukannya, mereka tidak pernah menyerang orang-orang yang tidak bersh.
Namun sekarang, Randika mau tidak mau menjadi marah seth diremehkan seperti ini.
Pengawal itu menatap tajam para Randika. Dengan ekspresi dinginnya, pengawal itu mengatakan. "Kau tidakyak menjawab untuk nona ini. Bosku memberi undangan ini untuk nona ini bukan untuk kalian berdua. Kusarankan kau untuk pergi."
"Kau tahu apa yang paling kubenci di dunia ini?" Kata Randika dengan nada serius. "Aku benci orang yang berani menyuruhku meskipun sebenarnya dia itu lemah. Orang-orang bodoh seperti itu biasanya sudah menjadi mayat keesokan harinya."
Pengawal itu menjadi marah. "Kau benar-benar orang miskin yangncang, sampah sepertimu tidakyak untuk hidup. Pergh dari sini sebelum kusikat habis."
Diin sisi, para pebisnis kaya itu menatap pengawal Aldo dan Randika sambil tertawa.
"Wah sepertinya pacarnya itu punya nyali untuk mwan." Kata Billy sambil tertawa.
Aldo juga tersenyum. "Tidak mash, pengawal itu adh pengawal pribadiku. Jika dia tidak becus mkukan pekerjaan semudah ini, akan kutendang keluar dia besok."
Namun seth kata-katanya itu selesai, suara teriakan tragis terdengar dari arah meja Randika. Ketika mereka menoleh, mereka melihat pengawal pribadi milik Aldo itu berlutut satu kaki sambil mengerang kesakitan.
"Apa yang sedang terjadi?" Para pebisnis kaya ini terlihat bingung.
Randika menatap dingin pengawal milik Aldo tersebut. Dia memelintir dengan erat tangan si pengawal itu hingga dia sampai berlutut. Dengan mudah, Randika mematahkan lengannya itu dan membuatnya kesakitan.
Viona yang berdiri di bkang Randika itu terlihat ketakutan. Randikalu menenangkan Viona sebentarlu menatap Aldo dan teman-temannya.
Pada saat ini, para pebisnis ini menyadari tatapan mata Randika. Mereka semua merasa darahnya mendidih.
"Anak muda itu benar-benar kurang ajar." Billy menjadi marah.
"Pak Billy tidak usah khawatir, serahkan mash ini padaku. Biarkan aku yang mendidik generasi muda itu." Kata Aldo sambil tertawa. Kedua pengawalnya yangin segera menghampiri Randika. Karena rasa solidaritas, para pebisnis yangin juga mengirim pengawal mereka untuk membantu.
Dm sekejap, 8 orang pengawal sudah berjn menghampiri Randika.
Orang-orang di dm bar ini sudah mi ketakutan, kecuali yang sedang menari dintai dansa. Tatapan mata semua orang sekarang sedang tertuju pada Randika.
"Orang itu bodoh apa tolol? Bisa-bisanya dia menyinggung orang berkuasa seperti itu."
"Tapi jarang-jarang lho kita lihat orang dihajar seperti ini, mungkin nanti kita bisa rekam kejadian ini dan menjadi terkenal!"
"Aku rasa videomu nanti mh dijadikan bukti kasus pembunuhan."
Para pengunjung ini sudah memberikan rasa bsungkawa dm hati mereka untuk Randika. Seorang diri menghadapi 8 orang berbadan besar seperti itu, yang ada hanyh kematian!
Randika menendang pengawal yang masih mengerang kesakitan itu. Namun karena suasana hati Randika sedang buruk, pengawal itu sudah tidak sadarkan diri hanya dengan satu tendangan itu.
"Vi, duduk dan jangan bergerak." Kata Randika sambil tersenyum.
"Baih." Viona mengangguk. Melihat Randika yang hendak maju ke medan perang, Viona tiba-tiba menariknya. "Hati-hati."
Randika tersenyum dan berkata padanya. "Jangan khawatir."
Randika berjn maju dan menghampiri 8 pengawal itu. Ketika mereka berhadap-hadapan, para pengawal ini tidak banyak omong danngsung myangkan puknnya. Dpan tinju yang terlihat besar dan berat itu mengarah pada Randika.
Dm benak para pengawal ini, mereka tahu bahwawannya kali ini adh bukan orang sembarangan karena sebelum ini dia berhasil menghkan temannya. Dikenal sebagai pengawal terbaik Aldo, mereka belum pernah melihat pengawal satu itu babak belur seperti itu.
Jadi hanya ada satu kesimpn,wan mereka kali ini bukah orang lemah.
Tebakan mereka bisa dikatakan tidak sepenuhnya sh, kekuatan Randika bukah kuat minkan sudah berada di level mengerikan.
Randika sama sekali tidak menghindari 2 pukn pertama yang myang ke arahnya, mhan kedua tinjunya mengarah ke tinjuwannya itu. Kemudian ekspresi 2 pengawal itu berubah menjadi kesakitan, seh-h tangannya th membentur baja.
KRAK!
Tng jari kedua pengawal itungsung remuk tanpa sisa, mereka hanya bisa mengerang kesakitan dintai.
Tinjuwannya itu benar-benar mengerikan!
Para pengunjung bar sudah terkejut bukan main. Bagaimana bisa pemuda itu kuat seperti itu? Lawannya bukah orang sembarangan minkan pengawal pribadi seorang bos!
Namun, kejutan ini masih belum selesai.
Dua pengawalinnya hendak menyerang Randika dari samping, tetapi Randika dengan mudah mematahkan tng rusuk mereka dengan sebuah tendangan. Kedua pengawal itu hanya bisa terpental dan membentur tembok.
Menatap empatwannya yang tersisa, Randika sudah seperti serig yang menerjang ke arah gerombn domba. Mereka berempat hanya bisa merasakan hembusan angin kencang yang melewati mereka sebelum rasa sakit menyelimuti mereka dan mengambil alih kesadaran mereka.
Hampi secara bersamaan, keempat orang itu pingsan tak sadarkan diri. Dm sekejap, Randika berhasil menghkan 8 pengawal berbadan besar itu.
Para pengunjung di bar sudah kehabisan kata-kata untuk berkomentar, hanya suara musik saja yang masih dapat terus terdengar.
Apa mereka tidak sh lihat?
Satu mwan dpan, apa dikira ini film action Hollywood yang karakter utamanya slu menang itu?
"Luar biasa!" Teriak sh satu orang.
"Sudah diam saja, jangan menoleh ke sana. Nanti kita mh terseret." Temannya mengingatkan agar tidak terlibat mash rumit seperti ini.
Namun, tatapan mata mereka tidak bisa lepas dari Randika. Terlebih, sekarang Randika berjn menghampiri para pebisnis kaya itu.
Orang-orang ini mi ketakutan ketika melihat Randika, keringat dingin di dahi mereka sudah mengucur deras.
Mereka tidak menyangka akan bertemu orang semengerikan ini, Aldo dengan cepat angkat bicara. "Berani-beraninya kau berbuat jahat seperti itu pada pengawal kami dan masih menunjukan batang hidungmu itu?"
Namun, Randika sama sekali tidak menjawab. Dia terlihat mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan myangkan sebuah pukn tepat di wajah Aldo dan membuatnya terpental hingga terjatuh dintai dengan keras.
Awalnya teman-temannya ini juga ingin mmpiaskan kemarahannya pada Randika, tetapi melihat Aldo yang dipukul tanpa ampun, nyali mereka menjadi ciut.
Sepertinya orang yang mereka usik ini bukan orang sembarangan.