Chapter 380: Air Putih Biasa?
Randika memperhatikan dengan baik Roberto, seharusnya kedua tangan bocah itu patah karena kuatnya tekanan yang dia terima.
Kejadian ini benar-benar telu cepat, tahu-tahu semuanya dapat melihat bahwa anak kecil yang terjatuh itu smat dan dipeluk erat oleh Roberto.
"G, Roberto benar-benar seorang pawan."
Para pengunjung yangin segera menghampiri Roberto. Meskipun anak kecil itu smat, rasa takut dan panik masih membekas di wajahnya.
Anak ini masih berumur 3 atau 4 tahun, masih terlihat imut. Dintai, Roberto terlihat kesakitan.
"Kalian berdua baik-baik saja?" Tanya seseorang dengan wajah yang khawatir.
Semua teman-teman Roberto juga berusaha membantunya untuk berdiri. Pada saat ini, bianla sudah berhenti berjn dan semua orang mengerumuni Roberto.
Dengan bantuan temannya, Roberto sudah berdiri dengan wajah yang pucat. Semua orang dapat melihat bahwa tangan Roberto terki lemas.
"Aku tidak apa-apa." Roberto terlihat menahan sakitnya dan tersenyum. Hati para perempuan iningsung mengepal dengan kuat. "Bagaimana mungkin kamu baik-baik saja? Ayo cepat kita ke rumah sakit!"
"Benar, ayo cepat ke rumah sakit." Bahkan beberapa orang terlihat ingin mengantarkan Roberto karena kagum dengan tindakan heroiknya.
"Aku bisa menyembuhkannya." Pada saat ini, Randika bersuara dan membuat semua orang menoleh.
Roberto sendiri menoleh dan melihat Randika berkata padanya. "Aku pernah membenarkan tng yang dislokasi, tngmu hanya copot dari sendinya jadi cukup dikembalikan seperti biasa."
"Ngomong apa kamu? Lebih baik kita ke rumah sakit untuk jaga-jaga." Pengunjung di sebh Roberto tetap menyarankannya untuk tetap ke rumah sakit.
Hannah terlihat tidak terima dengan kata-katanya. "Kakakku ini benar-benar ahli dm ilmu pengobatan. Ku cuma mengembalikan tng ke tempatnya, itu cuma perkara mudah bagi dirinya."
Roberto hanya tersenyum. "Ku tidak keberatan, tolong sembuhkan aku."
Randika mengangguk, kemudian dia meraih tangan kanan Roberto dan berkata. "Ini mungkin sakit sedikit, jadi tahah sebentar."
Roberto tersenyum. "Tidak mash."
Seth itu, Randika menarik tangannya dengan keras. Kekuatan besar ini seh-h ingin mencabik lengan Robert, wajahnyangsung berubah menjadi putih. Rasa sakit yang luar biasangsung merembes ke otaknya, giginya dia gertakkan dengan keras.
Tidak ada reaksi apa-apa?
Randika cukup terkejut. Menurutnya Roberto ini seharusnya memiliki kemampuan b diri, orang-orang yang memiliki kemampuan b diri biasanya secara tidak sadar akan bereaksi dengan menarik tangannya ataupun memasang kuda-kuda.
Sepertinya dugaannya sh?
"Apakah dia baik-baik saja?" Beberapa orang bertanya pada Randika, wajah mereka terlihat khawatir.
"Ah, aku barusan sh menariknya. Aku perlu mkukannya sekaligi, apa kamu siap?" Kata Randika dengan nada sedikit malu.
Dengan wajah pucatnya, Roberto memaksakan dirinya untuk tersenyum dan mengangguk.
Pada saat yang sama, Randika kembali menarik dengan keras dan kasar.
Masih tidak ada reaksinya?
Seth mencoba 2x, Randika mi ragu-ragu dengan identitas Roberto. Orang-orang di sekitarnya mi terlihat marah ketika melihat Randika.
"Hei, kamu beneran bisa menyembuhkannya atau tidak? Jika kamu terus begini, dia bisa mati!"
"Sudah, cepat bawa dia ke rumah sakit!"
Randika berkata dengan wajah malunya. "Sebentar, sekaligi pasti berhasil."
Seth berkata seperti itu, Randika menarik tangannya sekaligi dan terdengar suara klik. Rasa sakit Roberto secara bertahap menghng dan tangan kanannya mi pulih kembali.
Randika juga menarik tangan kirinya dan membetulkannya.
