Chapter 280: Apakah Kamu Merindukanku?
Melihat kulit mulus, kaki panjang, dada yang hampir menyembul keluar dari balik bajunya, Randika benar-benar terpukau olehnya.
Pemandangan cantik seperti itu, Randika tidak akan pernah bosan untuk melihatnya!
Meskipun Randika pernah melihat tubuh Christina sebelumnya, dia belum pernah merabanya dengan sepenuh hati. Hanya tinggal menunggu waktu sebelum hal itu akan terwujud.
Sangat disayangkan tubuh seindah itu tidak digunakan dengan baik, seandainya saja Christina menjadi model, Randika yakin fotonya akan memenuhi seluruh majh. Tetapi ada keuntungan tersendiri baginya, Randika bisa menikmati tubuh indah itu untuk dirinya sendiri!
Bisa dikatakan bahwa jika tubuh perempuan itu sebuah karya seni, maka tubuh Christina itu sudah setara dengan lukisan Mona Lisa!
Randika merasa kejadian ini sangat disayangkan sekali, ku saja tidak ada Ayu di sini, Randika mungkin sudah menerjang ke arah Christina. Terlebih, dia sudahma tidak berjumpa dengan Christina. Mungkin ajakannya dulu untuk membuat anak untuk ibunya itu sudah dipikirkan oleh Christina.
Sejujurnya, Randika sudah banyak berhubungan badan dengan perempuan sebelumnya tetapi dia baru meresmikan hubungannya hanya dengan Inggrid. Rencana haremnya membutuhkan sebuah ikatan yang tidak bisa terputuskan, jika tidak mereka tidak lebih dari sekedar FWB.
Seth bertahun-tahun keliling dunia, banyak perempuan yang sudah takluk oleh tekniknya. Dengan keperkasaannya, dia pernah mampu menaklukan 7 perempuan sekaligus dm 1 kali main ketika dia ada di Eropa. Namun, bukan sex yang dicari Randika minkan ikatan resmi yang menghubungkan dirinya dengan perempuannya.
Jadi untuk meresmikan hubungan mereka, Randika ingin membuat anak dengan Christina!
Kejadian memalukan ini tidak bengsungma. Seth Christinari terbirit-birit seperti kelinci, Ayu dan Randika masuk ke dm rumah.
"Tante ini kadang heran sama anak tante itu, di luar terlihat dewasa dan sopan tetapi sesampainya di rumahngsung ms dan teledor." Ayu geleng-geleng mengingat anaknya satu itu.
"Tante tidak usah khawatir, aku sendiri sudah tahu sejakma." Randika tahu bahwa kata-katanya ini sedikit ambigu, dia seperti mengatakan bahwa dia sering melihat Christina berpakaian seperti itu di rumahnya.
Mendengar kata-kata itu, Ayu tersenyum dan berkata pada Randika. "Baguh ku begitu, sudah ayo masuk. Kamu duduk manis sebentar ya, tante mau masak dulu. Sebentargi Tintin juga harusnya turun jadi kalian berdua santai-santai saja dulu sambil menunggu tante. Kamu juga sudahma tidak ke rumah ini jadi banyak yang harus kalian kejar."
Randika kembali diseret menuju pintu kamar Christina oleh Ayu.
"Sudah kalian santai saja ya, tante mau masak dulu dan tante janji tidak akan mengganggu kaliangi." Seth itu Ayu berjn ke dapur dengan wajah tersenyum. Dia sudah menganggap Randika menantunya sendiri. Entah kenapa, dia sangat menyukai Randika apgi berkat kejadian hari ini. Menantunya sudah pintar ilmu pengobatan tradisional, kuat, perhatian dan bisa diandalkan, di managi dia bisa menemukan menantu idaman seperti itu?
Randika menatap pintu kamar yang tertutup sambil mengh napas, dialu mengetuk pintu tersebut.
"Sebentar." Dengan pendengaran Randika, dia dapat mendengar Christina yang mondar-mandir. Sepertinya Christina sedang sibuk mencari baju yang cocok untuk bertemu dengan pujaan hatinya.
