Chapter 283: Pawan
Randika juga sama terkejutnya dengan kejadian ini. Apa yang sedang dkukan oleh polisi itu? Apa dia tidak lulus ujian SIM?
Mobil polisi itu, di bawah tatapan mata orang-orang, tiba-tiba kembali memacu mobilnya!
Orang-orangngsung menyingkir dengan cepat, mereka takut menjadi korban dari polisi g itu.
Deviana yang ada di dm mobil itu sudah mengucurkan darah sekaligus keringat dingin. Entah kenapa mobilnya itu tiba-tiba lepas kendali dan rem kaki maupun tangan sama sekali tidak berfungsi. Untung saja tadi dia tidak menabrak siapa-siapa, tetapi sekarang mobilnya itu tiba-tiba kembali bergerak.
"Kenapa dengan mobilku ini!"
Deviana benar-benar tidak tahu apa-apa, awalnya mobilnya itu baik-baik saja tetapi mendadak dia tidak bisa mengendalikan mobilnya. Sepertinya mobilnya ini mematuhi perintah orangin dan Deviana tidak bisa berbuat apa-apagi. Melihat mobilnya itu kembali mju di sisi jn, Deviana hanya bisa menutup matanya.
Orang-orang menjadi panik danri ke seg arah. Deviana berusaha menginjak rem kakinya dengan sekuat tenaga tetapi tidak ada perubahan. Pada saat ini, mobilnya mju kencang di sisi jn.
Randika memperhatikan mobil polisi itu dengan penglihatan supernya, dia menyadari bahwa supir yang mengendarai mobil itu adh Deviana.
Melihat wajah Deviana, Randika sepertinya paham apa yang th terjadi. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada mobilnya. Tidak mungkin Deviana yang memiliki rasa keadn yang tinggi itu menjadi g seperti itu.
Pada saat ini, mobil Deviana sudah mju di sisi jn dengan kecepatan mencapai 50 km/jam. Pada saat ini, ada anak kecil yang tidak tahu apa-apa sedang bermain tanpa mengetahui ada mobil yang menuju arahnya.
"Awas!"
Ketika ibunya itu menyadari keributan yang sedang terjadi, otomatis dia segera beri ke arah anaknya. Orang-orang di sekitarnyangsung terkejut ketika menyadari apa yang th terjadi. Bukannya menolong, mereka segera beri menymatkan diri mereka masing-masing.
Deviana sudah ketakutan, keringat dingin sudah membanjiri punggungnya. Dia berusaha mengubah jalur mobil tetapi semua itu percuma, mobilnya akan menabrak anak kecil itu!
Deviana sudah pasrah. Kariernya sebagai seorang polisi sudah pasti berakhir jika dia menabrak dan membunuh anak kecil itu. Bukan hanya itu, dia juga akan dipenjara seumur hidup karena kejadian ini.
"Lari!"
"Oi nak,ri!"
Akhirnya orang-orang yangri itu menyadari keberadaan anak kecil itu. Tetapi semuanya sudah tembat, posisi mereka sudah telu jauh danju ibu dari anak kecil itu terhambat oleh orang-orang yang berian.
Mendengar peringatan dan melihat orang yang pada berian, anak tersebut dengan polosnya menoleh ke arah mobil yang sudah sangat dekat dengan dirinya. Bukannya beri, anak kecil itu menangis dan duduk di tanah!
"Anakku!"
Sang ibu sudah hampir pingsan di tengah kerumunan orang. Jarak antara anak kecil itu dengan mobil sudah tidak lebih dari 1 meter. Bisa dikatakan bahwa hidup anak kecil itu hanya tinggal hitungan detik.
Deviana masih berusaha menginjak rem ataupun merubah jalur mobilnya, tetapi semua itu percuma. Melihat anak kecil itu duduk menangis, Deviana hanya bisa pasrah.
Selesai sudah!
Semuanya th selesai!
Deviana sudah menutup matanya dan orang-orang sudah bersiap dengan hal terburuk. Namun pada saat ini, tiba-tiba ada seseorang berdiri di depan anak kecil itu!
Randika berdiri dengan tegak di depan anak kecil yang menangis ini, dialu mengulurkan kedua tangannya ke depan.
Apa yang orang itukukan?
Orang-orang sudah kehabisan akal, percuma kamu mkukan itu karena kalian berdua akan terlindas!
