Chapter 284: Polisi adh Penegak Keadn
Deviana sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkan Randika, jika dia tahu mungkin dia sudah menamparnya.
"Tunggu, bagaimana ku kita pergi ke tata usaha fakultas ekonomi dulu? Mungkin Timmy sedang ada ks dan kita bisa menangkapnya dengan cepat." Kata Deviana dengan wajah serius.
Seth Deviana berhenti berbicara, dia menyadari bahwa Randika tersenyum sambil melihat ke samping. Penasaran, Deviana menoleh ke samping dan menyadari bahwa Randika sedang tersenyum pada seorang siswi muda, bahkan dia memberikan sebuah kiss bye!
"Huh! Semuaki sama saja, kepnya hanya berisikan wanita." Kata Deviana sambil cemberut.
Randikalu membs sambil tersenyum. "Tidak semuaki itu sama. Ambil contoh saja aku, mana ada di dunia ini sebaik dan setampan aku yang bahkan menolong teman polisinya dm sebuah kasus aktif? Atau kamu ini cemburu karena aku menggoda perempuanin?"
"Kenapa kamu suka memutar balik kata-kataku!?" Deviana mi kbakan.
"Hahahawan kita itu cuma bocah jahil, apa susahnya menangkapnya?" Kata Randika sambil tertawa.
Deviana benar-benar marah, ketika dia hendak membuka mulutnya, tiba-tiba dia menutupnya kembali.
"Dev, karena aku sudah janji untuk membantumu, aku akan menemanimu sampai kasus ini selesai. Tetapi kan tidak adarangan untuk aku menggoda perempuan sgi bersamamu kan?"
Sma perjnan, Deviana kembali mengomeli Randika. Untungnya saja, mereka th tiba di tata usaha fakultas ekonomi. Seth mendapatkan informasi, mereka berdua akhirnya pergi menuju gedung milik fakultas ekonomi.
Tidakma kemudian, keduanya th tiba di gedung. Deviana tidak bisa menahan malunya ketika para murid memperhatikan dirinya yang masih digendong Randika itu. Tentu mereka tidak tahu bahwa dia adh polisi, tetapi perhatian seperti ini membuat dirinya makin malu.
Para mahasiswa ini geleng-geleng ketika melihat Randika dan Deviana, mereka pikir gedung sekh ini hotel apa?
Sampai detik ini, Deviana belum pernah merasakan namanya pacaran. Meskipun dia dan Randika sudah melewati masa sulit bersama, mereka hanyh seorang teman. Sekarang seth digendong dan merasakan rasa aman yang tidak pernah dia rasakan, hatinya menjadi campur aduk.
Ditambahgi tatapan para mahasiswa ini membuat Deviana makin malu, dia berkata dengan pn pada Randika. "Ran, tolong turunin aku."
"Tidak bisa Dev, aku tidak ingin kamu terluka. Jika kakimu itu makin parah, bagaimana bisa kita berjn menuju pminan bersama?" Randika sengaja mengeraskan suaranya karena dia tahu bahwa Deviana malu dengan tatapan orang-orang.
"Wah berani sekali pasangan itu!"
Sukses besar! Orang-orang makin memperhatikan mereka berdua!
Randika tidak bisa berhenti tertawa, dialu berbisik pada Deviana yang sudah tersipu malu. "Jangan khawatir, aku akan memastikan tersangkamu ini tertangkap. Jadi istirahah dan percayakan mash ini padaku."
Tentu saja Randika bercanda, dia hanya ingin merasakan kelembutan paha Deviana ini lebihmagi!
Tetapi, tatapan semua orang menjadi lebih intens sejak Randika dengan sengaja bercanda akan membawanya ke pminan. Hal ini membuat Deviana makin membtkan tekad. "Ran, turunkan aku!"
"Tidak, ini adh tugasku untuk melindungimu." Randika sama sekali tidak ingin lepas dari paha empuk ini.
"Aku hitung sampai tiga." Wajah Deviana benar-benar serius.
"Percuma, aku tidak akan menurunkanmu." Wajah Randika juga tidak kh serius.
Ketika hitungannya itu mencapai tiga, telinga Randika tiba-tiba digigit oleh Deviana! Itu bukan gigitan yang pn minkan dengan seluruh tenaga!
Bajingan! Tentu saja, makian itu hanya diteriakan Randika di dm hatinya. Dia tidak akan pernah memaki seorang perempuan, dia adh jentelmen!
