Chapter 282: Keckaan Mobil
Tidakma kemudian, taksi mereka th sampai di universitas Cendrawasih.
"Hubungi aku nanti." Kata Randika sambil mencium kep Christina.
Hati Christina terasa hangat, sambil mengangguk, dia harus pergi dari pundak nyaman satu ini untuk bekerja. Ketika dia hendak menutup pintu, tangannya ditangkap oleh Randika. "Kamu lupa sesuatu."
Christina terlihat bingung ketika Randika tiba-tiba ikut turun dan merangkul dirinya, tiba-tiba bibirnya itu sudah tercium oleh Randika!
Entah berapa kali dia menerima ciuman ini dm satu hari ini tetapi yang js setiap ciuman yang dia rasakan memberikan sensasi nikmat. Beberapa murid yang melewati mereka terkejut, bahkan si supir taksi itu ikut melototi mereka berdua.
"Wow berani sekali berciuman di tempat umum!" Kata pemuda yang belum pernah pacaran.
"Kamu sih belum tahu rasanya punya pacar, mangkanya jangan tidur terus di asrama bergaul sana! Kamu juga bahkan tidak berani mengejar orang yang kamu suka." Teman dekatnya itungsung menghujaninya dengan kata-kata pedas.
Hati pemuda itu terasa sakit, apa kata temannya itu memang benar. Dengan hati yang bt, dia th memutuskan untuk berubah. "Baih, hari ini aku akan menyatakan perasaanku."
"Oi santai dulu!" Pemuda itu sudah meninggalkan temannya. "Dia bahkan tidak tahu namamu!"
Kedua bocah itu akhirnya beri menuju sekh, sedangkan orang-orang yang baru datang masih dapat melihat Randika dan Christina asyik berciuman. Mereka sendiri juga tidak bisa untuk tidak merasa iri.
"Bajingan, pamer pacar kok di tempat umum!"
"Iri bng bro, kan mereka juga tidak mengganggu siapa-siapa. Sudah cepat jn nanti kita tembat."
"Sayang sekali perempuan secantik itu ada yang punya."
Jika Randika dapat mendengar keirian para lki ini, mungkin dia sudah merasa berada di atas awan. Tidak ada perasaan yang lebih menyenangkan daripada ini!
Di beberapa orang yang lewat, beberapa perempuan juga ikut mengomentari adegan panas ini.
"Mesra sekali!"
Randika aslinya menyadari tatapan semua orang, dia menjadi sedikit tidak nyaman. Tetapi, dia tidak ingin melepas bibir Christina yang mengunci bibirnya ini.
Namun, suara para murid semakin keras.
"Hei, hei, bukankah orang itu tidak asing?"
"Iya, ya, seth kamu ngomong begitu aku jadi kepikiran di mana aku melihat wajah perempuan itu." Kata sh satu murid.
Seth dirinya melihat dengan baik, tiba-tiba ada yang berseru. "Ya ampun, bukankah itu dosen cantik dari jurusan Psikologi?"
Sesudahnya mendengar kata ''dosen cantik'' para lkingsung tersadar dan ikut terkejut. "Wah itu benar ibu Christina! Apa itu pacar barunya? Aku dengar dia jomblo sma ini, sin seandainya saja aku lulus lebih cepat aku bisa menembaknya!"
Semua muridngsung membicarakan hal ini, beberapa bahkan berniat mengambil foto. Pada saat ini, supir taksi Randika sudah sedikit jengkel dan mengkson.
Tin! Tin!
"Halo pak, ku mau turun di sini bisa bayar dulu? Aku masih perlu kejar setoran nih soalnya." Supir taksi itu terlihat jengkel. "Aku juga sudah capek melihat kalian mesra-mesraan, setidaknya bayar dulu biar aku bisa bekerjagi."
Randikangsung melepas Christina, mereka berdua sedikit malu ketika ditegur seperti ini. Randikalu membayar taksi tersebut. Christina menyadari bahwa banyak orang melihati dirinya dan Randika, sepertinya ciuman mereka th menjadi topik paling panas untuk dibicarakan.
"Sudah jangan khawatir." Randika tersenyum. "Aku juga ingin mereka tahu bahwa kamu adh milikku, aku tidak ingin ada orang yang berani berpikiran macam-macam tentangmu."