Deviana terkejut ketika menyadari sosok Randika muncul di hadapannya, tetapi semua itu sudah tembat. Mobil miliknya ini sudah bagaikan banteng yang siap menyeruduk apa pun yang menghnginya!
"Tidak!!"
Sang ibu sudah pingsan ketika melihat mobil itu sudah hendak menabrak Randika, orang-orang mi membantu si ibu dan sudah mengheningkan cipta atas jatuhnya sang anak.
Semua orang sudah menganggap riwayat Randika sudah berakhir, tetapi sama sekali tidak ada suara apa pun.
Eh?
Apa yang terjadi? Semua orang menoleh ke arah Randika dan mata mereka terblak ketika melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Mustahil!
Sepertinya tamparan di wajah masih tidak dapat menyadarkan mereka dari kelinglungannya. Karena mereka th melihat Randika yang berhasil menghentikanju mobil polisi itu dengan kedua tangannya!
Benar, mereka tidak sh melihat. Roda mobil milik Deviana itu masih bergerak dan suara mesinnya makin keras. Randika sudah bagaikan gunung yang tidak dapat bergerak, dia berhasil menahan mobil polisi tersebut! Dan akhirnya seth diangkat sedikit oleh Randika, roda itu berhenti berputar dan mesinnya sedikit demi sedikit mi tenang.
Semua orang menatap bingung ke arah Randika, apakah dia adh superhero?
Meskipun tidak bisa dibandingkan dengan sebuah truk, yang dihentikan oleh Randika tetah sebuah mobil. Mungkin jika mobil mogok masih masuk akal bisa mendorongnya tetapi menahannya ketika dm kecepatan tinggi? Apa orang itu masih manusia?
Beberapa orang melihat Randika bagaikan hantu, atau jangan-jangan mereka sedang melihat syuting film? Memangnya sejak kapan ada mobil polisi berkendara seliar itu? Benar, ini pasti hanyh akting!
Ibu yang pingsan tadi sudah sadar dan menangis ketika melihat anaknya baik-baik saja. Diangsung beri menuju anaknya dan melihat sosok Randika di depannya yang mengangkat mobil polisi itu dengan kedua tangannya.
"Aku pasti sedang bermimpi." Ibu itu kembali pingsangi.
Deviana yang ada di dm mobil sudah kehabisan kata-kata, dia sangat terkejut dengan keberadaan Randika. Sekarang, kedua mata mereka saling bertatapan.
"Mungkin kamu ingin mematikan mobilnya." Kata Randika.
Deviana yang sadar dari linglungnya itu segera mencabut kuncinya. Akhirnya kejadian ini berakhir tanpa menimbulkan korban jiwa.
Orang-orang yang ada di sekitarnya sudah mi bertepuk tangan.
"Orang itu kuat sekali!"
"Pawan, orang itu pawan!"
Beberapa perempuan menatap kagum Randika. "Apa kamu pikir dia adh superhero?"
"Hahaha tenang saja, aku sudah merekam kejadian ini. Biarkan paraizen yang menentukannya."
Semua orang menatap kagum pada Randika. Pada saat ini, ibu dari anak itu akhirnya tersadar kembali. Dialu menatap Randika dan mengatakan terima kasih.
Randika hanya mmbaikan tangannya sambil tersenyum.
Devianalu turun dari mobilnya, bajunya sudah basah oleh keringat. "Untung saja kamu datang, ku tidak bisa-bisa nyawa anak itu myang."
Ibu itungsung memaki Deviana karena cara menyetirnya yang berbahaya.
"Tenang ibu, tenang, ini bukan shnya. Semua hanya keckaan, jadi tolong ibu lupakan saja kejadian ini ya." Kata Randika.
"Baih ku begitu, aku mkukan ini karena aku berhutang budi padamu. Tetapi aku ingatkan kamu sekaligi, polisi ada untuk menjaga dan mengamankan rakyat bukan mh membunuhnya."
Lalu ibu itu menoleh ke arah Randika sambil tersenyum. "Bisa minta nomor teleponmu? Aku akan mengirimkan hadiah karena th menymatkan anakku."
Seth berpamitan, akhirnya ibu itu membawa anaknya png ke rumah.
Deviana tidak peduli dengan kata-kata ibu itu, dia masih penasaran dengan kejadian kali ini. Dia berusaha mengingat-ingat apa ada yang mencurigakan.
"Aku kehngan kendali dan tidak bisa menginjak rem sama sekali."