Takma kemudian, Christina membuka pintu dan melihat sosok Randika yang tersenyum padanya. Meskipun penampnnya yang tadi memalukan, dia berusaha melupakannya.
Christina sudah menganggap Randika adh pacarnya sendiri,ma kmaan tubuhnya pada akhirnya akan dilihat oleh Randika jadi tidak ada shnya menggodanya agar mempercepat kejadian itu.
Namun, Christina masih belum mempersiapkan hatinya.
"Mamamu minta aku untuk menemanimu." Kata Randika sambil tersenyum.
Christina hanya mengangguk dan mempershkan Randika masuk ke dm kamarnya.
Pintu kayu tersebutngsung tertutup rapat.
Ayu dapat mendengar pintu itu tertutup dan tidak bisa menahan rasa senangnya. Akhirnya dia bisa menciptakan kesempatan untuk anak perempuannya menjadi dewasa, seharusnya 2 jam cukup buat mereka bukan?
Jika Randika bisa mendengar isi pikiran Ayu, entah dia akan menangis atau terharu. Bisa-bisanya seorang ibu menyuruh dirinya untuk berhubungan badan sgi orang tuanya di rumah?
Di sisiin, di dm ruangan, Randika memperhatikan kamar Christina dan menarik napas dm-dm. "Harum sekali!"
Christina terlihat bingung, dia juga ikut menghirup udara dm-dm. Tapi anehnya, dia tidak telu mengerti bau apa yang dimaksud oleh Randika.
"Kamu mencium harum apa?" Christina mi gugup, apakah ini sindiran?
Randika mengedipkan matanya, dia menghampiri Christina dan berkata padanya. "Tentu saja ini"
Sebelum menyelesaikan kata-katanya, Randika memeluk pinggang Christina dan berkata padanya sambil tersenyum. "Tentu saja ini adh bau badanmu."
"Sangat harum!" Randika menarik napas di leher Christina dan merasa myang.
"Hentikan!" Christina memalingkan wajahnya dan mendorong pn Randika.
"Biarkan aku menciumnya." Randika masih memaksa.
Dengan wajah merah, Christina berbisik di telinga Randika. "Mamaku ada di bawah."
Randikalu tersenyum padanya. "Mamamu menyuruh aku masuk ke kamarmu, ku dilihat dari sifatnya itu, dia menyuruhku untuk memberinya cucu sebelum masakannya jadi."
Wajah Randika benar-benar serius sedangkan wajah Christina sudah merah padam. Mengingat sifat ibunya terhadap Randika, Christina tidak bisa membantahnya sama sekali. Kehabisan ide, Christina hanya bisa mengubah topik. "Kenapa kamu tiba-tiba datang ke rumah keluargaku?"
"Kebetn saja." Randikalu bercerita tentang pertemuannya dengan Ayu.
Ekspresi Christina benar-benar buruk ketika mendengar cerita ini. "Dia memanggil ibuku tua bangka? Kurang ajar sekali! Kita harus mporkan kejadian ini ke polisi."
Randika melihat Christina yang sudah memegang HP miliknya dan berniat untuk memanggil polisi. "Aku sudah menghubungi kennku di kepolisian, seharusnya orang itu sudah tertangkap."
"Omong-omong." Randika memeluk Christina dari bkang. "Apakah kamu merindukanku akhir-akhir ini?"
"Rahasia." Sebagai perempuan, Christina tidak mau mengakuinya. Sejujurnya dia sangat merindukan Randika dan sekarang seth dipeluk oleh Randika, dia tidak ingin berpisah dengannya.
"Rahasia?" Randika membi pipi Christina.
"Ku kamu bagaimana? Apa kamu merindukanku?" Kata Christina dengan wajah serius. Sejujurnya, Randika sibuk dengan mash Shadow dan Bn Kegpan sehingga dia lupa dengan Christina.
"Tentu saja, tidak ada satu detik pun aku melupakan dirimu." Kata Randika sambil mencium Christina dan meraba dadanya.
Randika memiliki keberanian untuk bertindak sedangkan Christina ragu-ragu karena ibunya ada di dapur.