"Seharusnya kamu sudah baik-baik saja." Randika berdiri dan tersenyum, Hannah sendiri juga terlihat bangga. "Mana mungkin hal seperti ini menyusahkan kakak iparku."
"Hahaha terima kasih, terima kasih. Ku begitu, bagaimana ku kita kembali jn-jn?" Kata Roberto sambil tersenyum. Meskipun begitu, wajahnya masih terlihat pucat karena 2 serangan Randika tersebut.
"Kak, terima kasih sudah menyembuhkanku. Aku sendiri juga ms ku harus menginap di rumah sakit." Kata Roberto pada Randika.
"Hahaha sama-sama." Randika membs senyumannya. "Ini pekerjaan yang mudah."
Apakah dia benar-benar baik-baik saja?
Hati Randika masih dm keadaan ragu.
"Ayo kita maingi, masih banyak mainan yang menunggu." Kata Roberto.
"Apa tanganmu baik-baik saja?" Tanya teman perempuannya dengan wajah khawatir.
"Tidak mash, bukankah aku terlihat baik-baik saja?" Kata Roberto.
Kemudian sekumpn mahasiswa ini kembali bermaingi. Tidakma kemudian, waktu untuk berpisah th datang.
"Kita pergi dulu ya, nanti ku sempat kita jn-jn bersamagi." Kata Roberto sambil tersenyum.
"Hati-hati." Semuanya mi png masing-masing.
Hannah juga berpamitan dengan teman-temannya, dia berniat untuk png bersama dengan Randika.
"Kak, Roberto memang orang yang menawan ya. Hatinya benar-benar hangat." Ketika tidak ada orang, Hannahngsung memuji Roberto.
"Iya, iya." Randika hanya menguap.
"Ketika kita haus, dia tidak ragu-ragu membelikan kita semua air." Hannah tersenyum.
Air?
Tatapan mata Randikangsung berubah menjadi tajam. "Han, cepat berikan botol airnya."
Hannah terlihat bingung, apakah kakak iparnya ini haus?
Kemudian dia mengeluarkan botol airnya dari dm tas dan memberikannya pada Randika.
"Tadi Roberto membelikan kita sekresek air putih dan semuanya dapat satu per satu." Kata Hannah.
Randika menatap botol air tersebut. Jika dugaannya benar, seharusnya air di dm ini ada sesuatunya.
"Kak, apakah ada yang sh dengan airnya?" Tanya Hannah.
Randika menggelengkan kepnya. "Kita tidak akan tahu sebelum kita memeriksanya."
"Kak, apa kak Randika mencurigai Roberto?" Pada saat ini, Hannah bisa merasakannya. Akhirnya dia menyadari bahwa tingkahku Randika memang aneh apab mengenai Roberto.
Randika menggenggam erat botol airnya. "Han, ketika kita bertemu dengan Roberto pertama kali, aku dapat merasakan bahwa lki itu berbahaya."
"Merasakan?" Hannahlu menjadi marah. "Kak, tidak baik berprasangka buruk sama orangin."
"Jadi kamu tidak berprasangka buruk saat kita naik komidi putar?" Randikangsung mengalihkan topik.
Wajah Hannah berubah menjadi merah, dialu mendengus dingin. "Aku tidak mau berbicara denganmugi."
Tidakma kemudian, mereka th sampai di perusahaan Cendrawasih. Sesampainya di sana, Hannah segera beri ke kantor Inggrid dan Randika kembali keboratoriumnya.
"Oh pak Randika sudah kembali? Ada yang ketinggn?" Sindiran Adrian bisangsung terdengar.
"Sepertinya pak Randika kepanasan jadinya dia mengungsi ke sini." Tambah orang di sampingnya.
"Tidak mungkin, pasti dia habis ditk sama cewek." Kata Axel sambil tertawa.
Randika mengabaikannya dan menaruh botol air yang dipegangnya di meja. "Cepat, periksa kandungan air di botol ini."
Adrian mengambil botol tersebut dan bertanya. "Apakah pak Randika mau jun air putih versi baru?"
"Sudah cepat kerjakan, ku hasilnya keluar cepat beritahu aku." Randika kembali duduk di kursinya.
"Baih." Adrian dengan cepat memeriksanya.
Tidakma kemudian, Adrian membawa hasil penelitiannya pada Randika.
"Pak, air di dm botol ini normal."
"Maksudmu normal?" Tanya Randika.
Wajah Adrian terlihat bingung. "Ini cuma air putih biasa pak, tidak ada yang aneh sama sekali."
Air putih biasa?