Wajah Christina menjadi merah, sepertinya pertunjukan mereka ini sudah tidak bisa lepas dari obrn muridnya.
"G, g, bukankah ibu Christina itu sangat dingin samakiki? Pacarnya itu dengan gampang membuatnya tersipu malu dong, benar-benar legenda!"
"Sial, seandainya saja aku punya kemampuan seperti pria itu"
Randikalu mengantar Christina ke dm sambil mencueki mata orang-orang. Seth mengantarnya ke dm, Randika berniat untuk pergi dari sini.
Tetapi dia lupa bahwa dia sudah membayar taksinya dan sekarang dia harus menunggu taksi yangin.
Di saat dia menunggu, HP milik Randika tiba-tiba bunyi.
"Halo kakek kedua? Ada apa?"
"Bagaimana kabarmu anakku?" Suara kakek kedua terdengar senang.
"Berkat bantuan kakek, hidupku jadi damai." Randika tertawa. Dia mengingat kejadian di Jakarta yang melibatkan keluarga Alfred dan Laibahas. Ku bukan karena kakeknya, dia mungkin sudah mati di tempat.
"Kamu jangan pernah mengandalkan bantuan orangin, kakek lihat kamu juga kurangtihan jadinya kamu bisa kewhan seperti itu." Kakek kedua mengh napasnya. "Sebentar, sebentar, bukan itu yang ingin kakek omongkan."
"Hmm? Memangnya apa yang ingin kakek sampaikan?"
"Jadi gini, seharusnya bnlu kakek ketiga sudah menceritakan padamu mengenai kami pergi sma sebn itu kan? Kami menemukan reruntuhaninnya jadi kami ingin segera pergi untuk menyelidiki tempat itu."
Randika aslinya sudah lupa dengan mash ini, perginya kakeknya itu bertepatan dengan dirinya ke Jepang jadi dia tidak telu memperhatikannya. Mendengar kabar dari kakek keduanya ini, Randika baru teringat dengan penyelidikan para kakeknya itu di sebuah reruntuhan. Pasti ada sesuatu yang berharga di reruntuhan itu, ku tidak mana mungkin penatua-penatua itu mau meninggalkan rumah?
"Oke kek aku mengerti. Kakek juga jangan khawatir sama aku, di sini baik-baik saja kok." Kata Randika sambil tersenyum. "Justru kakek yang harus hati-hati, kalian sudah tidak muda."
"Hahaha kamu bisa saja nak. Kita memang tua, tetapi siapa yang bisa menk barang berharga? Hahaha!"
Suasana hati kakek kedua sedang senang, penyelidikannya di reruntuhan pertama sudah memberikan dirinya banyak barang berharga jadi dia tidak sabar untuk pergi ke tempat berikutnya. Lalu kakek ini bertukar kabar sebentar dengan Randikalu menutup teleponnya.
Randika yang menunggu taksi itu tidak sadar bahwa dia sudah berjn menjauhi universitas Cendrawasih. Ketika dia menutup teleponnya, tiba-tiba terdengar suara teriakan yang sangat keras.
"Minggir!" Teriakan itu benar-benar keras, namun teriakan itu disusul oleh suara kson mobil yang tidak pernah berhenti.
"G, mobil polisi itu cepat sekali!" Orang-orang yang berada di sisi jnngsung menyingkir satu per satu.
Mobil polisi itu sepertinya kehngan kendali dan tidak bisa mengurangi kecepatannya. Untuk menghindari tabrakan beruntun dengan mobil, sepertinya polisi itu memutuskan untuk naik ke sisi jn.
"AWAS!"
Mobil polisi itu hendak menabrak kerumunan orang yang tembat untuk menyingkir.
Dm sekejap, mobil polisi itu belok dengan tajam dan menabrak tiangmpu jn.
Orang-orang yang awalnya hendak tertabrak itungsung merasa kakinya lemas ketika menyadari mereka masih hidup.
Orang-orang jugangsung mendatangi mobil polisi tersebut, berusaha menymatkan dan melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Namun, tanpa didugampu jn itu pehan mi mengeluarkan suara berdenyit. Tiangmpu itu hendak roboh!
Dm sekejap,mpu tersebut roboh ke arah jn dan menutup jn dengan sempurna.
Suara keras itu membuat siapapun yang ada di sekitarnya menjadi ketakutan.