"Sebentar, aku pindahkan mobilmu ini dulu agar tidak menghngi jn." Lalu di bawah tatapan mata orang-orang, Randika dengan santainya menyeret mobil milik Deviana itu ke tempat parkiran mobil.
Kejadian ini benar-benar menarik perhatian orang-orang!
Js dia bukan manusia.
"Pertama-tama, kamu harus menghubungi markasmu mengenai kejadian ini. Belumgi kita sudah membuat kemacetan gara-gara tiangmpu yang roboh itu." Kata Randika sambil menyeret mobil.
Deviana mengangguk, dia sendiri hampir lupa dengan tiangmpu yang roboh di jn itu karena kejadian hampir menabrak anak kecil itu.
Seth meletakan mobilnya, Randika kembali menghampiri Deviana.
"Bagaimana?"
Wajah Deviana terlihat serius sekali. "Aku sudah menghubungi markas dan mereka segera mengaturnya." Devianalu menatap mobilnya yang rusak itu. "Sepertinya mobil itu sudah tidakyak pakai, kenapa bisa mobil itu bisa lolos dari inspeksi?"
Randika tidak mau terlibat mash internal seperti itu, dia segera merubah topik pembicaraan. "Terus kenapa kamu datang ke daerah sini? Jangan-jangan kamu mendaftar jadi murid di sini?"
"Kamu kira aku bebas sepertimu? Aku datang ke sini karena ada kasus di universitas ini." Kata Deviana.
Kasus?
Randika penasaran, dan pada saat ini Deviana meneruskan ceritanya. "Toko emas di daerah sini tadi pagi th dirampok. Seth menyelidiki dan memeriksa kamera pengawas, kami menemukan bahwa sh satu tersangka adh murid di universitas Cendrawasih. Aku diutus dan menyamar ke tempat ini untuk menyelidikinya terlebih dahulu."
Randika mengangguk. "Baih, aku akan menemanimu."
Mereka berdualu berjn menuju gedung universitas. Pada saat ini, tiba-tiba Deviana berhenti berjn dan berlutut sambil memeriksa kakinya.
"Kenapa?" Randika yang berjn di depanngsung berhenti dan menoleh ke arah Deviana, sepertinya kakinya keseleo. "Apa kakimu baik-baik saja?"
"Jangan khawatir, aku baik-baik saja." Deviana berusaha menahan rasa sakitnya itu. Kakinya tadi terus-terusan menginjak rem sekuat tenaga, sepertinya adrenalin membuatnya tidak merasakannya waktu itu.
"Tenang saja, aku akan menggendongmu." Randika tidak ragu-ragungsung menggendong Deviana dengan kedua tangannya. Deviana ingin melepaskan diri tetapi Randika tidak membiarkannya.
"Sudah diam dan pasrah saja, ku tidak aku akan melemparmu." Kata Randika sambil tertawa. Deviana tidak memiliki kulit tebal seperti Randika, digendong seperti tuan puteri ini membuat dirinya malu apgi orang-orang memperhatikan mereka.
Semua perempuan melihat Randika dan Deviana dengan tatapan penuh arti. Idaman para perempuan adh digendong seperti itu oleh pangeran berkuda putih merekalu mereka akan bertarung di atas ranjang! Ah. Mereka pasti sedang menuju kamar untuk berhubungan badan!
Sma tidak ada pihak universitas yang tahu, para perempuan akan membawaki mereka ke kamar mereka dengan bebas. Mereka tidak perlu khawatir akan ada yang membeberkan mash ini, itu sudah seperti semacam peraturan tidak tertulis.
Sedangkan untuk parakiki, mereka terpukau ketika melihat Deviana yang memakai baju casual itu. Benar-benar wanita cantik, kecantikannya setara dengan dosen cantik mereka!
Tidak bisa untuk dipungkiri, beberapa orang menatap iri Randika yang menggendong mikat itu. Sepertinya mereka sedang menuju kamar mereka untuk mkukan hubungan badan.
"Aku sudah menelepon beberapa siswa sekh ini. Sepertinya tersangka kita bernama Timmy dari fakultas ekonomi." Kata Deviana.
Randika sendiri tidak mendengarnya dengan baik, dia sibuk menikmati paha Deviana yang dipegangnya dan dadanya yang menempel di perutnya. Mungkin hari ini dia akan memberi polisi cantik satu ini skor 80.