Chapter 307: Pesawat yang Dibajak (II)
Melihat sosok Randika yang menghng itu, hati Viona menjadi sedih. Dari reaksi dan tindakan Randika itu, dia bisa melihat bahwa Inggrid adh sosok spesial di hati orang yang dicintainya itu.
Hal ini tidak bisa dishkan, hubungannya dengan Randika ini sungguh rumit. Bisa dikatakan mereka lebih dari teman tetapi kurang dari pasangan, melihat Randika peduli dengan perempuanin js membuat Viona merasa resah.
Ketika Viona sibuk dengan pikirannya sendiri, Randika tiba-tiba masuk kembali ke dm ruangan. Dialu menghampiri Viona dan mencium keningnya.
Dialu berkata pada Viona. "Tunggh aku, aku akan kembali."
"Baih." Wajah Viona sudah tersipu malu. Kali ini ketika melihat punggung Randika yang pehan pergi, hatinya sudah hangat.
Seth mengetahui situasi yang dihadapi Inggrid, Randikangsung bergegas menuju bandara.
Menikah? Istrinya itu direbut dan dipaksa menikahi orangin? Bahkan jika dia sudah mati pun, dia akan membunuh siapapun yang berani menyentuh Inggrid.
Pikiran Randika untuk membunuh setiap anggota keluarga Alfred itu sudah sangat besar, hari ini dia akan melenyapkan keluarga aristokrat satu itu.
Randika beri menuju bandara dengan beri. Kakinya yang dialiri oleh tenaga dm itu mngkah dengan cepat, kecepatannya sudah bisa mengimbangi mobil bp. Tidak butuh waktuma untuknya tiba di bandara.
"Tiket untuk ke Jakarta." Randika mendorong orang yang di depannya dan berbicara pada resepsionisnya.
Orang yang didorongnya itu marah dan menggulung lengan bajunya. "Apa kau nyari mati hah?"
Randika tidak menjawab, dia hanya menatap tajam pada orang itu. Orang itu sudah mengangkat tangannya dan hendak memukul tetapi tiba-tiba tatapan mata Randika seperti seekor hewan buas.
Orang itungsung merinding ketakutan. Di bawah tatapan mata Randika itu, dia sepertinya kesulitan bernapas. Seakan-akan Randika berkata padanya bahwa dia bisa membunuh dirinya dm 1 detik ku dia mau!
Perasaan bahaya seperti ini benar-benar nyata!
Ketika Randika memalingkan wajahnya, orang itu bisa bernapas lega dan mngkah mundur dengan punggung yang basah.
"Maaf pak, pesawat ke Jakarta sudah lepasndas. Pesawat berikutnya yang menuju Jakarta baru ada jam 4 sore nanti." Kata resepsionis.
Randika mengerutkan dahinya. Dia berhasil turun dari gunung dan tiba di kota Cendrawasih jam 11 pagi. Jika dia harus menunggu hingga jam 4 sore dan tiba baru mm hari, Inggrid sudah pasti dipaksa menikah oleh keluarga Alfred.
Dengan katain dia tidak bisa menunggu jadwal pesawat berikutnya.
Tetapi pesawatnya itu sudah lepasndas, apa yang bisa diakukan?
Wajah Randika terlihat serius, otaknya berputar dengan cepat. Tiba-tiba, dia mempunyai sebuah ide yang bagus.
Siapa bng pesawat itu satu-satunya yang terbang ke Jakarta?
Bukankah dia tinggal mencuri sh satu pesawat dan menerbangkannya sendiri? Sederhana bukan?
Randikalu membeli tiket pesawat yang keberangkatannya paling cepat. Seth itu Randikangsung masuk ke dm pesawat.
Tidakma kemudian, pesawat yang dia naiki itu lepasndas. Seth tanda sabuk pengaman sudah hng, Randikangsung berdiri dan berjn menuju kokpit pesawat.
"Pak, bisa tolong duduk dengan tenang? Apab bapak perlu sesuatu, bapak tinggal bng saja." Kata seorang pramugari pada Randika. Tetapi Randika mencuekinya dan terus berjn ke depan.