Orang-orang yang melihat hal ini justru makin iri, mereka mengira Deviana sudah tidak sabar berhubungan badan dan mi menyerang telinga Randika. Ah. Cinta itu memang tidak kenal tempat.
"Iya, iya, aku turunin kamu! Tolong hentikan!" Randika makin merasa telinganya itu hampir copot, dia dengan cepat menurunkan Deviana. Tetapi ketika kakinya itu menapak, Deviana tidak bisa menyembunyikan rasa sakitnya itu.
"Tuh kan kubng apa, sini kugendonggi." Randika menggelengkan kepnya. Akhirnya keduanya sepakat bahwa Deviana akan berjn sambil bersandar di pundak Randika.
Akhirnya kedua orang ini sampai di ruangan ks Timmy. "Serahkan penangkapan ini padaku, kamu sebaiknya duduk di sini." Kata Randika.
"Maksudmu bagaimana? Hanya polisi yang memiliki hak untuk menangkap seseorang, kamu bukah sh satu dari kita."
Randikalu menjawab. "Ku begitu, bagaimana ku hari ini mewakilkan dirimu? Atau kamu ingin aku membawa orang itu ke sini dan kamu tinggal menangkapnya?"
Deviana berpikir sebentar, sejujurnya dia ingin menangkap Timmy dengan kedua tangannya. Namun ketika dia berusaha berdiri kembali, kaki kanannya itu terasa sakit.
"Sudah jangan memaksakan diri begitu." Kata Randika.
Deviana akhirnya menyerah dan mengh napasnya. "Ku begitu aku serahkan orang itu padamu, tetapi jangan buat dia babak belur dan menambah mashku."
"Hahaha sejak kapan memangnya aku membuat mash untukmu?" Randika kemudian mengambil borgol milik Deviana dan berjn masuk ke dm ruangan sambil tersenyum, akhirnya dia bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi polisi.
Melihat sosok Randika yang masuk ke dm ruangan, Deviana mengerutkan dahinya. Dia berdoa agar Randika tidak mengacaukan penangkapan ini.
Seth memperhatikan sekelilingnya, Randika menyadari bahwa Timmy duduk di barisan paling bkang dan sedang memainkan HP miliknya.
"Tim, mm ini mau minum-minum?" Teman di sampingnya Timmy mengajaknya berbicara. "Aku dengar nanti banyak perempuan cantiknya lho."
Timmylu mengangkat kepnya dan memperlihatkan wajahnya. Wajahnya benar-benar bengis dan jahat, sepertinya dia adh preman sekh ini. Semua orang tahu akan hal ini tetapi mereka memilih menjauhinya karena mereka takut berurusan dengan Timmy.
"Aku ada urusan mm nanti, pergh tanpa aku." Kata Timmy sambil memainkan kalungnya. Pagi tadi dia mengambil kalung emas itu dan belum menjualnya.
Ini bukah aksi pertamanya, hanya saja ini pertama kalinya dia mkukannya di dekat sekhnya.
Pada saat ini, seorang pria tampak celingak-celinguk di pintu ruangan. Semua orang terkejut ketika Randika berdiri di atas meja dosen.
Ks belum dimi dan murid-murid ini semuanya masih ribut dan bermain HP, tetapi mereka segera menghentikan kerjaan mereka ketika melihat Randika yang mendadak naik ke atas meja itu.
Randikalu berteriak dengan keras. "Apa ada yang bernama Timmy di ks ini? Aku mencari orang yang bernama Timmy."
Semua orangngsung menatap satu samain, mereka sangat bingung dengan tindakan Randika ini.
"Siapa orang itu?"
"Orang g mungkin."
"Aku dengar geng miliknya Timmy tawuran dengan beberapa preman minggulu, apa orang itu datang untuk bs dendam?"
"Kenapa berandn seperti itu satu ks sama kita? Kita jadi kena imbasnya."
Semua orang mi berdiskusi, hanya beberapa orang yang berani menatap Timmy yang duduk di barisan bkang.
Akhirnya Randika menemukan Timmy, dia kemudian berjn menghampirinya.
"Ada apa ya?" Namun, tiba-tiba, ada perempuan berkacamata tebal yang berdiri mencegat Randika.
Seth memperhatikan satu samain, Randika merasa bahwa perempuan ini adh ketua ks dari ks ini. Randika tersenyum, sepertinya dia perlu menjskan kenapa dia datang ke ks ini.
"Aku berasal dari kepolisian kota Cendrawasih, kalian bisa memanggilku pak Randika." Randikalu mengeluarkan borgolnya dan tersenyum.