"Ran jangan, mama ada di bawah." Meskipun Christina menk, bibirnya seakan tidak mau melepas dari bibir Randika. Dia juga tidak mrang Randika untuk menjjahi dadanya, justru rangsangan yang diberikan Randika membuatnya terg-g.
Mendengar hal ini, Randika tertawa dan juga tidak berani memaksa. Meskipun dia disuruh masuk oleh ibunya untuk memberinya cucu, keputusan akhir tetap ada di tangan Christina. Randika tidak ingin berhubungan badan apab pihakin mkukannya dengan setengah hati.
"Ku begitu, ceritakan hari-harimu." Kata Randika sambil menggandeng tangan Christina. Randika kemudian memangku Christina di kursi.
Di saat Christina bercerita, Randika dapat merasakan pantat Christina yang menempel di pahanya itu dengan sangat js. Dia harus mengerahkan seluruh energinya untuk mrang tangannya untuk meremasnya.
"Kamu dari mana saja akhir-akhir ini, aku tidak pernah bisa menemukanmu." Christina menikmati tangan Randika yang membi rambutnya dari bkang, perasaan hangat ini hanya bisa diberikan oleh Randika.
"Aku ada pekerjaan di luar kota sma sebn, waktu itu aku buru-buru jadi aku tidak sempat mengabarimu." Dari membi rambut, Randika mi menurunkan tangannya dan menuju pantatnya.
Merasakan tangan Randika, Christina sama sekali tidak mwan. Justru dia terlihat menikmatinya!
Karena Christina adh seorang guru, dia harus mempertahankan citranya di luar rumah. Sedangkan di rumah, dia bebas berekspresi apa pun. Terlebih seth Randika menymatkan dirinya, sifat Christina pada Randika berubah drastis!
Seth kejadian itu, Christina benar-benar seperti seorang gadis ketika mereka berdua. Bahkan ketika mereka berdua awal kali bertemu, Christina akan membentaknya apab Randika jika membuat lelucon mesum. Sekarang, tangan Randika sudah berenang-renang di tubuh Christina dan dia sama sekali tidak mwan!
Christina berbeda dengan Inggrid, Inggrid memerlukan waktu yang sangatma sebelum akhirnya hatinya yang dingin itu terbuka untuk dirinya.
Christinalu menceritakan kehidupan sekhnya, sedangkan Randika sibuk merasakan keempukan pantatnya itu jadi dia hanya pura-pura mendengar.
Untuk sesaat, tiba-tiba suasana kamar ini menjadi hening. Tetapi tangan Randika sama sekali tidak berhenti bekerja, tangannya berusaha masuk ke dma milik Christina.
"Jangan!" Christina kembali mencegah Randika untuk berbuat lebih, dia benar-benar khawatir dengan keberadaan ibunya.
"Jangan khawatir, aku akan pn-pn." Kata Randika dengan suara pn, dia ingin meremas pantat itu secarangsung. Dan tentu saja, sensasinya benar-benar beda!
Namun, nafsu Randika tidak cukup terpuaskan. Pehan, tangannya itu mi memegang paha Christina.
"Kenapa kamu memakaia panjang di rumah?" Cna yang dipakai Christina ini menutup kelembutan paha yang dimilikinya.
Ketika Randika ingin membukaa Christina, tiba-tiba ada HP bunyi. Dm sekejap, Christina berdiri dan mengambil HP miliknya.
Ketika Christina sibuk dengan teleponnya, Randika memperhatikan sekelilingnya. Namun, dia tidak dapat menemukan sesuatu yang menarik sampai matanya tertuju pada suatu lemari. Sepertinya ada sesuatu yang mencungul dari dm.
"Baih, aku akan ke sana." Christina masih sibuk dengan teleponnya.
"Baih, aku akan bawa berkas-berkasnya juga." Seth beberapa saat, Christina menutup panggnnya dan menoleh ke arah Randika. Dia melihat Randika yang sedang memegang sebuah pakaian dm.
Dm sekejap, wajah Christina menjadi merah seperti tomat. Pakaian dm yang dibawa Randika itu adh pakaian dm yang barusan dia pakai.
Randika menerawanga dm tersebut dan merasa terpukau. Terlebih, hidungnya merasakan sesuatu yang harum menempel di bagian tengah-tengah.