Penumpang yangin tidak memperhatikan Randika sama sekali, mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
"Pak? Pak!" Pramugari itu mi khawatir melihat Randika sama sekali tidak menjawab. Dia hanya bisa mengh napasnya.
Sesampainya Randika di bagian depan pesawat, polisi udara yang sedang menyamar itu sedang berbincang satu samain. Orang-orang mungkin tidak sadar bahwa setiap pesawat yang mereka naiki ada beberapa penegak hukum yang menyamar di pesawat mereka. Tugas mereka adh memastikan tidak ada kejahatan yang terjadi di dm pesawat. Tetapi bagi Randika, orang-orang ini tidak lebih dari seekor serangga.
Tanpa memedulikan mereka, Randika terus bergerak menuju kokpit pesawat. Namun, para polisi itu menyadari pergerakan Randika.
"Permisi pak mau ke mana ya? Area depan sana drang untuk penumpang jadi lebih baik bapak kembali duduk." Kata seorang polisi sambil memperlihatkan identitasnya.
Ketiga polisi itu sebenarnya sudah memegang pistol yang ada di pinggang mereka. Akhir-akhir ini marak terjadi pembajakan pesawat, jadi mau tidak mau mereka harus waspada dengan setiap ancaman.
Para penumpang yangin juga menyadari kejadian ini dan menjadi penasaran.
Randika tidak peduli, dia tetap berjn menuju kokpit. Pada saat ini, sh satu dari ketiga polisi itu menodongkan pistolnya dan berteriak ke arah Randika. "Jangan bergerak atau akan kutembak kau!"
Kali ini para penumpang sudah panik tidak karuan, mereka menatap takut pada Randika. Randika tidak menoleh sama sekali, dia tidak punya waktu untuk mdeni anjing-anjing ini. Sekarang di pikirannya hanya ada Inggrid. Sma dia berhasil tiba di Jakarta tepat waktu, dia akan menymatkannya.
Namun, entah karena gugup atau emosi yangin, sh satu dari polisi ini menembakkan pistolnya. Suara tembakan yang menggema itu membuat semua orang panik. Semuanyangsung merunduk di tempat duduk mereka.
Seth suara tembakan itu menghng, para polisi ini terkejut melihat Randika yang ada di hadapan mereka ini sehat wfiat.
Tidak mungkin! Aku tidak mungkin meleset!
Ketiga polisi itu saling memandang satu samainlu akhirnya menerjang ke arah Randika.
Di bawah tatapan semua orang, para polisi itu sangat cepat dan terkoordinasi. Mereka menerjang ke arah Randika untuk menangkap teroris satu ini.
Namun pada saat ini, Randika hanya berbalik badan sebentarlu berjn kembali menuju kokpit. Para polisi yang hendak menerjang itu tiba-tiba terhenti dan tediam di tempat.
Seth satu detik, ketiga polisi itu terjatuh dan pingsan!
Dm satu detik, ketiga polisi yang mumpuni ini dapat dikhkan oleh Randika dengan mudah.
Para penumpang itu semuanya terkejut, orang itu sangat kuat! Tetapi satu pertanyaaninngsung menggenang di hati mereka, apa yang hendak orang itukukan?
Apakah dia mau membajak pesawat ini?
Dm sekejap pertanyaan itu memenuhi semua penumpang yang melihat aksi Randika sebelumnya.
"Berhenti!" Seorang bule berdiri dan menatap tajam ke arah Randika.
Sama seperti para polisi tadi, Randika mengabaikannya dan tetap berjn menuju kokpit. Dm satu tarikan, Randika berhasil membuka pintu khusus tersebut.
".."
Semua penumpang yang melihatnya sudah pasrah dm hati, sepertinya mereka th sh memilih pesawat.
Pintu kokpit pesawat didesain khusus oleh pihak penerbangan agar pesawat tidak mudah dibajak oleh orang-orang yang berniat buruk. Apab pintu sudah dikunci dari dm, sudah 100% mustahil untuk membukanya dari luar. Namun, Randika dengan mudahnya membuka pintu itu hanya dengan satu tangannya.