Kali ini, semua orang terkejut kembali.
Polisi?
Semua mata sekarang tertuju pada Timmy, apakah dia mkukan kejahatan?
Hati Timmy mengepal, dia tidak menyangka polisi akan datang ke sini secepat ini. Dia awalnya ingin menjual kalung yang dipakainya itu untuk membayar utang, sepertinya rencananya tidak berjn semulus itu.
Kali ini dia benar-benar tamat.
Randika menghampiri Timmy dan berdiri di hadapannya, Timmy berusaha terlihat cuek. Dia masih sibuk memainkan HPnya.
"Ikuh denganku, ada yang ingin kutanyakan." Randika menatap tajam Timmy, dia tahu bahwa bocah ini pura-pura tidak melihat dirinya.
"Apa kegiatanmu tadi pagi?" Tanya Randika.
"Tidur." Jawab Timmy dengan dingin.
"Kamu tidak pergi merampok toko emas?" Tanya Randika sekaligi.
"Hah? Buat apa aku mkukan hal itu?" Timmy tetap berusaha terlihat tenang.
"Jadi kalung emas yang ada di lehermu itu bukan hasil merampok?"
"Bicara apa kau pak tua?" Timmy tiba-tiba berdiri dan membanting mejanya. Sosok tinggi besar segera membayangi Randika. Tinggi Randika hanya 170 cm, sedangkan Timmy lebih dari 180 cm! Tetapi tinggi bukah faktor yang menentukan hasil pertarungan.
"G, Timmy mau memukulnya?"
"Mana mungkin, orang itu polisi tahu!"
Orang-orang mi khawatir, meskipun orang itu polisi, dia hanya sendirian dan dia terlihat lemah. Timmy dapat menghajarnya dengan mudah ku dia mau.
Randika mengh napas di hatinya, dia sendiri tidak ingin menarik perhatian banyak orang.
Timmy menatap tajam Randika dan berkata dengan nada dingin. "Aku tidak peduli kamu polisi atau siapa, jangan ikut campur dengan urusanku."
"Jadi apakah kamu pagi tadi merampok toko emas itu?" Tanya Randika dengan santai.
"Bukan urusanmu!" Timmy sudah muak dan hendak pergi meninggalkan ks, tetapi dia dicegat oleh Randika.
"Minggir!" Bentak Timmy. "Aku tidak mau berurusan dengan polisi yang asal menuduh tanpa bukti, kalian hanya butuh kambing hitam untuk dishkan."
Sepertinya menonton film seri Amerika membantu Timmy sedikit, dia tahu bahwa dia tidak dapat disentuh kecuali ada bukti yang kuat.
Randika berusaha menenangkan dirinya, jika bukan karena janjinya pada Deviana, dia mungkin sudah menampar bocah tidak tahu diri ini.
"Kami mempunyai bukti." Kata Randika sambil memaksakan diri untuk tersenyum. "Kami th memeriksa kamera keamanan dari toko dan berhasil menemukan kecocokan wajah. Oleh karena itu kami ingin meminta keterangan darimu."
Kamera?
Wajah Timmyngsung menjadi pucat pasi, hal iningsung menarik perhatian Randika. Sepertinya gertakannya berhasil, pkunya adh Timmy!
"Aku tidak peduli dengan penjsanmu, pagi tadi aku masih tidur di kamarku. Sekarang cepat minggir atau kupatahkan kakimu." Kata Timmy dengan nada serius, sementara murid-murid yangin sudah menahan napas mereka. Reputasi Timmy sebagai berandn sudah melegenda di universitas ini. Dia benar-benar jago berkhi, terlebihgiwannya kali ini terlihat lemah.
"Maaf tapi kamu tidak bisa mwan, kamu harus ikut aku ke kantor polisi." Randika menggelengkan kepnya. Timmy sudah muak, dia berteriak. "Mati kau!"
Pada saat yang sama, tinju Timmy sudah myang ke wajah Randika. Tetapi, Randika dengan mudahnya menangkap kepn tinju berandn satu ini.
Timmy benar-benar terkejut, dia berusaha melepaskan diri tetapi tangannya sama sekali tidak bisa bergerak.
"Bukankah kalian diajari sejak kecil bahwa polisi adh penegak keadn?" Kata Randika sambil tersenyum, detik berikutnya dia mengangkat Timmy hanya dengan satu tangan. Kemudian di bawah tatapan semua orang, Randika melemparnya.
Semua orangngsung terkejut bukan main!