Melihat aksi Randika satu ini, bule tadingsung duduk sambil bersembunyi. Dia merasa sangat lega tidak beri dan mencegah Randika, jika itu benar terjadi, dia tidak tahu kematian seperti apa yang menimpanya.
"Ya Tuhan, terima kasih th menymatkan nyawaku!"
Randika sama sekali tidak peduli dengan para penumpang karena pikirannya sekarang tertuju pada para pilot pesawat!
Para pramugari sudah pada ketakutan di bkang, mereka tidak mungkin bisa menghentikan teroris itu. Satu-satunya penymat mereka yaitu ketiga polisi tadi itu masih pingsan tidak sadarkan diri.
Randika berjn dengan santai menuju dm kokpit di mana kedua pilot itu sedang mengendalikan pesawat.
Kapten pesawat dan wakilnya itu sudah menatap Randika dengan tajam sejak pintu mereka itu terbuka. Mereka hanya bisa tertegun sekaligus menekan rasa takut mereka. Randikalu berkata dengan nada seriusnya. "Bawa pesawat ini ke Jakarta."
"Siapa kamu? Kenapa kamu bisa masuk ke tempat ini? Apa kamu." Sebelum wakil kapten itu selesai berbicara, Randika sudah memukulnya hingga pingsan.
Hati si kapten pesawat itungsung mengepal, dia tidak tahu harus berbuat apa. Lalu Randika memecah keheningan dengan mengatakan. "Pindahkan jalur pesawat menuju Jakarta dan jangan buat aku mengngi kata-kataku ini sekaligi. Ku kamu tetap tidak mematuhi kata-kataku, aku akan menjatuhkan pesawat ini."
Di bawah ancaman Randika, sang kapten tidak mempunyai pilihan sin mengganti jalur pesawat. Dia memang terlihat tenang tetapi dia sudah memberikan sinyal bahaya tersembunyi ke pusat Menara.
Pada saat yang sama, pusat menara bandara Cendrawasih.
Seth mendapatkan sinyal bahaya tersebut, pusat informasilu lintas udara iningsung heboh.
"Apa? Pesawat kita ada yang dibajakgi?"
Seorang pria paruh baya itu terlihat seakan-akan mau muntah darah. Pesawatnya yang menuju Jepang kapan hari baru saja dibajak dan sekarang sudah ada kasus inigi? Bisa-bisa dia dipecat karena membiarkan teroris itu masuk ke dm bandaranya.
Dm sejarah dia bekerja, dia tidak pernah melihat kejadian yang tenggat waktunya berdekatan seperti ini.
"Bagaimana keadaannya sekarang?" Pria paruh baya itu menghampiri bawahannya. Keadaan sekarang kacau bu, semua orang menjadi panik dan gugup.
"Kita th mengunci lokasi pesawat dan masih memantaunya." Kata sh satu bawahannya.
"Apa ada cara untuk berkomunikasi dengan pilot pesawat?" Tanya si pria paruh baya.
"Tidak bisa, sepertinya pilot sedang disandera. Hmm? Jalur ini Pesawat mengubah arahnya menuju Jakarta!"
Seth mendengar kata-kata ini, semua orang terkejut. Jakarta?
Semua personel penting berada di ruangan ini. Mendengar kata Jakarta hati mereka sudah mengepal bukan main. Apakah kejadian World Trade Center akan terng di Indonesia? Apakah target mereka adh istana kepresidenan?
"Segera hubungi pihak kepolisian Jakarta." Pria paruh baya itu segera membuang pikiran buruknya itu dan menenangkan dirinya.
Pada saat yang sama, dia juga memerintahkan agar istana kepresidenan diberi kabar tentang pembajakan pesawat ini.
Untuk menangani mash seperti ini, apgi jika mengancam kesmatan sang presiden, pria paruh baya ini memilih untuk main aman.
Di dm pesawat, para penumpang masih duduk dengan tegang. Mereka hanya tahu bahwa kokpit pesawat mereka sudah bukan dikendalikan oleh pilot yang seharusnya.
Sedangkan Randika sejak awal tidak berniat membahayakan para penumpang ini, fokusnya adh keluarga Alfred di Jakarta itu. Sesampainya di Jakarta, dia akan membunuh seluruh manusia-manusia busuk itu!